Sistem Sepakbola : Penyerang Legendaris
Jayakarta, Indonesia.
Di sebuah sudut kota tahun 2046 yang terlihat kumuh, dipenuhi beragam macam hal buruk. Anak-anak kumuh berlarian dengan bahagianya meski masa depan mereka sama sekali tidak bersinar.
Bangunan reyot, hanya berdindingkan kayu yang lapuk, atap yang memiliki banyak lubang di sana-sini. Jalanan dipenuhi sampah yang beraroma busuk, juga orang-orangnya yang tak kalah buruknya.
Inilah sisi gelap Kota Metropolitan yang katanya Utopia bagi manusia. Kota dengan gedung-gedung megahnya masih menyimpan sisi buruknya di sudut Kota Jayakarta yang indah.
Daerah Kumuh Sakarta, yang berarti Daerah Kumuh Sampah Jayakarta. Begitulah daerah ini disebut oleh kebanyakan orang-orang kaya busuk yang duduk di kursi pemerintahan.
Harapan hidup di daerah ini sangat kecil. Banyak orang yang meregang nyawa dengan berbagai macam akibat, umumnya akibat kelaparan dan juga pembunuhan karena tingkat kriminalitas di daerah ini sangat tinggi.
Banyak pemuda-pemudi yang hidupnya luntang-lantung di jalanan tanpa harapan. Bagaimana pun ini adalah daerah yang generasinya tak lama lagi akan sirna.
Kevin Pratama, remaja berusia 15 tahun yang hidup penuh penderitaan di daerah kumuh ini. Hidupnya sebatang kara dengan kedua orangtuanya yang meninggal dunia akibat kondisi sosial mereka. Putus asa, dan berakhir dengan bunuh diri.
Kevin, remaja dengan perawakan kurus, tubuh penuh luka akibat penyiksaan dari beberapa oknum preman. Wajahnya sendiri sebenarnya cukup baik, tetapi harus penuh dengan kotoran karena dirinya sendiri sangat jarang membersihkan tubuh. Rambutnya acak-acakan beraroma tak sedap.
Meski dengan segala kekurangan dirinya, Kevin sendiri salah satu remaja yang sangat ingin belajar. Walau harus dipenuhi oleh segala macam rintangan, seperti kekurangan media belajar, terkadang dirundung habis-habisan oleh anak-anak berlatar belakang buruk pula.
Saat ini, Kevin sedang berjalan di sisi terluar daerah kumuh yang mana terdapat pagar besi berjaring yang membatasi daerah ini dengan daerah metropolitan Jayakarta. Terkadang pagar ini akan ditutupi saat beberapa pejabat pemerintahan melintasi jalan poros dari area terluar metropolitan Jayakarta. Benar-benar terasingkan.
Kevin dengan sedikit terbata-bata memainkan bola plastik usang di kakinya. Pengendaliannya terbilang sederhana, tetapi kebahagiaannya lebih daripada itu. Kevin sendiri bercita-cita untuk menjadi punggawa Timnas Indonesia yang melegenda meski dengan segala keterbatasannya.
"Hei, Kevin!" Seorang remaja lainnya berseru dari luar pagar besi berjaring. Anak itu tampak sederhana, tetapi nasibnya masih sangat lebih baik daripada Kevin.
"Oh, Fery! Main siapa yang paling kencang larinya, yuk!" seru Kevin mendekati remaja yang bernama Fery tersebut.
"Oh, ini, Vin. Aku ada sedikit makanan untukmu, maaf aku cuma bisa bantu-bantu gini, aku sudah laporin ke orang-orang katanya biarkan saja. Huh, mereka jahat!" ucap Fery sembari memberikan sekotak penuh satu set nasi dan lauknya melalui lubang yang dibuat oleh mereka.
Kevin menerimanya, mereka pun duduk berhadapan dengan dibatasi pagar besi berjaring. Menikmati makanan penuh canda tawa, benar-benar layaknya sahabat.
Keduanya adalah teman yang saling berhubungan satu sama lain selama beberapa bulan ini. Kevin dan Fery terkadang memainkan beberapa permainan sederhana untuk mengisi waktu, Fery juga sering membawa makanan dan beberapa sumber daya lainnya untuk Kevin.
Di tengah mereka sedang asyik bermain bercanda ria, seorang pria bertubuh besar dengan memakai jas nampak wajahnya dipenuhi kemarahan, urat-uratnya timbul dengan mata merah menyala.
"FERY!!!"
Fery berbalik dengan ragu, dirinya dihadapkan sosok mengerikan baginya. "A–Ayah~!"
Pria yang dipanggil ayahnya itu mengulurkan tangannya dan langsung melayangkan pukulan ke wajah Fery. Fery yang saat itu tubuhnya memang masih rapuh langsung terhempas ke tanah.
