6. jadilah lebih Dewasa

Hazel berdiri di depan papan tulis dengan postur tubuh yang agak terdiam. Tangan kirinya memegang erat selembar kertas yang terlihat penuh dengan coretan dan tulisan. Di sisi lain, tangan kanannya dengan mantap memegang sepidol.

Sesekali, dengan gerakan halus, Hazel melirik ke belakang. Matanya menangkap ekspresi Tania yang tengah mengamatinya dengan seksama. Ekspresi Tania yang serius dan penuh penelitian membuat Hazel merasa sedikit tertekan

"Kerjain, soal modelan gini mah gampang buat lo, gak ada apa-apanya," ucap Tania dengan nada santai.

Hazel menghadap papan tulis dengan perasaan yang campur aduk. Ada sedikit rasa miris yang menghantui hatinya.

"Otak gue jarang dipakai untuk mikir yang berat-berat," batinnya.

Rasanya seperti otaknya sudah terlatih untuk berlari-lari di lintasan yang datar, tanpa harus memanjat dinding yang curam.

Tangan Hazel mulai menari di papan tulis dengan lancar. Entah bagaimana, otaknya bekerja dengan normal hari ini. Tanpa ragu, ia mulai menulis aturan tata nama alkana dengan huruf-huruf yang jelas dan rapi.

"Alkana itu hidrokarbon jenuh yang rantainya cuma ada ikatan tunggal doang. Cuma ada ikatan satu-satu gitu," ucap Hazel dengan nada yang riang.

Ia melanjutkan, "Nah, formula umum alkana itu CnH2n+2. Jadi, misalnya kita punya metana, itu C1H4, etana C2H6, propana C3H8, dan seterusnya."

Setiap kata yang diucapkannya disertai dengan gerakan tegas sepidol di papan tulis, mencatat rumus-rumus kimia dengan jelas. Ekspresinya terlihat antusias dan penuh semangat, meskipun terkadang ia tersenyum kecil sambil memikirkan cara terbaik untuk menjelaskan.

"Butana. C4H10, karena kalau dihitung dengan formula umum CnH2n+2, n-nya itu 4. Jadi, namanya butana," jelas Hazel sambil menulis formula butana di papan tulis dengan garis-garis yang tegas.

"Lalu, C5H12, karena n-nya itu 5. Jadi, rantainya pentana," tambahnya lagi sambil menggarisbawahi kata "pentana" dengan penuh percaya diri.

Tania duduk di belakang, memperhatikan Hazel dengan ekspresi campuran antara kagum dan kebingungan.

"Dia pinter kayak biasanya," gumam Tania dalam hati, mengakui keahlian Hazel dalam menjelaskan. Namun, ia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang masih menyelimuti pikirannya tentang Hazel.

Tania terus memandang Hazel dengan seksama, mencoba mencari tahu apa yang membuatnya merasa tidak nyaman. Gerakan-gerakan tangan Hazel yang lincah dan ekspresi wajahnya yang fokus, menunjukkan betapa seriusnya ia dalam menjelaskan materi.

"Entah kenapa, gue masih ngerasa aneh sama Hazel," ucap Tania dalam hati, memutar-mutar pikiran untuk mencari jawaban atas kebingungannya.

***

Malam itu, di ruang tamu yang tenang, Hazel duduk dengan senyum yang sulit untuk dibendung. Sebuah buku kimia terbuka di pangkuannya, dan matanya terlihat bersinar menyala ketika ia memikirkan materi yang baru saja dipelajarinya.

"Kamu kenapa?" tanya Revan, kakaknya, yang masuk ke ruangan dan melihat Hazel tersenyum sendiri.

Hazel tersentak dan menatap Revan dengan tatapan yang berbinar. "Kakak," serunya lalu berdiri dan menghadap Revan dengan cepat, membuat kakaknya sedikit terkejut dengan reaksi mendadak adiknya itu.

"Padahal biasanya dia kelihatan takut kalau lihat aku," batin Revan, mengingat kembali interaksi mereka yang selalu terasa kaku dan jaraknya terlalu jauh.

Mereka memiliki hubungan yang rumit, dengan sebuah "pembatas transparan" yang terasa di antara mereka. Meskipun Revan tegas dalam mengasuh Hazel, dia juga merasa bersalah karena mungkin telah terlalu kasar.

Tanpa menunggu lebih lama, Hazel menatap Revan dengan penuh harapan.

"Boleh peluk gak?" tanya Hazel dengan suara lembut.

Sebelum Revan sempat menjawab, Hazel sudah melangkah mendekati dan memeluknya dengan erat. Revan merasa kaku di awal, tidak terbiasa dengan kedekatan seperti ini dengan adiknya sendiri setelah begitu lama.

