3. Jangan Nikung

Suara spidol bergesekan di atas papan tulis dengan ritme yang monoton, menciptakan suatu melodi yang entah bagaimana malah memikat Hazel ke dalam alam mimpi yang dalam.

"Siklus Carnot disebut sebagai siklus ideal yang terdiri dari dua proses, yaitu proses isotermal dan proses adiabatik..."

Namun, di tengah-tengah semua itu, Hazel tidak peduli. Dia terlelap dengan buku Fisika menutupi wajahnya, sepertinya memanfaatkan momen berharga untuk menikmati tidurnya, tanpa memedulikan suara guru yang sedang menjelaskan.

"Nih anak neuronnya eror deh," batin Tania, menggelengkan kepala sambil menatap Hazel.

Dia menatap guru yang sedang menggambar diagram siklus Carnot di papan tulis, lalu kembali memandang Hazel yang tampaknya begitu asyik dalam mimpinya.

Hazel, yang terbiasa dengan dunianya sendiri, tidak menyadari sorotan Tania yang penuh kejengkelan. Dia merasa hangat di dalam selimut ketidaktahuan, meskipun dunianya di sekitar terus berputar.

***

Di kantin yang ramai itu, suasana begitu hidup dengan siswa-siswa yang bergerombol di meja-meja, berbicara dengan riuh rendah tentang pelajaran, pacar, atau sekedar hal-hal sepele lainnya.

Hazel, bagaimanapun, merasa seolah berada dalam dunia sendiri, terlelap di antara keramaian itu.

"Permisi kak," ucapnya dengan sopan. "Kak Tania disuruh ke kantor kepsek," tambahnya dengan sedikit gemetar.

"Oke, makasih," ucap Tania dengan nada dingin dan siswi itu bergegas pergi.

"Padahal belum makan, tapi gue udah kenyang. Iya, kenyang banget nelen sabar," batin Tania dengan nada sinis.

Dia sering kali merasa iri dengan kemampuan Hazel untuk tidur di mana pun dan kapan pun, tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya yang begitu bising dan sibuk.

Tanpa mengganggu Hazel lebih lama, Tania memutuskan untuk pergi. Dia tahu Hazel akan baik-baik saja di kantin yang ramai ini, meskipun mungkin tidak akan terbangun sampai makanan yang ditunggunya tiba.

***

"Samperin gih," usul Davian sambil menyikut pelan perut Ananta.

"Iya, samperin. Mumpung si Tania enggak ada," tambah Agler, mendukung ide itu dengan semangat.

Ananta, sosok yang jarang bersuara dan tidak terlalu tertarik untuk terlibat dalam kegaduhan semacam ini, mengerutkan keningnya dengan sedikit ketidaknyamanan.

Namun, sebelum dia bisa memberikan alasan atau bergerak, seseorang yang lain tiba-tiba mendahuluinya.

***

Hazel duduk di meja kantin dengan makanan di depannya, matanya sudah mulai terjaga setelah beberapa gigitan makanan. Di depannya, Febrian duduk dengan santainya, tengah menikmati hidangan yang sama.

Atmosfer kantin sekolah elit itu ramai dan hidup, dengan suara percakapan siswa-siswa yang bertebaran di sekitar.

"Lo kayaknya ngantuknya enggak ilang-ilang. Lo sibuk apaan sih?" goda Febrian, sambil menatap Hazel dengan rasa penasaran.

Hazel menelan suapan makanannya sebelum menjawab dengan gaya santai, "Gue tiap hari sibuk, sibuk... bernapas," ucapnya sambil menyunggingkan senyum kuda yang khas.

"Shibal... lo minta ditampol ya , Zel?" batin Febrian dalam hati sambil menahan tawanya.

***

Hari yang cerah di sekolah Hazel, namun suasana hatinya jauh dari cerah. Dia duduk di pos penjagaan dekat gerbang sekolah dengan wajah tegang, menatap jauh ke depan seolah sedang mencari jalan pulang yang hilang entah ke mana.

"Stres banget gue kayak gini," gumam Hazel dengan suara serak, seolah-olah satu-satunya lawan bicaranya adalah angin yang berhembus pelan di sekitarnya.

Tania, pulang lebih awal setelah bercakap-cakap dengan kepala sekolah, meninggalkan Hazel sendirian dalam kegalauannya.

Hazel, yang dalam dunia novel ini terkenal karena kecantikannya, kini terlihat sangat jauh dari kata 'cantik'. Rambutnya yang biasanya terurai indah kini sedikit berantakan, dan matanya yang biasanya bersinar kini memancarkan kebingungan yang tak tertahankan.