"DASAR ANAK HARAM!!!" Begitu murkanya pria tersebut. "Ayah sudah katakan, jangan bermain dengan anak sampah itu!"
Fery menatap nanar ayahnya dan menoleh kepada Kevin yang hanya bisa duduk termenung.
"Hei, kau! Anak sampah, sekali lagi kau berhubungan dengannya!" tegas pria itu menunjuk Kevin. "MATI KAMU!" lanjutnya yang begitu menggelegar.
"Uhh~" Fery beranjak, dirinya menarik ayahnya dengan cepat.
Fery dengan pipi merahnya, menangis sejadi-jadinya sambil berkata, "A–Ayah~ A–Ayo! J–Jangan sakiti dia!"
Pria itu menghempaskan Fery hingga jatuh tersungkur ke tanah. Pria itu menatap Fery dengan tatapan layaknya iblis.
"Anak brengsek!" Pria itu lantas langsung menarik Fery dan menyeretnya dengan keras menjauh dari sana.
Sebelum semakin jauh, pria itu berbalik dan menatap tajam Kevin. "DENGAR UCAPANKU, ANAK SAMPAH TAK TAHU DIRI!!!"
***
Kevin yang tertinggal sendirian hanya duduk termenung. Bulir air mata mengalir, mengingat setiap kenangan bersama Fery yang beberapa bulan ini terus menyemangatinya.
"Kalian pun tidak ada bedanya," lirih Kevin. "Kalian pun seperti sampah," lanjutnya dengan mengatupkan kedua giginya begitu marah.
Penghinaan di depannya persis terjadi untuk ke sekian kalinya, tetapi kali ini lebih parah. Mentalnya semakin goyah seiring waktu, jurang kegelapan itu telah berbisik padanya untuk terjun tanpa harus memikirkan hal duniawi.
Kevin beranjak, tubuhnya berjalan gontai menuju salah satu gedung terbengkalai yang dipenuhi oleh anak-anak kumuh. Gedung dengan tinggi sekitar 3 lantai itu begitu buruk, lumut tumbuh di mana-mana, beberapa bagian ada yang telah hancur pula.
Sorot mata Kevin menjadi kosong layaknya mata ikan mati. Kevin terus berjalan dengan mendengar setiap bisikan yang menghantuinya, sosok gelap tersenyum mengerikan bergeliat di tubuhnya terus berbisik untuk berjalan menuju jurang kegelapan.
Kevin menaiki tangga yang licin dipenuhi lumut tanpa memedulikan beberapa orang memanggilnya. Sesekali karena tak begitu fokus, diriny jatuh berguling ke bawah, tetapi dengan pikiran yang telah kacau pun dirinya beranjak dan terus menaiki tangga.
"Cih, aneh!"
"Anak itu makin aneh setiap hari!"
"Dasar bodoh!"
Kevin yang akhirnya bisa menaiki gedung itu hingga sampailah di atap atas, tempat di mana biasa banyak anak-anak kumuh melakukan aktivitasnya. Namun, tempat inilah menjadi salah satu tempat orang bunuh diri karena penyakit mental mereka.
Kevin berjalan hingga ke tepi gedung, beberapa orang di bawah melihatnya tanpa sengaja.
"Cih, orang ke dua puluh!"
"Siapin plastik, buang ke sungai saja nanti!"
Begitulah percakapan beberapa orang yang juga menganggap ini hal biasa.
Kevin yang hendak melangkah keluar tepian gedung, tiba-tiba suatu benda berbentuk persegi panjang berwarna hitam jatuh dari ketinggian langit dan menghantam kepalanya.
Kevin jatuh ke belakang dengan wajah yang terhantam pantulan benda aneh tersebut.
Sorot mata Kevin perlahan mulai hidup, hingga kesadarannya penuh kembali.
"huh? A–Aku di mana?!"
Kevin melihat sekitar, dirinya sadar bahwa tempatnya berada di mana banyak orang melakukan bunuh diri.
"Ugh … Tempat gila ini," gumam Kevin. "Ibu … Ayah … Mereka meregang nyawa lewat sini," lanjutnya yang mengalirkan bulir air mata.
Kevin meringkuk, hingga tangannya menyentuh sesuatu yang aneh.
Kevin duduk, melihat benda persegi panjang yang cukup besar. "A–Apa ini?!"
***
...Arc 1 Start...
...Tournament ASEAN Football Academy...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Kris
Halo Guys Bagi Yang Suka Tentang Cs Sepakbola Bisa liat Di Cs Aku Ya Yang Judulnya "Bermimpi Menjadi striker terbaik di dunia" Bagi Yang cocok Dengan Cs nya bisa kali like nya
Oke sekian Terimakasih
2024-10-18
1
Seorang Penulis✍️
So Bakso, Ting...Ting....Ting
2024-08-27
0
Lady Raita
kevin kali ya thor? bukan adrian.
2024-08-09
1