NovelToon NovelToon

Sistem Sepakbola : Penyerang Legendaris

Bab 01 - Penghinaan

Jayakarta, Indonesia.

Di sebuah sudut kota tahun 2046 yang terlihat kumuh, dipenuhi beragam macam hal buruk. Anak-anak kumuh berlarian dengan bahagianya meski masa depan mereka sama sekali tidak bersinar.

Bangunan reyot, hanya berdindingkan kayu yang lapuk, atap yang memiliki banyak lubang di sana-sini. Jalanan dipenuhi sampah yang beraroma busuk, juga orang-orangnya yang tak kalah buruknya.

Inilah sisi gelap Kota Metropolitan yang katanya Utopia bagi manusia. Kota dengan gedung-gedung megahnya masih menyimpan sisi buruknya di sudut Kota Jayakarta yang indah.

Daerah Kumuh Sakarta, yang berarti Daerah Kumuh Sampah Jayakarta. Begitulah daerah ini disebut oleh kebanyakan orang-orang kaya busuk yang duduk di kursi pemerintahan.

Harapan hidup di daerah ini sangat kecil. Banyak orang yang meregang nyawa dengan berbagai macam akibat, umumnya akibat kelaparan dan juga pembunuhan karena tingkat kriminalitas di daerah ini sangat tinggi.

Banyak pemuda-pemudi yang hidupnya luntang-lantung di jalanan tanpa harapan. Bagaimana pun ini adalah daerah yang generasinya tak lama lagi akan sirna.

Kevin Pratama, remaja berusia 15 tahun yang hidup penuh penderitaan di daerah kumuh ini. Hidupnya sebatang kara dengan kedua orangtuanya yang meninggal dunia akibat kondisi sosial mereka. Putus asa, dan berakhir dengan bunuh diri.

Kevin, remaja dengan perawakan kurus, tubuh penuh luka akibat penyiksaan dari beberapa oknum preman. Wajahnya sendiri sebenarnya cukup baik, tetapi harus penuh dengan kotoran karena dirinya sendiri sangat jarang membersihkan tubuh. Rambutnya acak-acakan beraroma tak sedap.

Meski dengan segala kekurangan dirinya, Kevin sendiri salah satu remaja yang sangat ingin belajar. Walau harus dipenuhi oleh segala macam rintangan, seperti kekurangan media belajar, terkadang dirundung habis-habisan oleh anak-anak berlatar belakang buruk pula.

Saat ini, Kevin sedang berjalan di sisi terluar daerah kumuh yang mana terdapat pagar besi berjaring yang membatasi daerah ini dengan daerah metropolitan Jayakarta. Terkadang pagar ini akan ditutupi saat beberapa pejabat pemerintahan melintasi jalan poros dari area terluar metropolitan Jayakarta. Benar-benar terasingkan.

Kevin dengan sedikit terbata-bata memainkan bola plastik usang di kakinya. Pengendaliannya terbilang sederhana, tetapi kebahagiaannya lebih daripada itu. Kevin sendiri bercita-cita untuk menjadi punggawa Timnas Indonesia yang melegenda meski dengan segala keterbatasannya.

"Hei, Kevin!" Seorang remaja lainnya berseru dari luar pagar besi berjaring. Anak itu tampak sederhana, tetapi nasibnya masih sangat lebih baik daripada Kevin.

"Oh, Fery! Main siapa yang paling kencang larinya, yuk!" seru Kevin mendekati remaja yang bernama Fery tersebut.

"Oh, ini, Vin. Aku ada sedikit makanan untukmu, maaf aku cuma bisa bantu-bantu gini, aku sudah laporin ke orang-orang katanya biarkan saja. Huh, mereka jahat!" ucap Fery sembari memberikan sekotak penuh satu set nasi dan lauknya melalui lubang yang dibuat oleh mereka.

Kevin menerimanya, mereka pun duduk berhadapan dengan dibatasi pagar besi berjaring. Menikmati makanan penuh canda tawa, benar-benar layaknya sahabat.

