16. Pulang

Hazel, yang sedang duduk di ayunan teras sambil membaca buku, terkejut melihat kehadiran Febrian dan merasa sedikit khawatir tentang apa yang akan terjadi.

Ketegangan meningkat ketika Revan muncul bersama seorang teman yang tampak sangat ganteng. Revan, dengan wajah datarnya yang khas, menatap Febrian dengan penuh kecurigaan.

Teman kakaknya, Devano, hanya berdiri di sampingnya, mengamati Febrian dengan tatapan penilaian yang tajam, seolah-olah mencoba memahami maksud kedatangan Febrian.

"Siapa?" tanya Revan dengan nada datar dan sedikit dingin, matanya menyipit sedikit.

Febrian merasa semakin gugup, tapi berusaha tetap tenang. "Saya Febrian, Kak," jawabnya, mencoba tersenyum meskipun jantungnya berdegup kencang.

Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman, pertama dengan Revan, kemudian dengan Devano, yang menerima salaman itu dengan anggukan kecil.

"Saya mau bahas beberapa soal fisika untuk ulangan besok," lanjut Febrian dengan suara yang sedikit bergetar karena gugup.

Dia menggaruk belakang kepalanya, merasa tidak nyaman dengan situasi yang mendadak canggung ini.

***

Devano menyelinap diam-diam ke dekat jendela ruang tamu, hatinya berdebar cepat saat dia melihat Hazel dan Febrian tengah duduk di meja kecil dengan buku tebal fisika terbuka di antara mereka.

Dia melihat Hazel, yang duduk dengan sikap yang santai namun penuh perhatian, matanya sesekali melirik ke buku tulis Febrian untuk melihat apa yang sedang ditulisnya.

Sedangkan Febrian, dengan ekspresi konsentrasi yang dalam, sesekali mengangguk mengikuti penjelasan yang diberikan Hazel.

"Sejak kapan Hazel deket sama cowok?" tanya Devano penasaran, suaranya hampir berbisik sambil mengalihkan pandanganya ke Revan yang tengah rebahan di sofa.

Revan mengangkat satu alisnya, mencoba mengingat. Dia mengerutkan keningnya sejenak, seolah berpikir keras

"Gak tahu," jawabnya akhirnya dengan santai, "dia cantik, pasti banyak yang suka. Kadang gue liat bekas-bekas sampah makanan ringan di tong sampah. Pastinya banyak cowok yang kasih dia," lanjut Revan sambil menggelengkan kepala kecil.

Devano duduk di kursi di dekat jendela, posisinya sedikit condong ke depan, menunjukkan ketertarikan yang jelas dalam percakapan ini.

Dengan santai, dia menyelonjorkan kakinya di atas meja kecil di depannya, menggambarkan rasa ingin tahu dan ketidakpastian yang dirasakannya.

Revan menghela napas panjang, mengubah posisi tubuhnya sedikit, seolah sedang memikirkan lebih dalam.

"Lo gak mungkin naksir sama adek gue kan?" tanyanya tiba-tiba, membuat atmosfer ruangan tampak tegang sejenak.

***

Febrian duduk di seberang Hazel di meja kecil, buku fisika terbuka di depannya. Dia menulis catatan sambil mendengarkan dengan serius penjelasan yang diberikan Hazel.

Meskipun awalnya hanya berniat untuk mencari alasan untuk bertanya, sekarang dia merasa sedikit miris karena benar-benar diajarin oleh Hazel.

"Padahal gue cuma alasan aja buat tanya soal, malah beneran diajarin," batin Febrian dalam hati, matanya terfokus pada buku tulisnya.

Hazel, sambil menarik buku tebal fisika yang agak jauh darinya, menjawab dengan tenang, "Sebenernya kalau udah tahu rumusnya dan paham jalannya fisika tuh enggak seberat itu."

Febrian mengangguk setuju, menyerap penjelasan Hazel dengan seksama. Dia merasa lega mendapat bantuan dari Hazel meskipun tidak direncanakan sebelumnya.

"Zel, gue boleh tanya gak?" ucap Febrian tiba-tiba, matanya melirik ke arah Hazel yang masih fokus dengan bukunya.

"Boleh," jawab Hazel sambil membolak-balik halaman buku tebalnya.

"Kak Devano sering main ke sini kalau malem?" tanya Febrian, rasa penasaran terlihat jelas di wajahnya.

"Hah? Kak Devano?" Hazel memandang Febrian dengan sedikit kebingungan.

"Devano siapa?" balik tanya Hazel, mencoba mengingat siapa yang dimaksud Febrian.

"Dia yang dateng bareng kakak lo tadi," jawab Febrian.