Namun, dalam pelukan itu, Revan mulai merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang ditransmisikan oleh Hazel. Ia mulai melonggarkan ketegangan di tubuhnya, merasakan kelembutan dari adiknya yang begitu lama terabaikan.

"Ya ampun, gue makin seneng hidup di sini. Punya wajah cantik, otak pinter, dan kakak yang enak dipandang setiap saat," batin Hazel dalam pelukannya, mengungkapkan perasaannya yang hangat dan penuh kebahagiaan.

Revan menyadari bahwa mungkin caranya yang terlalu tegas dan kasar selama ini telah membangun dinding antara mereka. Namun, malam ini adalah bukti bahwa di antara mereka masih ada kehangatan yang tak terungkapkan secara verbal.

***

Liliana menatap layar handphonenya dengan ekspresi campur aduk, terbaring santai di atas kasurnya. Pikirannya melayang-layang ke masalah yang sedang membelitnya. Ananta, Hazel, dan segala kompleksitas hubungan di antara mereka menjadi pusat perhatiannya.

"Kenapa gue biarin Ananta deketin Hazel? Walau cuma untuk mainin perasaannya. Tapi lihat mereka, malah gue sendiri yang ngerasa dipermainin," batin Liliana dalam keheningan kamarnya.

Dia merenungkan semua keputusan dan konsekuensi dari tindakannya, merasakan remuk di dalam hatinya sendiri.

Tiba-tiba, ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya. Dengan cepat, pintu terbuka, dan muncullah sosok Devano, kakaknya yang memakai baju lengan pendek. Wajahnya serius, tanpa senyuman di wajahnya ketika berbicara dengan Liliana.

"Kakak mau bicara sama kamu," ucap Devano dengan suara yang mantap, namun terdengar juga penuh perhatian dan kekhawatiran.

Liliana langsung merasa panas dingin. Dia tahu, jika Devano sudah mengambil inisiatif untuk bicara seperti ini, artinya masalah yang dihadapinya sangatlah serius.

***

Liliana duduk di samping Devano dengan pemandangan kolam renang yang luas di depan mereka, lampu hias yang tersebar di sekitar kolam memancarkan cahaya lembut yang mempercantik suasana malam itu.

Kedua saudara ini duduk dalam keheningan yang tegang, atmosfernya terasa sarat dengan ketegangan yang tersirat dari percakapan yang akan mereka lakukan.

"Berhenti membuat masalah dengan Hazel," pinta Devano dengan suara yang tenang namun tegas.

Liliana mendengus ringan, menggelengkan kepala dengan penolakan yang halus.

"Dia duluan, Kak," belanya, mencoba membela tindakannya kepada Devano.

"Dia bilang dia bakalan nikah sama Kakak dan mengusir aku dari rumahku sendiri," tambah Liliana dengan nada sedikit kesal.

Devano mengangkat alisnya, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Matanya menatap Liliana dengan serius, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Baginya, Hazel adalah orang yang terlihat sangat polos dan baik, jauh lebih baik daripada adiknya sendiri.

"Kamu ngaco," tawa sinis keluar dari bibir Devano, menunjukkan ketidakpercayaannya pada alasan yang Liliana berikan.

"Dia sendiri yang bilang. Dia mau rebut ayah dan bunda, dia juga mau merebut kakak dariku," ucap Liliana dengan nada yang frustasi, mencoba menjelaskan situasinya kepada Devano.

Hatinya merasa muak dengan Hazel yang terlihat begitu baik di depan semua orang, sementara sebenarnya dia merasa Hazel adalah sosok yang jahat dan licik.

Liliana menatap ke lantai, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya.

"Dia tuh jahat, dia pura-pura baik, dia selalu gangguin aku, ngata-ngatain aku dengan kata-kata setajam pisau," tambahnya, suaranya tercekat oleh emosi yang memenuhi hatinya.

Devano menghela nafas dalam-dalam, mencoba menjaga ketenangan di tengah situasi yang semakin tegang.

"Jadilah lebih dewasa," ucapnya dengan lembut, meskipun suaranya terdengar tegas.

Kata-kata itu terasa seperti sebuah nasihat yang ingin ia berikan kepada adiknya, meski kadang sulit untuk mengendalikan perasaannya sendiri.

Setelah itu, Devano meninggalkan Liliana begitu saja, tanpa kata-kata lebih lanjut. Dia merasa perlu memberikan ruang kepada Liliana untuk merenungkan apa yang telah dikatakan dan untuk menemukan kejelasan dalam pikirannya sendiri.

Di baliknya, hati Devano terasa berat. Dia tahu bahwa permasalahan antara Liliana dan Hazel tidak akan mudah untuk diselesaikan, dan keputusan yang diambilnya mungkin akan memengaruhi hubungan mereka sebagai saudara.