Keduanya adalah teman yang saling berhubungan satu sama lain selama beberapa bulan ini. Kevin dan Fery terkadang memainkan beberapa permainan sederhana untuk mengisi waktu, Fery juga sering membawa makanan dan beberapa sumber daya lainnya untuk Kevin.

Di tengah mereka sedang asyik bermain bercanda ria, seorang pria bertubuh besar dengan memakai jas nampak wajahnya dipenuhi kemarahan, urat-uratnya timbul dengan mata merah menyala.

"FERY!!!"

Fery berbalik dengan ragu, dirinya dihadapkan sosok mengerikan baginya. "A–Ayah~!"

Pria yang dipanggil ayahnya itu mengulurkan tangannya dan langsung melayangkan pukulan ke wajah Fery. Fery yang saat itu tubuhnya memang masih rapuh langsung terhempas ke tanah.

"DASAR ANAK HARAM!!!" Begitu murkanya pria tersebut. "Ayah sudah katakan, jangan bermain dengan anak sampah itu!"

Fery menatap nanar ayahnya dan menoleh kepada Kevin yang hanya bisa duduk termenung.

"Hei, kau! Anak sampah, sekali lagi kau berhubungan dengannya!" tegas pria itu menunjuk Kevin. "MATI KAMU!" lanjutnya yang begitu menggelegar.

"Uhh~" Fery beranjak, dirinya menarik ayahnya dengan cepat.

Fery dengan pipi merahnya, menangis sejadi-jadinya sambil berkata, "A–Ayah~ A–Ayo! J–Jangan sakiti dia!"

Pria itu menghempaskan Fery hingga jatuh tersungkur ke tanah. Pria itu menatap Fery dengan tatapan layaknya iblis.

"Anak brengsek!" Pria itu lantas langsung menarik Fery dan menyeretnya dengan keras menjauh dari sana.

Sebelum semakin jauh, pria itu berbalik dan menatap tajam Kevin. "DENGAR UCAPANKU, ANAK SAMPAH TAK TAHU DIRI!!!"

***

Kevin yang tertinggal sendirian hanya duduk termenung. Bulir air mata mengalir, mengingat setiap kenangan bersama Fery yang beberapa bulan ini terus menyemangatinya.

"Kalian pun tidak ada bedanya," lirih Kevin. "Kalian pun seperti sampah," lanjutnya dengan mengatupkan kedua giginya begitu marah.

Penghinaan di depannya persis terjadi untuk ke sekian kalinya, tetapi kali ini lebih parah. Mentalnya semakin goyah seiring waktu, jurang kegelapan itu telah berbisik padanya untuk terjun tanpa harus memikirkan hal duniawi.

Kevin beranjak, tubuhnya berjalan gontai menuju salah satu gedung terbengkalai yang dipenuhi oleh anak-anak kumuh. Gedung dengan tinggi sekitar 3 lantai itu begitu buruk, lumut tumbuh di mana-mana, beberapa bagian ada yang telah hancur pula.

Sorot mata Kevin menjadi kosong layaknya mata ikan mati. Kevin terus berjalan dengan mendengar setiap bisikan yang menghantuinya, sosok gelap tersenyum mengerikan bergeliat di tubuhnya terus berbisik untuk berjalan menuju jurang kegelapan.

Kevin menaiki tangga yang licin dipenuhi lumut tanpa memedulikan beberapa orang memanggilnya. Sesekali karena tak begitu fokus, diriny jatuh berguling ke bawah, tetapi dengan pikiran yang telah kacau pun dirinya beranjak dan terus menaiki tangga.

"Cih, aneh!"

"Anak itu makin aneh setiap hari!"

"Dasar bodoh!"

Kevin yang akhirnya bisa menaiki gedung itu hingga sampailah di atap atas, tempat di mana biasa banyak anak-anak kumuh melakukan aktivitasnya. Namun, tempat inilah menjadi salah satu tempat orang bunuh diri karena penyakit mental mereka.

Kevin berjalan hingga ke tepi gedung, beberapa orang di bawah melihatnya tanpa sengaja.

"Cih, orang ke dua puluh!"

"Siapin plastik, buang ke sungai saja nanti!"

Begitulah percakapan beberapa orang yang juga menganggap ini hal biasa.

