4. Dendam

Mobil terparkir tak jauh dari tempat Hazel dan Ananta berdiri. Udara sore yang sejuk berhembus pelan, membawa aroma dedaunan yang basah setelah hujan.

Hazel, dengan rambutnya yang sedikit berantakan akibat angin, memandang Ananta dengan tatapan penuh tanda tanya. Matanya yang besar dan bulat tampak seperti ingin menembus jiwa Ananta, mencari tahu segala rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Ia menyilangkan tangan di dada, menandakan bahwa ia benar-benar ingin tahu jawaban dari pertanyaannya.

"Makasih ya. Ngomong-ngomong lo tahu dari mana ini rumah gue?" tanya Hazel penasaran. Suaranya terdengar renyah, seperti bunyi krupuk yang baru saja digoreng.

Ananta terdiam sejenak, memperhatikan ekspresi Hazel yang terlihat natural, tidak ada kesan yang dibuat-buat.

Ananta merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.

Dengan senyum yang dipaksakan, Ananta menjawab, "Semua orang juga tahu disini rumah lo." Ia mencoba tersenyum ramah, meski hatinya berdebar-debar tak karuan.

Di dalam hatinya, Ananta mulai menyadari bahwa yang sedang berpura-pura adalah dirinya, bukan Hazel. Ia merasa seperti aktor dalam drama yang salah kostum, berusaha bermain peran yang bukan miliknya. Ananta menatap sekeliling, berharap ada sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian Hazel.

Sekelompok burung pipit terbang melintasi langit, membuat pola yang indah di atas kepala mereka. Cahaya matahari senja menyoroti wajah Hazel, membuatnya terlihat seperti tokoh dalam lukisan klasik.

Ananta merasa semakin canggung, dan tangan kanannya secara refleks meraih bagian belakang lehernya, menggaruk-garuk seolah ada gatal yang tak kunjung hilang.

"Eh, ya gitu deh. Gue denger dari anak-anak juga," tambah Ananta, mencoba memberi alasan yang masuk akal.

Namun, Hazel hanya mengangguk pelan, sepertinya tidak terlalu puas dengan jawaban tersebut.

Mereka berdua akhirnya berjalan menuju pintu gerbang rumah Hazel, langkah-langkah mereka seirama, seolah-olah ada musik yang mengiringi. Hazel berhenti di depan pintu dan menoleh ke arah Ananta.

"Makasih ya, udah nganterin gue pulang," katanya sambil tersenyum tulus.

Ananta mengangguk, "Sama-sama, Zel," Ia melambaikan tangan, dan Hazel membalas dengan lambaian kecil sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

Ananta menghela napas panjang, merasa lega sekaligus bingung dengan perasaannya sendiri. Ia berdiri sejenak di depan gerbang rumah Hazel, menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup, sebelum akhirnya berbalik dan berjalan kembali ke mobilnya.

***

Malam itu, suasana di sekitar rumah Hazel terasa tenang. Lampu teras yang remang-remang memberikan kesan hangat dan nyaman. Tania datang dengan langkah tergesa-gesa, jantungnya berdegup kencang, perasaannya campur aduk antara penasaran, khawatir, dan sedikit marah. Ia melihat Hazel duduk santai di kursi teras, menghadap halaman yang tampak sepi.

"Lo tadi pulang bareng Ananta ya?" selidik Tania tanpa basa-basi, suaranya agak bergetar.

Hazel mengerutkan kening, bingung. "Ananta? Siapa, gue gak kenal," jawab Hazel santai sambil memotong kukunya yang panjang-panjang dengan gunting kecil.

Kuku-kuku itu terbang jatuh ke lantai, satu per satu, membuat bunyi tik-tik yang terdengar jelas di keheningan malam.

Tania memperhatikan kegiatan Hazel itu dan merasa semakin gusar. "Sejak kapan lo suka kuku pendek?" tanyanya, mencoba mencari tahu lebih banyak dari kebiasaan baru Hazel yang tampak aneh di matanya.

Suara potongan kuku terhenti. Hazel mengangkat wajahnya dan menatap Tania. Mereka berdua saling berpandangan, seolah-olah ada sesuatu yang tak terucapkan melintas di antara mereka.

"Lagi nyaman kuku pendek," jawab Hazel kikuk.

Hazel terlihat tenang, tetapi mata Tania memancarkan keresahan yang mendalam.

"Lo enggak mungkin gak inget Ananta," desak Tania. "Dia yang pengen deketin lo karena permintaan Liliana."