Sekolah yang sebelumnya ramai dengan siswa-siswa yang bergegas pulang, kini seakan-akan menyaksikan drama komedi di mana Hazel berperan sebagai tokoh utama yang kebingungan.

Dia merapatkan kedua lengan ke tubuhnya, seolah-olah mencoba menahan badai yang mengamuk di dalam dirinya.

"Gimana cara gue baliknya?" desahnya dengan nada frustasi. "Ini kan bukan drama Korea di mana orang bisa tiba-tiba teleport pulang ke rumah."

Tiba-tiba, seorang siswi menghampirinya dengan senyuman yang berusaha tulus, tapi terganggu oleh kedutan di bibirnya yang membuatnya terlihat seperti Joker.

"Belum pulang?" tanya Ananta, mencoba menunjukkan kebaikan hatinya.

Hazel, yang dalam hatinya meronta-ronta melihat kegantengan Ananta, tidak bisa menahan diri untuk tidak terpikat. "Gila, serbuk berlian," batinnya dengan gugup.

"Belum," jawab Hazel dengan suara yang sedikit kikuk.

Ananta tersenyum lebar. "Mau pulang bareng?"

Hazel, tanpa berpikir panjang, langsung menjawab, "Mau."

***

Dari kejauhan, beberapa orang memperhatikan dengan perasaan campur aduk saat Hazel masuk ke dalam mobil Ananta.

"Gampang banget si Ananta luluhin hati Hazel," komentar Ivanka dengan nada suara yang sedikit sinis.

"Bilang aja lo iri. Karena sebenernya lo mau juga kan sama Ananta?" goda Enara dengan senyum menggoda.

"Apaan sih?" gerutu Ivanka dengan sedikit kesal.

"Gue enggak tahu ini bener apa enggak." Liliana, yang selama ini diam memperhatikan dari kejauhan, merasa bimbang.

Dia ingin memberitahu Hazel yang sekarang tampak begitu bahagia di dalam mobil Ananta bahwa kebahagiaan itu dibangun di atas fondasi yang mungkin palsu.

Liliana merasa bertanggung jawab atas segala kekacauan ini, namun dia juga takut akan akibat dari kejujurannya.

***

Setelah pulang sekolah, Agler, Bastian, dan Davian langsung menuju ke rumah Agler untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka duduk santai di sofa, sambil memulai percakapan yang cukup serius.

"Menurut lo si Hazel tuh jahat beneran gak sih?" tanya Davian sambil rebahan di sofa.

Bastian, yang mendengar pertanyaan itu, langsung terlihat tak bersahabat ekspresinya.

"Lo gak lihat waktu itu mereka berantem sampe Liliana kacau gitu?" tanya Bastian dengan nada sedikit keras.

"Tapi gue denger si Hazel sampe di infus," ucap Davian, mencoba memberikan sudut pandang lain.

Agler, yang awalnya hanya diam dan terlihat memperhatikan, akhirnya tertarik untuk ikut serta dalam pembahasan ini.

"Dari wajahnya sih, si Hazel kelihatan pura-pura baik," komentarnya, mencoba menganalisis situasi.

Bastian mengangguk-angguk setuju. "Bener juga ya, dia kan pintar banget nutup-nutupin sisi jahatnya."

Davian mengangkat bahunya. "Gue sih gak tahu. Tapi kadang orang yang keliatan baik, belum tentu bener-bener baik."

"Emangnya ada yang tau apa yang sebenernya terjadi di balik layar?" tanya Agler, mencoba merangkum semua informasi yang ada.

"Tapi enggak mungkin Liliana jahat, dia baik banget. Saking baiknya bikin gue gemes sendiri," ucap Bastian dengan nada yakin.

Agler yang duduk di sebelahnya langsung merespons dengan spontanitasnya yang khas. Dia meraih bantal dari sofa dan melemparkannya ke arah Bastian dengan cepat, tepat mengenai kepalanya. Bantal itu membuat suara empuk saat mengenai sasaran.

"Apaan sih?" protes Bastian sambil menggelengkan kepalanya, memegang bantal yang baru saja mendarat di kepalanya.

"Lo jangan nikung Ananta dong," sindir Agler sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.

Sementara itu, Davian yang duduk di sofa seberang mereka, dengan senyum penuh kelicikan, menambahkan bumbu dalam percakapan mereka.

"Si Ananta sampe bela-belain deketin Hazel buat buktiin rasa sukanya ke Liliana loh," ucap Davian dengan nada ceria.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!