Kevin yang hendak melangkah keluar tepian gedung, tiba-tiba suatu benda berbentuk persegi panjang berwarna hitam jatuh dari ketinggian langit dan menghantam kepalanya.

Kevin jatuh ke belakang dengan wajah yang terhantam pantulan benda aneh tersebut.

Sorot mata Kevin perlahan mulai hidup, hingga kesadarannya penuh kembali.

"huh? A–Aku di mana?!"

Kevin melihat sekitar, dirinya sadar bahwa tempatnya berada di mana banyak orang melakukan bunuh diri.

"Ugh … Tempat gila ini," gumam Kevin. "Ibu … Ayah … Mereka meregang nyawa lewat sini," lanjutnya yang mengalirkan bulir air mata.

Kevin meringkuk, hingga tangannya menyentuh sesuatu yang aneh.

Kevin duduk, melihat benda persegi panjang yang cukup besar. "A–Apa ini?!"

***

...Arc 1 Start...

...Tournament ASEAN Football Academy...

BAB 02 - Sistem

Kevin meringkuk, hingga tangannya menyentuh sesuatu yang aneh.

Kevin duduk, melihat benda persegi panjang yang cukup besar. "A–Apa ini?!"

Tablet berukuran setidaknya 10 inch yang begitu besar dan canggih di mata Kevin. Bagaimana pun sosok Kevin adalah anak kumuh yang jauh dari kata modern.

Kevin menyentuh perangkat tersebut, dalam seketika perangkat tablet itu menyala dan menunjukkan layar hologram mengambang di atas layar perangkat tablet tersebut.

Layar hologram itu menunjukkan seorang pria berusia kurang lebih 30 tahunan dengan penampilan yang menawan, memiliki rambut hitam tebal yang selalu tampak rapi dan teratur.

Mata hitamnya yang tajam dan memancarkan kepercayaan diri membuatnya selalu menarik perhatian di mana pun ia berada.

Struktur wajahnya yang tegas dengan rahang yang kokoh dan bibir tipis yang sering melengkung dalam senyuman, menambahkan kesan ketampanannya yang alami.

Postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, terlihat seperti latihan fisik yang intens, semakin memperkuat kesan tampan dan gagah pada dirinya.

Pria itu melambaikan tangan pada Kevin sambil berkata, "Hai, Anak Muda! Saya RK … Emm … Panggil saja R, saya akan membantumu mencapai impianmu!"

Kevin tersentak dan langsung menyeret tubuhnya ke belakang menjauhi sosok yang berbicara itu padanya. "ARRGHH! Ha–Hantu!!!"

Sosok hologram itu nampak bertolak pinggang, dari tampilannya bibirnya berkedut kesal.

"Saya akan membantumu, dan …" ucap pria yang menyebut dirinya RK. "SAYA BUKAN HANTU, BRENGSEK!!!" teriaknya menggelegar.

Pria itu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Cih, intinya saya akan membantumu mewujudkan semua hal yang mustahil bagimu saat ini!"

Kevin mendekati R dengan ragu, tangannya terulur dan nampak ingin memegang tubuh hologram tersebut. Namun, hologram tetaplah hologram, hanya sebatas kumpulan cahaya yang dibentuk sedemikian rupa.

"Kamu … Siapa?"

"Saya RK, panggil R saja!"

"Kamu … Apa?"

"Saya adalah kepribadian masa lalu yang akan membantumu mewujudkan impianmu, buatlah Indonesia kembali merebut trofi Piala Dunia 2050!"

Kevin tiba-tiba merinding, merasakan angin sepoi-sepoi yang mulai menyapu kulitnya. Suasana itu semakin intens kala sosok pria R itu yang tertawa terbahak-bahak.

"Kamu tau sejarah Empat Piala Dunia Indonesia, kan?"

Kevin mengangguk cepat dari pertanyaan tersebut.

Bagaimana pun, mau terbelakang apapun teknologi di suatu wilayah, mereka tetap akan tahu dari mulut ke mulut sejarah Indonesia yang meraih trofi Piala Dunia pada tahun 2026, 2030, 2034 dan tahun terakhir 2038 yang mana menjadikan Indonesia negara terbaik pada 16 tahun perjalanan tersebut.

