12. Gelembung Sabun

Di hari yang cerah dan telah dijanjikan, Hazel dan Ananta pergi bersama ke taman yang ramai. Mereka berdua berjalan di antara pepohonan yang rindang dan jalanan yang ramai dengan pengunjung yang beraktivitas.

Ananta membawa tas plastik berisi makanan yang belum habis dimakan oleh Hazel, sementara Hazel sendiri terlihat begitu terpikat dengan sekelilingnya.

"Ternyata dia suka banget jajan," batin Ananta.

Ananta mengikuti Hazel. Dia melihat Hazel menghentikan langkahnya tiba-tiba di depan sebuah toko kecil yang menjual berbagai mainan anak-anak.

Dengan mata berbinar-binar, Hazel menyentuh pelan dua botol besar yang dipajang di jendela. Botol gelembung sabun. Ekspresi Hazel yang penuh antusiasme tak terbendung saat dia menarik Ananta masuk ke toko.

"Bang, beli dua ya," ucap Hazel tiba-tiba dengan riangnya.

Ananta mengambil dua botol gelembung sabun dari rak. Dia kemudian berjalan mendekati penjual dan membayarnya dengan cepat

***

Diam-diam, Liliana, Enara, Ivanka, Agler, Davian, dan Bastian mengamati dari kejauhan gerak-gerik Ananta dan Hazel di taman yang ramai itu. Mereka berdiri di bawah rindangnya pepohonan, sesekali bertukar pandang dan bisik-bisikan tentang tingkah laku kedua teman mereka.

"Si Hazel mainan gelembung, biar dikira manis apa ya?" gerutu Enara dengan nada sewot, matanya tajam memperhatikan setiap gerakan Hazel yang lincah di sekitar Ananta.

Mereka melihat Hazel dengan ceria meniup gelembung sabun, sementara Ananta terlihat agak kikuk, terbengong-bengong dengan ekspresi tak jelas di wajahnya.

Tak lama kemudian, telapak tangan Ananta secara tidak sengaja menyentuh gelembung sabun yang Hazel tiupkan, membuat gelembung itu pecah dengan gemerlap warna-warni.

"Si Ananta jadi kayak bocah," sindir Davian dengan tawa kecilnya, menambahkan sentuhan humor dalam pengamatannya.

Ananta, yang sebelumnya hanya duduk diam sambil mengamati, tiba-tiba terdorong untuk berdiri. Dengan ekspresi antara malu dan tertawa, dia mulai ikut meniup gelembung sabun dengan semangat. Gerakan tangannya lambat namun pasti, mencoba meniru gerakan yang dia lihat dari Hazel.

"Tapi dia kelihatan bahagia," ucap Bastian dengan nada yang lebih ringan, mencoba melihat sisi positif dari kejadian itu.

Liliana, yang sejak tadi memperhatikan dengan tatapan nanar, tidak bisa menahan perasaan miris terhadap dirinya sendiri.

"Meskipun dilihat dari jauh, tapi gue bisa ngerasa kalau senyum yang ditunjukkan Ananta itu tulus," batin Liliana dalam hatinya, matanya terfokus pada Ananta yang sekarang tertawa riang mengejar gelembung sabun bersama Hazel.

***

Suara tawa riang Hazel menggema di telinga Ananta dan menyaksikan Hazel dikelilingi oleh gelembung sabun yang dia tiup dengan antusias. Ananta, dengan ekspresi campuran antara kagum dan canggung, memandang Hazel dengan penuh perhatian.

"Lo beneran belum pernah mainan gelembung?" tanya Hazel penasaran, mencoba menggali lebih dalam tentang pengalaman Ananta.

Ananta tersenyum simpul, menjawab dengan jujur, "Belum," sambil terus meniup gelembung sabun dengan hati-hati, mencoba menangkap rasa asing dari permainan yang baru baginya.

"Lalu pernah main sepeda?" tanya Hazel lagi.

Ananta terdiam sejenak, sementara gelembung sabun satu per satu mulai pecah di sekelilingnya. Dia memperhatikan dengan penuh perasaan anak-anak kecil yang sedang bermain sepeda di taman itu. Mereka berlomba-lomba, tertawa ceria, dan menikmati setiap detiknya tanpa beban.

"Gue gak bisa naik sepeda," ucap Ananta dengan suara yang sedikit terdengar ragu, tetapi juga mengandung rasa sesal yang mendalam.

Tatapannya terpaku pada anak-anak kecil yang begitu lepas dan bahagia dengan kemampuan mereka mengendarai sepeda.

