20. Gosip

Satu per satu siswi keluar dari toilet setelah berganti seragam, meninggalkan ruangan itu semakin kosong dan sunyi. Hazel, dengan senyum puas, tengah asik melihat pantulannya di cermin besar di depan sink.

Hazel memiringkan kepalanya sedikit, mengagumi setiap sudut wajahnya dengan pandangan penuh keyakinan.

"Buset dah, makin dilihat makin cantik saja diri ini," batin Hazel, bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

Dia menoleh sedikit ke kiri dan ke kanan, memastikan setiap sudut wajahnya terlihat sempurna. Tangannya perlahan menyisir rambutnya, mengatur beberapa helai yang tampak tidak pada tempatnya. Matanya berkilau penuh kebanggaan saat ia mengerucutkan bibirnya, bermain-main dengan ekspresi wajah di depan cermin.

Tiba-tiba, pintu toilet terbuka lebar dan Liliana, Enara, serta Ivanka masuk ke dalam, memecah keheningan yang ada. Suara langkah kaki mereka terdengar jelas di lantai keramik, dan atmosfer ruangan langsung berubah dengan kehadiran mereka.

Ivanka melangkah maju, sikapnya menunjukkan otoritas yang tidak terbantahkan.

"Semuanya keluar kecuali Hazel," ucap Ivanka tiba-tiba dengan nada tegas dan dingin.

Beberapa siswi yang masih ada di toilet segera beranjak pergi, menghindari suasana yang mendadak terasa tegang.

"Zel, lo bisa gak sih jadi cewek jangan sok cantik?" ketus Enara, nada suaranya penuh rasa kesal.

Dia benar-benar merasa sangat terganggu karena Bastian sepertinya mulai tertarik pada Hazel.

"Maaf nih ya, gue bukan sok cantik tapi memang cantik, uhhh," balas Hazel dengan wajah tengil.

Ivanka, yang berdiri di samping, tiba-tiba menggerakkan tangannya dengan cepat, niatnya jelas terlihat hendak menjambak rambut Hazel. Matanya menyala dengan amarah, dan giginya terlihat sedikit menggeretakkan.

Namun, sebelum sempat melakukannya, Liliana dengan sigap menahan pergelangan tangan Ivanka, menghentikan aksinya dengan cengkeraman yang kuat namun tenang.

"Biar gue aja yang ngomong sama dia," ucap Liliana dengan tenang, meskipun matanya tetap fokus pada Hazel. Dia memberikan isyarat kepada Ivanka untuk mundur, mencoba meredakan situasi.

Ivanka menarik napas dalam-dalam, lalu mundur selangkah dengan enggan, menyerahkan kendali kepada Liliana. Dia melipat tangannya di dada, tetap memperhatikan dengan waspada.

"Lo cerita apa ke Kak Devano sampe dia ngira gue buli lo?" tanya Liliana dengan nada tajam sembari menatap Hazel dengan sorot mata penuh tuntutan.

"Gue gak cerita apa-apa," jawab Hazel dengan jujur, ekspresinya menunjukkan ketulusan.

"Kakak lo sendiri tuh yang ambil kesimpulan padahal gue udah jelasin panjang kali lebar," batin Hazel, merasa frustasi dengan situasi yang tidak pernah dia inginkan.

Liliana menghela napas, mencoba meredam emosinya. "Sebenernya gue punya salah apa sih sama lo sampe lo dendam banget sama gue?" tanyanya dengan nada yang lebih lembut, kali ini benar-benar penasaran dan sedikit putus asa mencari penjelasan.

Hazel menatap Liliana dengan mata yang berkaca-kaca, merasa miris dengan situasi ini. Dia menggigit bibir bawahnya, mencari kata-kata yang tepat.

"Gue juga gak terlalu paham," batin Hazel.

"Lo buat kakak gue benci sama gue, ayah dan bunda juga lebih peduli sama lo. Lo selalu aja nyari ribut sama gue. Sebenernya mau lo apa sih?" tanya Liliana dengan suara frustasi, nada suaranya bergetar oleh emosi yang telah lama terpendam.

Enara dan Ivanka hanya diam, tetapi raut wajah mereka jelas sekali menunjukkan keinginan untuk berkelahi dengan Hazel.

"Bahkan orang yang gue suka pun kini malah berbalik suka sama lo," batin Liliana dengan perasaan miris, matanya berkaca-kaca menahan air mata.

"Jadi orang jangan munafik dong," desis Ivanka dengan suara bergetar.

Dia merasa kesal karena Hazel, yang biasanya tidak pernah kehabisan kata-kata atau tindakan kasar, kali ini hanya diam tanpa respons apa pun. Seolah-olah Hazel telah kehilangan kejengkelannya yang biasa menjadi pemicu adu fisik, seperti menampar Liliana atau menjambak rambut Ivanka secara impulsif.

Tiba-tiba, pintu toilet dibuka dengan kasar, menimbulkan suara keras yang memecah keheningan.