"Tunggu, jadi cowok ganteng itu namanya Ananta?" Hazel terkejut, sampai gunting kuku yang ia genggam terjatuh ke lantai, menghasilkan suara denting kecil yang memecah keheningan.

Malam semakin larut, dan suasana di teras rumah Hazel terasa lebih hening. Hazel dan Tania masih duduk berhadapan, bayangan mereka samar-samar tertangkap oleh cahaya lampu teras yang redup.

"Lo makin aneh. Jelas-jelas kita pernah bahas tentang dia dan rencana balas dendam kita," ucap Tania tiba-tiba.

Kata-kata itu bagai petir yang menyambar Hazel, membuatnya merasa dunia di sekelilingnya berhenti sejenak. Jantungnya berdebar kencang, dan ia merasakan ada sesuatu yang sangat penting yang telah ia lupakan atau tidak sadari.

Tania, dengan ekspresi serius, mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri foto. Ia memperlihatkan sebuah foto lawas seorang perempuan muda yang terlihat sangat mirip dengan Hazel.

Wajah perempuan itu penuh dengan senyuman manis yang sama dengan Hazel, namun ada sorot mata yang berbeda, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik tatapan itu.

"Lo tahu ini siapa?" tanya Tania, suaranya datar namun penuh makna.

Hazel menggelengkan kepala, "Enggak," jawabnya pelan. "Memangnya dia siapa?" tambah Hazel, penasaran namun juga sedikit cemas.

Tania menatap Hazel dengan pandangan yang sulit diartikan, campuran antara kekecewaan dan keprihatinan.

"Gue balik dulu," katanya tiba-tiba, berdiri dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Sebelum Hazel sempat bertanya lebih lanjut, Tania sudah melangkah pergi, meninggalkan Hazel sendirian di teras. Pintu gerbang rumah terdengar tertutup pelan di kejauhan, menandakan kepergian Tania.

Hazel duduk terdiam, perasaannya campur aduk. Banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya, namun ia merasa bingung dan tidak tahu harus mulai dari mana.

"Emangnya siapa sih perempuan itu?" batin Hazel penasaran.

***

Karena kebanyakan tidur, Hazel akhirnya sama sekali tidak bisa tidur lagi. Dari tadi ia berguling-guling di kasur, mencoba mencari posisi ternyaman tapi tidak berhasil.

Ia berbaring telentang, lalu miring ke kiri, kemudian ke kanan, tetapi tetap saja tidak bisa memejamkan mata. Pikiran-pikirannya terus berputar, membuat kepalanya semakin pening.

"Jadi Hazel sendiri tahu kalau Ananta itu cuma mau mainin perasaan dia demi buktiin cintanya ke Liliana?" Hazel bertanya pada dirinya sendiri dengan suara pelan, hampir berbisik.

Ia memandang langit-langit kamar, matanya terbuka lebar, mencoba memahami situasi yang membingungkan ini.

"Gila sih," makinya, merasa marah dan bingung.

Ia menghela napas panjang, lalu duduk di atas kasur. Kakinya menggantung di tepi tempat tidur, sementara tangannya memegangi kepala seolah mencoba meredakan rasa pening yang tak kunjung hilang.

"Itu namanya menyerahkan hati secara cuma-cuma untuk disakiti," ucapnya sambil menggerakkan kakinya ke depan dan belakang, menendang-nendang selimut yang terlepas dari tempat tidur.

"Tunggu," pikir Hazel, tiba-tiba tersadar. "Kalau Hazel tahu si Ananta cuma pura-pura, ngapain Hazel jadi jahat? Kayaknya balas dendam Hazel dan Tania enggak sesederhana itu." Hazel merenung lebih dalam.

Hazel mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Bahkan sebelum hati Hazel retak karena Ananta, Hazel udah punya dendam sama Liliana. Tapi, karena apa?" Ia mencoba menggali ingatannya, tapi yang didapatnya hanya kepingan-kepingan yang belum tersusun dengan jelas.

Hazel merasa pusing. Kepalanya sering migren akhir-akhir ini, mungkin karena tekanan yang ia rasakan. Ia bangkit dari kasur dan berjalan ke jendela, membuka tirainya untuk membiarkan angin malam masuk.

Hazel menatap ke luar, melihat langit malam yang penuh bintang. Dalam kesunyian malam, ia mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.

"Kenapa Hazel bisa sampai punya dendam begitu besar sama Liliana?" Hazel bertanya pada dirinya sendiri, berusaha keras mengingat detail-detail yang mungkin terlewat.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!