Namun, entah mengapa sejarah itu tidak tercipta lagi mulai tahun 2042 hingga kini 2046 yang bahkan Indonesia tidak juga bisa lolos ke babak kualifikasi putaran ketiga. Itu semua akibat kehilangan sosok tembok legendaris Indonesia, kiper legendaris yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi sejak tahun 2040.

"Cih, sejarah itu benar-benar menyebalkan, ini akibat–" Pria R yang hendak meneruskan kalimatnya tiba-tiba disambar listrik dari visual hologramnya.

"Arrghhh! Brengsek!" umpat R dengan begitu murkanya.

"Te–Terus … Kehadiranmu untuk membantuku, tapi … Apa bantuanmu?" ucap Kevin yang mulai penasaran dengan teknologi di depannya tersebut.

"Heh … Anak muda ini benar-benar sensasi," celetuk R sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Sistem, itu yang akan menjadi pembantumu, sementara saya adalah mentormu!" lanjutnya dengan sorot mata serius.

"A–Apa itu sistem?"

R hanya bisa menggerutu kesal sambil berkata, "Kau anak tahun kapan sih, ini kan sudah masa teknologi?! Huh … Menyebalkan!" keluhnya. "Intinya, sistem adalah bantuanmu yang secara langsung mengintervensi, sedangkan saya hanya sebagai mentormu di belakang layar!"

Kevin mengangguk ringan, tetapi nyatanya dirinya masih tak begitu paham akan hal yang dijelaskan oleh R. Bagaimana pun dirinya untuk soal pembelajaran sangat terbelakang karena takdirnya untuk terlahir di Daerah Kumuh Sampah Jayakarta.

"Baiklah, tak usah basa-basi lagi, langsung saja!" R langsung menunjuk Kevin yang sedang kebingungan. "Pemindaian Pengguna!"

Bzzzt~!

Sambaran listrik menjalar ke tubuh Kevin hingga dirinya mengalami kejang-kejang hebat. Namun, R tetap melanjutkannya dengan sorot mata seriusnya tanpa bergeming pun.

"Pemindahan Sistem Nano!" seru R setelah sambaran listrik itu selesai di tubuh Kevin.

Dari dalam perangkat tablet, puluhan ribu, bahkan nyaris tak terhingga muncul semacam pasir hitam yang sangat halus hingga benar-benar tak bisa dilihat dalam satuan butir.

Pasir hitam itu bergerak-gerak dan langsung memasuki mulut Kevin yang terbuka.

"AAARRRGGGHHH!!!"

Kevin merasa panas, seakan tubuhnya mendidih di dalam kuali besar yang sedang dalam pembakaran. Cahaya keluar dari setiap lubang di tubuh Kevin.

R mengangguk ringan sambil berkata, "Bagus, prosesnya akan sukses kalau begini." R kemudian kembali menunjuk Kevin. "Kerahkan tenaga sistem operasi!"

Bzzzt~!

Tubuh Kevin tersetrum untuk ke sekian kalinya. Aliran listrik itu mengalir dari perangkat tablet yang sedang dikendalikan oleh R dengan seriusnya.

Lima menit kemudian, tubuh Kevin mengeluarkan semacam cairan hitam yang beraroma busuk. Cairan itu menginterpretasikan sebagai kotoran dalam tubuh Kevin yang begitu banyaknya.

"Nah triliunan mesin nano itu sedang bekerja untuk meningkatkan tubuh," ucap R dengan bangganya. "Dari triliunan mesin nano, sebanyak jutaan sisanya menyimpan penuh data legenda masa lalu sepakbola!" lanjutnya sambil mengusap hidungnya dan tersenyum bangga.

Kevin beranjak, dirinya menatap sekitar dengan kebingungan. Matanya akhirnya tertuju pada R yang sedari tadi tertawa bangga.

"Emm … Tubuhku seperti terasa ringan dan luka di tubuhku menghilang!" ucap Kevin sambil mengangkat kedua tangannya.

