9. Akhir Part

Bibir Hazel kedutan dengan gelisah. Dia duduk di kursi rumah sakit, ruangan yang dingin dengan cahaya putih terang yang membuatnya semakin merasa tak nyaman.

Sama sekali tidak ada dalam rencananya hari ini untuk menjalani serangkaian pemeriksaan medis yang begitu mendetail seperti ini.

"Ngapain sih lo ngajakin gue periksa segala? Sayang uangnya, gue sehat-sehat aja," ucap Hazel dengan sedikit kesal, mencoba mengekspresikan kebingungannya kepada Tania yang duduk di sebelahnya.

Tania merengut, matanya menatap hasil lab yang baru saja diterimanya. Dia mengatur kembali hasil-hasil tersebut dengan hati-hati ke dalam map putih yang terbuka di pangkuannya.

"Gak bisa gini. Gue masih ragu. Secara fisik mungkin normal, tapi mental lo perlu diperiksa juga," jawab Tania sambil memasukkan map tersebut ke dalam tasnya dengan mantap.

Hazel mengangguk pelan, meskipun hatinya berdesir tak menentu. Dia merasa lelah setelah melewati semua pemeriksaan tadi, mulai dari tes memori dan kognisi, tes fisik dengan pemeriksaan neurologis, hingga pemindaian CT scan dan MRI. Masing-masing alat dan instrumen medis tersebut membuatnya semakin bingung dan cemas.

Sekarang, Tania kembali menarik tangannya dengan lembut. Hazel mengikuti langkah Tania dengan langkah yang berat, tubuhnya terasa gemetar karena kelelahan dan ketidakpastian.

Dia mencoba memahami kekhawatiran Tania, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan pertanyaan dan ketidakmengertian atas semua ini.

***

Tania menatap Hazel dengan penuh kebingungan. Matanya menyelidiki wajah Hazel yang terbaring tak berdaya di kursi khusus dengan beberapa kabel terhubung ke kepala dan tubuhnya. Dia merasa tegang mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Hazel.

"Gue bukan Hazel Yunara," ucap Hazel lagi, suaranya masih terdengar samar karena keadaannya yang tidak sadar.

"Gue Hazel Ara, gue dari dunia nyata. Dan entah kenapa gue ada di dunia fiksi ini. Semuanya gila dan gue bingung harus apa."

Tania mendengarkan dengan seksama, matanya melirik ke sekeliling ruangan di mana beberapa orang tampaknya mencatat apa yang Hazel katakan. Tatapan mereka penuh perhatian dan serius, mencerminkan betapa pentingnya informasi ini bagi mereka.

"Gue cuma baca sinopsisnya dan lihat beberapa gambaran karakter aja," ucap Hazel dengan suara gemetar, mencoba menjelaskan situasi yang mengganggu pikirannya.

Dia terduduk di kursi, masih terhubung dengan beberapa kabel dan sensor di kepala dan tubuhnya.

"Liliana gadis yang baik dan polos. Dia pemeran utama dalam dunia ini," lanjut Hazel, matanya terasa berat karena air mata yang terus mengalir. "Dikelilingi serbuk berlian. Bastian diam-diam suka sama Liliana tapi Liliana sukanya sama Ananta."

Suasana di ruangan terasa hening, hanya suara langkah-langkah orang yang lewat di koridor terdengar samar. Tania mencoba memahami setiap kata yang keluar dari mulut Hazel, namun semakin mendalam ia memahami, semakin terasa absurd semua ini bagi logikanya.

"Dan Ananta..." Hazel terhenti, napasnya tersengal-sengal karena emosi yang memuncak.

"Ananta pacaran sama Hazel karena permintaan dari Liliana. Setelah Hazel bener-bener jatuh cinta sama Ananta, Ananta tinggalin dia gitu aja."

"Hazel yang awalnya memang udah ada dendam sama Liliana makin dendam gara-gara Ananta jadian sama Liliana," lanjut Hazel dengan suara serak. "Semua orang jadi benci sama Hazel. Dan Liliana malah nge-harem sama Ananta, Bastian, Davian, Agler, bahkan kakak Hazel sendiri, Revan."

Tania mengernyitkan dahi, mencoba mencerna informasi yang semakin tidak masuk akal ini. Apa yang Hazel bicarakan terdengar seperti plot dalam sebuah novel yang rumit dan penuh intrik, bukan sesuatu yang bisa terjadi dalam kehidupan nyata.

"Dan akhir part dari Hazel adalah membunuh dirinya sendiri," ucap Hazel dengan suara bergetar, sepertinya sulit baginya untuk mengucapkan kata-kata tersebut.