"Wah, mainnya keroyokan," ejek Tania dengan nada tengilnya, masuk ke dalam ruangan dengan ekspresi mengejek.

Hazel memiringkan kepalanya untuk melihat Tania, dan saat mata mereka bertemu, Tania langsung tersenyum.

"Malaikat penyelamat akhirnya datang," batin Hazel dengan lega.

Dia merasa seolah-olah Tania datang pada saat yang tepat untuk mengalihkan perhatian dari konfrontasi yang hampir meledak tadi.

***

Di kelas yang sepi karena sedang jam kosong, namun masih ada tugas yang harus diselesaikan, beberapa siswa memutuskan untuk berkumpul dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Mereka duduk bersama di meja-meja yang tersedia, saling membantu dan bertukar pikiran untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah mereka.

Tania dengan nada julid menyuarakan keheranannya. "'Lo ngapain sih gabung ke sini?" serunya.

Tatapan tajamnya melayang ke arah Febrian, mengungkapkan ketidaknyamanan atau kebingungannya terhadap kehadiran orang tersebut di grup mereka.

Febrian, yang sedang sibuk merangkai pikiran untuk menyelesaikan tugas, merespons dengan mengangkat ujung bibirnya. Ekspresinya terlihat sedikit kesal dan terganggu oleh tatapan intens dari Tania.

Hazel, yang duduk ditengah-tengah antara Tiana dan Febrian, tetap diam sambil fokus menulis di bukunya. Kepalanya sesekali mengangkat untuk menangkap percakapan di sekitarnya, namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Zel, lo gak papa?" tanya Febrin dengan kepedulian yang mulai tumbuh, menyadari bahwa wajah Hazel terlihat sedikit kusut atau mungkin terganggu.

"'Dia gak papa,"' jawab Tania tanpa berbelit-belit, menyatakan secara tegas pendapatnya tentang keadaan Hazel.

"Lo ada masalah apa sih sama gue? Kok kayaknya gak suka banget liat gue deket sama Hazel?" desak Febrin, kekesalan mulai terbaca jelas dari intonasi suaranya.

Ekspresinya menunjukkan ketidakpuasan dan kebingungan atas sikap Tania yang tampaknya merasa tidak nyaman dengan kehadirannya di sekitar Hazel.

"Kalian bisa diem gak? Kepala gue puyeng nih," keluh Hazel dengan suara pelan, mencoba meredakan sakit yang dirasakannya.

Hazel Dia meletakkan pena di atas bukunya dengan lembut, lalu memijit pelipisnya dengan lembut. Ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan yang jelas.

Tania, yang duduk di sebelahnya, memandang Hazel dengan ekspresi prihatin. "Lo udah minum obat yang gue kasih?" tanyanya dengan suara lembut, menunjukkan perhatiannya yang tulus.

Hazel mengangguk pelan. "Udah," jawabnya dengan suara rendah, mencoba menghilangkan rasa pusing yang mengganggunya.

Febrian, yang sedang berusaha memulihkan suasana, tiba-tiba mengingat percakapan tentang Hazel dan Liliana yang kembali terlibat dalam perselisihan, "katanya lo berantem lagi ya sama Liliana?"

Tania, mendengar pertanyaan Febrian, langsung memberikan tatapan sinis yang mengindikasikan bahwa topik ini adalah hal yang tidak diinginkan untuk dibahas saat ini.

"Mulut lo minta di lem," ketus Tania dengan nada tegas, menunjukkan bahwa dia tidak ingin hal tersebut menjadi perbincangan saat ini.

Hazel menatap Febrian dengan mata penuh harapan dan ketidakpastian. "Lo sering denger berita tentang gue ya?" tanyanya dengan suara gemetar, mencoba mencari kepastian dari Febrian.

Febrian merasa tertegun oleh pertanyaan Hazel yang begitu tiba-tiba. Matanya melihat ke arah Tania, mencari bantuan dalam situasi yang semakin tegang ini. Dia tidak ingin membuat keadaan semakin buruk dengan kata-kata yang salah.

"Orang-orang ngatain gue jahat ya? Apa gue sejahat itu?" lanjut Hazel, air mata mulai menggenang di sudut matanya, mencerminkan ketidakadilan yang mungkin sudah lama dirasakannya.

Tania, langsung menunjukkan kekesalannya pada Febrian. "Lo sih," desisnya dengan nada tajam, menyalahkan Febrian atas pertanyaan yang mungkin sudah menyinggung perasaan Hazel.

Febrian merasa terjepit dalam kebimbangan. Dia teringat mendengar gosip-gosip buruk tentang Hazel di antara siswa-siswi lain—menyebutnya sebagai sosok yang jahat, bermuka dua, munafik, manipulatif, dan pura-pura baik.

Tetapi, seiring waktu dia mengenal Hazel lebih dekat, dia menyadari bahwa semua itu tidak sepenuhnya benar. Hazel adalah seseorang yang jauh dari deskripsi negatif tersebut.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!