Episodes
1 1. Beda Takdir
2 2. Lupa Nama
3 3. Jangan Nikung
4 4. Dendam
5 5. Cinta Merubah Cara Pandang
6 6. jadilah lebih Dewasa
7 7. Jangan Berharap
8 8. Biar Lengket
9 9. Akhir Part
10 10. Senam Jantung
11 11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12 12. Gelembung Sabun
13 13. Janji Gak Akan Gila
14 14. Terjatuh
15 15. Teman
16 16. Pulang
17 17. Lebih Baik Menjauh
18 18. Sosok Asing
19 19. Butuh di Puk-puk
20 20. Gosip
21 21. Bokek
22 22. Bidadari
23 23. Rumus The King
24 24. Mata Duitan
25 25. Foto Alay
26 26. Baik dan Jahat
27 27. Cuma Pena
28 28. Antara Grup
29 29. Kepala Berisik
30 30. Pergeseran Peran
31 31. Aroma Uang
32 32. Mati Rasa
33 33. Ribet
34 34. Battle of Brains
35 35. Keponakan
36 36. Coba Tebak?
37 37. Gelas
38 38. LSD
39 39. Parno
40 40. Narkoba?
41 41. Pacran?
42 42. Jadilah Anak Penurut
43 43. Saling Memanfaatkan
44 44. Egois
45 45. Dosis
46 46. Berbagi
47 47. Mental
48 48. Nyakitin Diri Sendiri
49 49. Reaksi Kimia
50 50. Informasi
51 51. Yang Berkuasa Yang Menang
52 52. Tertekan
53 53. Bidak Catur
54 54. Ilusi
55 55. Hirarki
56 56. Kejam
57 57. Hati-hati
58 58. Sky
59 59. Bebas
60 60. Suara
61 61. Bayangan
62 62. Gelombang Kecemasan
63 63. Explo
64 64. Sakit Jiwa
65 65. Bukan Penguasa Utama
66 66. Resiko
67 67. Drama
68 68. Di Balik Layar
69 69. Semuanya Berubah
70 70. Terjebak Dalam Ilusi
71 71. Genting
72 72. Dia Bisa Mati
73 73. Including death
74 74. Berakhir Seperti Semestinya
75 75. Dunia ini Keras
76 76. Kaset Usang
77 77. Garis Lurus
78 78. Uang
79 79. Terlalu Gelap
80 80. Bisa Aja Dia Mati
81 81. Balas Dendam
82 Epilog
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Beda Takdir
2
2. Lupa Nama
3
3. Jangan Nikung
4
4. Dendam
5
5. Cinta Merubah Cara Pandang
6
6. jadilah lebih Dewasa
7
7. Jangan Berharap
8
8. Biar Lengket
9
9. Akhir Part
10
10. Senam Jantung
11
11. Jalan Tanpa Bawa Perasaan
12
12. Gelembung Sabun
13
13. Janji Gak Akan Gila
14
14. Terjatuh
15
15. Teman
16
16. Pulang
17
17. Lebih Baik Menjauh
18
18. Sosok Asing
19
19. Butuh di Puk-puk
20
20. Gosip
21
21. Bokek
22
22. Bidadari
23
23. Rumus The King
24
24. Mata Duitan
25
25. Foto Alay
26
26. Baik dan Jahat
27
27. Cuma Pena
28
28. Antara Grup
29
29. Kepala Berisik
30
30. Pergeseran Peran
31
31. Aroma Uang
32
32. Mati Rasa
33
33. Ribet
34
34. Battle of Brains
35
35. Keponakan
36
36. Coba Tebak?
37
37. Gelas
38
38. LSD
39
39. Parno
40
40. Narkoba?
41
41. Pacran?
42
42. Jadilah Anak Penurut
43
43. Saling Memanfaatkan
44
44. Egois
45
45. Dosis
46
46. Berbagi
47
47. Mental
48
48. Nyakitin Diri Sendiri
49
49. Reaksi Kimia
50
50. Informasi
51
51. Yang Berkuasa Yang Menang
52
52. Tertekan
53
53. Bidak Catur
54
54. Ilusi
55
55. Hirarki
56
56. Kejam
57
57. Hati-hati
58
58. Sky
59
59. Bebas
60
60. Suara
61
61. Bayangan
62
62. Gelombang Kecemasan
63
63. Explo
64
64. Sakit Jiwa
65
65. Bukan Penguasa Utama
66
66. Resiko
67
67. Drama
68
68. Di Balik Layar
69
69. Semuanya Berubah
70
70. Terjebak Dalam Ilusi
71
71. Genting
72
72. Dia Bisa Mati
73
73. Including death
74
74. Berakhir Seperti Semestinya
75
75. Dunia ini Keras
76
76. Kaset Usang
77
77. Garis Lurus
78
78. Uang
79
79. Terlalu Gelap
80
80. Bisa Aja Dia Mati
81
81. Balas Dendam
82
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!