Tania merasa seolah dunia di sekitarnya berputar cepat. Dia tidak tahu harus percaya atau tidak. Apakah ini nyata atau hanya ilusi dari otak Hazel yang terganggu?

Tania menatap Hazel dengan pandangan campuran antara kekhawatiran dan keraguan. Dia ingin meyakinkan dirinya bahwa ini hanya delusi atau mungkin hasil dari sesuatu yang tidak terduga dalam keadaan medis Hazel.

Namun, di lubuk hatinya, ada kecurigaan bahwa mungkin, mungkin saja, apa yang Hazel katakan memiliki benang merah yang terhubung dengan kenyataan.

"Haruskah gue percaya?"

***

Suasana kelas mulai ramai seiring dengan berakhirnya jam pelajaran. Beberapa siswa bergegas meninggalkan kelas untuk pergi ke kantin atau tempat lain, mengisi waktu istirahat mereka. Di tengah keramaian itu, Ananta dan Febrian berpapasan di pintu kelas.

"Lo liat Hazel gak?" tanya Ananta, matanya mencari-cari ke sekitar ruangan kelas yang mulai kosong.

Febrian yang sedang berjalan keluar menjawab dengan nada santai, "Dia gak masuk."

Ananta mengernyitkan dahinya, ekspresinya mencerminkan kekhawatiran yang mulai tumbuh. "Karena apa?" tanyanya sambil menahan langkahnya.

"Mana gue tahu. Gue bukan emaknya," jawab Febrian dengan nada ketus, seolah tidak peduli, lalu bergerak pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Ananta memandang kepergian Febrian dengan wajah yang mulai terlihat dongkol. Matanya memancarkan ketidakpuasan dan frustrasi. Dia merasa kesal dengan sikap acuh Febrian yang tidak menganggap serius pertanyaannya.

"Gak papa, nanti pulang sekolah tinggal di bacok,"

***

Revan duduk di meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan berkas. Kertas-kertas yang berserakan di atas permukaan meja, beberapa terlipat dan ada yang masih terbuka lebar dengan lembaran-lembaran penting yang berjejer.

Revan duduk di sana, berusaha memilah-milah dokumen-dokumen tersebut dengan tatapan penuh konsentrasi, walaupun wajahnya menampakkan sedikit raut kebingungan dan kelelahan.

Namun, meskipun dia berusaha keras untuk memusatkan perhatian, pertanyaan Devano mengganggunya.

"Adik lo kok gak pernah main ke rumah lagi?" suara Devano terdengar santai, mencoba memecah keheningan yang terisi dengan bunyi kertas yang dibolak-balik oleh tangannya.

Revan mengangkat kepalanya, matanya menatap kosong sebentar sebelum fokus kembali pada berkas yang sedang ia periksa.

"Dia sibuk belajar. Dan sering main sama temennya," jawab Revan dengan suara yang sedikit terdengar lelah.

Meskipun menjawab, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa pikirannya masih melayang di antara berbagai hal yang harus diselesaikannya.

Devano menggosok-gosok pelipisnya dengan ekspresi kebingungan yang semakin mendalam. "Gue heran sama adek lo sama Liliana. Mereka berdua kenapa sih gak bisa akur?" ujarnya dengan nada heran.

Dia mencoba memahami dinamika antara adik Revan dan Liliana, dua orang yang seharusnya bisa dekat tapi terlihat ada ketegangan di antara mereka.

Revan, yang sedang sibuk dengan berkas-berkas di meja, mendengar pertanyaan Devano tetapi merasa seperti terhenti sejenak.

"Adik lo pernah cerita gak tentang masalahnya sama Liliana?" tanya Devano lagi, mencoba mengejar respons dari Revan.

Revan merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat. Kesehariannya yang padat membuatnya jarang memiliki waktu untuk mendengar keluhan Hazel, adik perempuannya.

Dia menyadari bahwa hubungannya dengan Hazel tidak terlalu dekat, meskipun Hazel selalu mencoba untuk mendekatinya.

"Gak ada," jawab Revan dengan jujur setelah beberapa saat berpikir.

Dia merasa bersalah karena tidak bisa memberi Devano jawaban yang lebih memuaskan, namun faktanya dia tidak punya banyak informasi tentang masalah antara Hazel dan Liliana.

Devano mengangguk, meskipun wajahnya masih terlihat penuh tanda tanya. Dia tahu Revan mungkin tidak akan memberikan informasi lebih lanjut jika memang tidak mengetahui permasalahan itu secara detail.

Namun, rasa penasarannya tentang apa yang terjadi antara Hazel dan Liliana tetap mengganggu pikirannya.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!