"Gak tahu, gue baru liat," ucap Hazel sambil fokus kembali pada bukunya, matanya menyelusuri baris demi baris teks yang ada di halaman tersebut. Dia tenggelam dalam pemikirannya tentang rumus-rumus fisika yang rumit.

Febrian mendengar jawaban Hazel dengan tatapan terpaku, kebingungannya terpancar jelas dari ekspresinya. Pena yang dipegangnya tiba-tiba terlepas begitu saja dari genggaman tangannya, jatuh di atas buku tulisnya dengan suara halus.

"Zel, dia kakak Liliana, rumahnya aja sebelahan sama rumah lo. Kakak lo juga kerja sama Kak Devano. Gak mungkin lo baru liat dia," ucap Febrian dengan nada sedikit terkejut, mencoba menjelaskan dengan penuh keyakinan.

Hazel mengangkat pandangannya dari bukunya, wajahnya terkejut dan sedikit bingung. Dia memandang Febrian dengan tatapan yang mencerminkan usahanya untuk memahami apa yang baru saja dikatakan temannya itu.

Sementara itu, dalam pikirannya, dia berusaha mengingat-ingat tentang sosok yang dimaksud Febrian.

"Udah malem, sebaiknya lo balik,"  ucap Hazel sambil merapikan buku-buku yang tersebar di meja dengan cepat dan terburu-buru, mencoba mengakhiri pertemuan mereka dengan cepat.

Hazel merasa lengan kirinya ditarik dengan kuat oleh Febrian, membuatnya menghentikan gerakannya yang sedang merapikan buku-bukunya. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang tegang.

Mata Febrian memancarkan rasa serius dan kecewa yang dalam, sementara Hazel mencoba mempertahankan ekspresi netral meskipun hatinya berdegup kencang.

"Jadi waktu di koridor itu, lo beneran lupa sama gue? Bukan pura-pura lupa ataupun gak kenal sama gue? Lo kenal gue tapi lo gak inget sama gue?" desak Febrian nada bicara memancarkan keputusasaan yang terasa begitu nyata.

"Lo ngomong apaan sih?" tanya Hazel.

Hazel merasa tegang, dia tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Dia mencoba untuk melepaskan lengan yang digenggam Febrian, namun Febrian mempertahankan pegangannya dengan erat.

"Hazel, lo sakit?" tanya Febrian, kekhawatirannya terpancar jelas dari ekspresi wajahnya yang cemas.

Namun, sebelum Hazel bisa menjawab, suara marah tiba-tiba memotong dari belakang.

"Singkirin tangan lo!" teriak Devano tajam, memecah keheningan dengan nada yang penuh amarah.

Langkahnya cepat dan tegas, dia langsung mencengkram kerah baju Febrian dan mendorongnya menjauh dari Hazel dengan kasar.

Febrian terkejut oleh tindakan mendadak Devano. Dia merasa bingung dan terkejut oleh kekerasan gerakan tersebut. Tatapannya memandang Devano dengan campur aduk antara kebingungan dan kejutan. Sementara itu, Hazel sama-sama terkejut dan terdiam, tidak menyangka situasi akan berubah begitu cepat.

Devano masih berdiri tegak di samping, pandangannya tajam dan penuh dengan sikap yang keras.

"Pulang lo!" tunjuknya dengan suara yang mengandung ancaman nyata, menunjuk ke arah gerbang.

"Kak, lo salah paham," ucap Febrian dengan nada yang tetap tenang, mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya.

"Pulang!" bentak Devano lagi, perintahnya keras dan tidak memberi kesempatan untuk klarifikasi lebih lanjut.

Febrian mengangguk singkat, merasa tidak ada jalan lain selain menuruti permintaan kakak Hazel yang sangat marah ini. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri, menarik napas dalam sebelum berbicara lagi.

"Zel, gue minta maaf. Gue balik dulu, besok kita bicara di sekolah," ucap Febrian dengan suara rendah, mencoba menenangkan situasi yang sudah memanas dengan tawaran untuk membicarakan semuanya di tempat yang lebih tepat.

Tangannya bergerak dengan cepat merapikan buku-bukunya yang masih berserakan di atas meja kecil itu. Dia memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya dengan gerakan tergesa-gesa, tidak ingin membuat situasi semakin buruk.

Langkah Febrian terdengar cepat dan teratur saat pergi, meninggalkan keheningan tegang di belakangnya. Pandangannya sekilas melintas ke arah Hazel yang terlihat masih tercengang di tempatnya.

Setelah mengatur tasnya dengan rapi, Febrian merogoh kantongnya untuk mengambil handphone. Dia menekan tombol-tombol dengan gerakan otomatis, menghubungi sopirnya untuk menjemputnya.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!