"Ya, itulah sistem yang sedang bekerja di dalam tubuhmu!" jelas R sambil menunjuk Kevin.

Hidung Kevin tiba-tiba bergerak-gerak, mengendus-endus aroma yang sangat busuk. Sesaat dirinya menghirup cairan hitam di tangannya, dirinya nyaris memuntahkan isi perutnya.

"Heurrkh! Busuk!" keluh Kevin.

"Ntar kamu mandi saja, hahaha!" sahut R sambil tertawa geli.

[Selamat datang, Tuan!]

Sebuah layar hologram mengambang berbentuk persegi tepat muncul di depan penglihatan Kevin.

R melihat itu dan akhirnya bernapas lega. "Fyuuuh … Akhirnya harus seperti ini, dasar #### #### itu!"

"Wah! A–Apa ini?" ucap Kevin sambil melihat sekitar, tetapi layar hologram itu terus mengikuti matanya di mana pun matanya melirik.

"Itu dia, sistem pembantu, Sistem Sepakbola yang legendaris, dengan banyak peningkatan dari pendahulumu, dan sedikit penyesuaian agar masuk akal di masa sekarang!" jelas R dengan antusiasnya.

[Selamat datang, Tuan!]

[Yang terhormat, Tuan Kevin Pratama. Karena cita-cita Tuan ingin menjadi Penyerang Legendaris, maka Sistem Sepakbola bagian Penyerang Legendaris yang akan membimbing Tuan.]

R tersenyum haru sambil berkata, "Wah, nostalgia sekali, ya!"

[Sebagai Paket Permulaan untuk membantu Tuan meniti karir, sistem memberikan hadiah!]

[Kotak Hadiah X1]

[Buka Kotak Hadiah? (Y)/(N)]

Kevin yang ragu-ragu menyentuh pilihan setuju.

[Kotak Hadiah terbuka!]

[Isi Kotak Hadiah:

- Uang dengan rekening 0512-1405-2710 berjumlah Rp 1.000.000.000,00.

- Set Pakaian kasual

- Kartu Keterampilan "Leo Messi - Dribble" Legenda Masa Lalu

- Kartu Keterampilan "Kekuatan Tubuh"]

R mengangguk ringan sambil tersenyum dengan bangganya. "Heh … Ini dia awal dari legenda yang menggetarkan dunia!"

"Benar-benar aneh," gumam Kevin.

BAB 03 - Sistem (2)

[Kotak Hadiah terbuka!]

[Isi Kotak Hadiah:

- Uang dengan rekening 0512-1405-2710 berjumlah Rp 1.000.000.000,00.

- Set pakaian kasual

- Kartu Keterampilan "Leo Messi - Dribble" Legenda Masa Lalu

- Kartu Keterampilan "Kekuatan Tubuh"]

R mengangguk ringan sambil tersenyum dengan bangganya. "Heh … Ini dia awal dari legenda yang menggetarkan dunia!"

"Benar-benar aneh," gumam Kevin.

Kevin mencoba untuk beradaptasi, lagipula dari kemunculan perangkat aneh dari langit sudahlah di luar nalar. Otak Kevin sekarang dipenuhi oleh banyaknya pertanyaan yang ingin dilontarkan, hanya saja dirinya mencoba untuk memahaminya.

"Terus … Apa saja fungsi sitem ini?"

"Sistem oi," sahut R dengan kesalnya.

"Ya, ya, itu sistem!" balas Kevin dengan tersenyum kikuk.

[Sistem Sepakbola : Penyerang Legendaris memiliki beberapa fitur diantaranya sebagai berikut:

[ - Fitur Jendela Informasi Pengguna

- Inventaris Sistem

- Daftar Misi

- Toko Sistem (Terkunci)]

"Je–Jendela? Jendela kayak gubuk itu?" ucap Kevin sambil menunjuk ke sebuah gubuk yang jendelanya terbuat dari kardus bekas.

R menghela napas sambil menggelengkan kepalanya pasrah. "Hadeh … Anak ini benar-benar sensasi deh, sangat-sangat terbelakang di zaman sekarang!"

Kevin yang mendapati kalimat keluar dari R pun langsung menatapnya dengan sorot mata tajam. "Kamu jangan seenaknya!"