"Bokap gak ngebolehin gue main sepeda," tambah Ananta, mengungkapkan alasan di balik kenyataan yang membuatnya tidak bisa menikmati hal yang seharusnya menjadi bagian dari masa kecilnya.

Dia melihat dengan penuh keinginan, namun juga dengan sedikit kecemburuan, saat anak-anak kecil itu saling mendahului dengan penuh semangat.

Gelembung sabun masih melayang di sekitar mereka, bermain-main dengan cahaya senja yang mulai memudar. Ananta berdiri, merasakan hembusan angin lembut dan mengamati dengan hati yang campur aduk kegembiraan anak-anak yang belum pernah bisa dia rasakan sepenuhnya.

"Nyatanya jadi pemeran utama gak seenak yang dibayangkan. Di akhir cerita mungkin dia memiliki happy ending, tapi punya masa lalu yang menyedihkan," batin Hazel dalam hati, merenungkan kehidupan Ananta yang mungkin tidak selalu secerah yang terlihat dari luar.

Hazel memandang ke arah Ananta dengan tatapan penuh pengertian. Di benaknya, dia membayangkan sosok Ananta masih kecil, mungkin dulu ketika anak-anak lainnya sedang asyik bermain sepeda, Ananta hanya bisa melihat dari jauh tanpa bisa ikut serta.

***

Agler mengamati dengan tajam dinamika di antara teman-temannya. Saat dia menyampaikan komentarnya tentang Ananta dan Hazel, dia bisa merasakan perubahan tatapan Ananta yang semakin intens pada Hazel. Ada kejelasan dalam pendapatnya bahwa mungkin Ananta yang akan jatuh cinta lebih dulu.

"Kayaknya Ananta yang bakalan suka sama Hazel, bukan sebaliknya," komentar Agler.

Enara, dengan nada geram, menghela napasnya. "Si Hazel pinter banget sih manipulasi orang," gumamnya dengan ketidaksenangan yang terasa jelas dalam suaranya.

"Bisa gawat kalau si Ananta beneran suka sama Hazel. Liliana mau di kemanain," komentar Ivanka, mencuatkan kekhawatiran tentang perasaan Liliana yang mungkin terluka.

Liliana sendiri merasa terjepit di antara perasaan bingung dan sesak. "Harusnya gue gak setuju dengan ide gila untuk Ananta deketin Hazel. Harusnya gue langsung terima Ananta," batinnya penuh penyesalan dan kebimbangan.

Liliana merasa bersalah karena mungkin telah mengabaikan atau tidak menghargai perasaan Ananta sebelumnya.

***

Tania duduk di depan meja belajar yang terlihat berantakan di ruangan yang sunyi. Buku-buku berserakan dan kertas-kertas terhampar di meja, mencerminkan kesibukan dan fokus yang telah dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang diperlukan.

Dia memandang sekelilingnya, mencoba mencari kepastian di tengah kekacauan visual yang mengelilinginya.

"Ini udah lengkap semuanya?" tanya Tania, sambil membuka perlahan amplop coklat yang terasa tebal di tangannya.

Tatapan matanya fokus pada isi amplop tersebut, yang mungkin berisi data atau dokumen penting.

"Sudah, non. Semua data sudah lengkap," jawab Leon dengan tenang.

Leon, yang merupakan tangan kanan Tania, menyampaikan dengan keyakinan bahwa semua yang diperlukan sudah terorganisir dengan baik.

"Jangan sampai ayah dan yang lain tahu," ucap Tania dengan wajah serius, matanya menatap tajam ke arah Leon yang berdiri di dekatnya.

Leon merespons dengan hormat, sedikit menundukkan kepala seraya mengangguk. "Non, tenang saja. Masalah ini tidak akan bocor ke bos besar," ucapnya meyakinkan.

Tania mengangguk sekali, mengisyaratkan bahwa dia menerima jaminan dari Leon. Dia memejamkan matanya sejenak, memutar-mutar kursinya dengan sedikit gelisah. Pemikirannya terfokus pada langkah-langkah yang harus diambil berikutnya.

"Katakan pada tim formulasi bahwa aku ingin bertemu dengan mereka," perintah Tania tegas, tanpa membuka mata.

Leon yang mendengar permintaan tersebut merasa ragu sejenak. Ini bukan wewenang langsung Tania untuk mengatur pertemuan semacam itu, dan dia perlu mempertimbangkan bagaimana cara terbaik untuk menangani situasi ini.

"Akan saya usahakan," jawab Leon akhirnya dengan penuh pertimbangan.

Dia memutuskan untuk menyelesaikan perintah Tania dengan cara yang paling baik dan menghindari potensi masalah atau kecurigaan dari pihak lain.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!