R mengendikkan bahunya sambil berkata, "Faktanya gitu sih, hehehe!"

"I–Iya juga sih," balas Kevin yang menunduk lesu.

R pun mau tidak mau harus turun tangan. "Apa boleh buat, saya akan mengendalikan satu mesin nano dan mengirimkan pecahan visual modern selama dua puluh tahun belakang, lengkap dengan ilmu pengetahuan penuh! Kamu akan setara anak SMA bahkan lebih!"

Bzzzt–!

Aliran listrik mulai menjalar ke tubuh Kevin, hingga dirinya tersentak. Namun, aliran itu hanya berlangsung sementara, ketika puluhan pecahan visual menghujani otaknya.

"Wuaaah!!!"

Sorot mata Kevin berbinar-binar, wajahnya berseri-seri ketika puluhan pecahan visual itu menghujani otaknya. Pecahan visual yang mana terbagi dari beberapa bagian dan membuat kepala sangat kesakitan setelahnya.

"Ups! Kebanyakan!" celetuk R sambil berharap Kevin baik-baik saja.

Meski begitu, tekad Kevin nampak lebih tinggi. Kepalanya berangsur-angsur membaik dan dirinya kali ini telah memiliki visual dari setiap hal yang begitu modern selama kurang lebih dua puluh tahun belakang tanpa terkecuali juga bagaimana megahnya setiap perhelatan Piala Dunia yang dimenangkan Indonesia selama empat kali berturut-turut.

"Widih, anak muda ini jadi modern!" ejek R sambil tertawa.

"Cih, memang sih saya sebelumnya terbelakang, tapi sekarang saya sudah setara anak-anak yang belajar di SMA atau bahkan lebih!" jelas Kevin yang bagai orang baru.

R melipat kedua tangannya, dalam pikirannya bergumam, 'Apakah saya benar memberikan visual itu? Lagipula dia harus dibantu agar lebih cepat maju, kan? Ini benar 'kan #### ####?' batinnya sambil termenung. 'Bahkan dalam hati saja kena sensor,' lanjutnya yang sedikit kesal.

Kevin menatap R yang nampak termenung kemudian bertanya, "Apa yang kamu pikirkan, R?"

R menggeleng ringan sambil tertawa kecil. "Haha … Nggak ada kok, cuma teringat masa lalu saja!"

Kevin tak begitu memikirkan ucapan R dan lebih fokus ke sistemnya.

"Emm … Coba fitur Jendela Informasi!" ucap Kevin dengan sedikit ragu.

[Memunculkan Jendela Informasi Pengguna!]

[JENDELA INFORMASI]

[Nama : Kevin Pratama]

[Umur : 15 tahun]

[Profesi : Penyerang]

[STATUS]

[Kekuatan: 30]

[Stamina: 50]

[Akselerasi: 50]

[Kecepatan: 50]

[Lompatan: 30]

[Fleksibel: 30]

[Tangkapan: 10]

[Tekel: 10]

[Dribbling: 20]

[Kontrol bola: 30]

[Umpan jauh: 10]

[Umpan pendek: 20]

[Kekuatan Tembakan: 20]

[Akurasi: 20]

[Kurva: 10]

[Tendangan Penalti: 20]

[Kesadaran taktis: 30]

[Visi permainan: 30]

[Refleks: 60]

[Penyelamatan: 10]

[Pertahanan: 60]

[Lemparan: 20]

[***]

"Wah! Ba–Banyak angka!"

R mengintip sejenak kemudian berkata, "Ckckck … Lemah!"

"Aku paling tinggi cuma Refleks dan Pertahanan? Yaa … Pengalaman sih, melarikan diri menghindari para perundung terus …" ucap Kevin dengan tersenyum kikuk. "Dipukuli hingga mampus," lanjutnya.

R hanya bisa menatap pasrah bagaimana takdir Kevin yang benar-benar malang. Bagaimana pun dirinya berharap kedatangannya ini membawa angin segar bagi Kevin dan juga tentu bagi Indonesia yang telah terpuruk akhir-akhir ini dalam persepakbolaan.

"Pertama-tama, kau harus sekolah di Akademi Garuda, manfaatkan uang satu miliarmu!" jelas R.

Kevin mengangguk ringan, kali ini, takdirnya akan berjalan berbeda. Takdir yang ditempuhnya akan sangat berbeda dari sebelumnya, sekarang dia memiliki sistem dan juga mentor bernama R yang baginya terkadang menyebalkan.

"Cepatlah, yang ada kau gak berkembang di sini, dasar pemalas! Cepat beli perlengkapan, cepat bodoh!" R nampak sangat santainya mengejek Kevin yang mulai naik pitam.

Kevin berdiri, dirinya menatap rendah perangkat tablet di bawah. "Kau kuinjak baru tau!"

R membuang mukanya sambil berkata dengan nada tengilnya. "Hahaha … Perangkat ini sudah diuji militer oleh #### #### dan menghasilkan kekuatan tiada tanding!"

"Kamu barusan bilang apa sih?!"

"Nggak, itu memang sistem penyensoran. Sengaja ditanam oleh #### #### untuk menjaga kerahasiaan!" R hanya bisa menggerutu kesal bahwa mulutnya seakan terdistorsi saat mengungkap kalimat rahasia.

R menatap Kevin kemudian berkata dengan angkuhnya. "Woy! Cepat sana bergerak, kau di zamanku benar-benar dihantam pelatih, dasar anak pemalas!"

***

Kevin telah membersihkan tubuhnya di sebuah kamar mandi dan toilet umum yang tersebar di beberapa taman di penjuru Kota Jayakarta. Tentu mandi bersih-bersih agar dirinya tak disangka orang dari Daerah Kumuh Sakarta, lagipula dirinya ingin menghapus kenangan buruk dari tempat itu.

"Sip! Sudah bersih, beruntung aku dapat set pakaian!" ucap Kevin sambil melihat tubuhnya saat ini yang sudah sangat berbeda.

Kevin Pratama, pemuda 15 tahun yang tampan, memiliki mata hitam yang tajam dan rambut hitam berkilau dipotong rapi. Wajahnya simetris dengan fitur halus, hidung mancung, dan senyum yang menawan.

Tubuhnya proporsional dan atletis, menunjukkan bahwa dia aktif secara fisik meski jelas mesin sistem nano di dalam tubuhnya ikut andil. Kevin terlihat mengenakan kaus putih dan celana pendek abu-abu, memberikan kesan santai dan bersih.

Di tangan kanannya nampak perangkat tablet yang besar. Kevin meliriknya dan berkata, "Huh, kalau kau lebih kecil lebih gampang dipegang!"

R yang tidak dalam bentuk tubuh hologram membalasnya keras. "Ya ini karena lebih gampang menyimpan data, bodoh!" Terdapat gambar wajah ketus terlukis dalam bentuk hologram dua dimensi di layar tabletnya.

Kevin sekali lagi memandang tubuhnya di cermin yang tersedia di tembok kamar mandi dan toilet umum tersebut.

"Aku benar-benar berbeda!" gumam Kevin.

Kevin pun berjalan dengan girangnya berniat menuju setidaknya daerah di mana berkumpulnya perumahan medium yang cocok untuk dirinya tinggali. Bagaimana pun dengan uang satu miliar, dia bisa langsung membayar penuh rumah yang normalnya sekitar 200 juta.

[Misi Pertama Sistem diterbitkan!]

[- Belilah Perlengkapan hidup, dan juga khususnya perlengkapan untuk bersekolah.

- Masuklah ke Akademi Garuda dan setidaknya berada dalam peringkat 20 besar.

Hadiah Penyelesaian: Kartu Keterampilan "K. Mbappe - Run to Dribble the Ball" Legenda Masa Lalu

Jangka Waktu: 13 hari 23 jam 59 menit 40 detik]

"Mbappe, macam pernah dengar?" gumam Kevin.

R menyahut dengan sombongnya. "Dih, legenda masa lalu gak dikenal, benar-benar anak zaman sekarang ya!"

"Haisssh! Kau mentor yang menyebalkan!" keluh Kevin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!