Hari telah sore, semua pekerjaan juga telah selesai dikerjakan. Dapur telah bersih, pakaian basah sudah berada di tempat jemuran, piring juga tersusun rapi di rak pengering. Saatnya bagi Dion untuk beristirahat sejenak. Ketika akan kembali ke kamarnya Dion masih mendengar suara televisi dari ruang keluarga. Itu berarti Mirna masih belum beranjak dari tempatnya. Dion tidak ingin mengambil pusing. Tidak duduk mengobrol dengan neneknya bukanlah masalah. Mereka juga tidak dekat. Saat ini ia hanya butuh waktu untuk istirahat sebentar. Jika tidak ia akan kehilangan waktu istirahatnya karena harus menghabiskan banyak waktu untuk belajar.
Maya baru pulang bersama Ryan. Mirna sudah tidak terlihat di ruang keluarga. Namun Maya mendapati toples nastarnya telah kosong. Maya mendengus kesal dan berjalan ke dapur. Ia melihat kondisi dapur yang sudah bersih dan rapi. Keranjang pakaian kotor juga sudah kosong. Sedikitnya itu mengurangi rasa kesal di hatinya. Sebenarnya Maya sengaja meninggalkan kondisi dapur dengan berantakan untuk menguji apakah mertuanya akan membantunya membereskan kekacauan itu atau tidak. Maya sama sekali tidak berkomentar saat Mirna masuk ke dapur.
Di waktu makan malam bersama. Dion juga ikut makan malam bersama keluarganya. Maya berjalan ke tempat rak pengering piring.
Maya: "Ibu, tadi cuci piring... Lihat gelas keramik yang biasa dipakai untuk buat kopi tidak?"
Mirna: "Hah? Ibu gak lihat."
Dion: "Gelas itu ada di dalam lemari. Tempat pengering itu sudah penuh. Aku takut tergelincir jatuh jadi ku taruh di dalam lemari."
Maya tidak mengatakan apa-apa dan beralih ke lemari piring untuk mengambil gelas itu. Ia menuang minuman ke dalam gelas kemudian membawanya ke meja makan.
Maya: "Kayaknya bukan Ibu yang cuci piring tadi."
Mirna: "Kebetulan Dion pulang dari sekolah. Terus lihat Ibu lagi cuci piring eh dia cepat-cepat melarang dan mengambil alih pekerjaan Ibu. Memang Dion ini anak yang baik."
Mirna menginjak kaki Dion dengan pelan untuk membuat isyarat. Dion pun terpaksa mengiyakan.
Dion: "I- Iya."
Baron: "Dion pasti capek sehabis pulang dari sekolah langsung melakukan pekerjaan rumah."
Dion: "Enggak kok, Ayah. Sudah biasa."
Mirna: "Tuh dengar! Anak muda harus semangat jangan sedikit-sedikit capek. Lagian kamu Baron, jangan terlalu memanjakan Dion. Dion ini bukan anak-anak lagi."
Baron: "Bukan memanjakan, Bu. Cuma kasihan Dion-nya. Harusnya biarkan dia istirahat sebentar dulu sehabis pulang dari sekolah. Pekerjaan rumah bisa dikerjakan nanti."
Mirna: "Nah, beginilah... Kebiasaan buruk kamu mengajari anak-anak menunda pekerjaan."
Baron: "Bukan begitu, Bu."
Maya: "Sudah, makan saja! Malah jadi ribut-ribut di meja makan. Makan, makan, cepat!"
Semuanya menjadi diam dan kembali fokus dengan makanan di atas meja.
Dion: "Memang, mertua dan menantu yang cocok. Sama-sama tidak memiliki perasaan." (Berkata dalam hati)
...⚜️⚜️⚜️...
Pelaksanaan PAS memasuki hari terakhir. Murid-murid terlihat lebih bersemangat karena masa-masa yang menegangkan telah terlewati. Seperti biasa, di jam istirahat Dion dan teman-temannya pasti berkumpul di kantin.
Tamara: "Akhirnya selesai juga PAS nya. Bisa lebih santai sekarang."
Benny: "Belum. Masih ada satu pelajaran lagi sehabis istirahat."
Stella: "Iya. Tetap semangat ya!"
Benny: "Pasti dong."
Tamara: "Tuh Dion masih sibuk baca buku aja."
Benny: "Dion mah gak usah dibilang. Langganannya juara kelas."
Dion: "Aku gak sempat belajar ini kemarin. Mumpung masih ada waktu ya baca sebentar."
Stella: "Ya sudah... kita gak usah ganggu Dion dulu ya."
Benny: "Ciee... Yang paling pengertian."
Stella: "Huss... Jangan berisik deh!"
Benny menahan tawa sambil menutup mulut.
Pulang sekolah.
Benny: "Akhirnya..."
Benny berjalan ke bangku Dion.
Benny: "Dion, main ke rumahku yuk! PAS kan sudah selesai gak perlu belajar lagi. Kamu cepat-cepat pulang ke rumah juga mesti kerja rodi."
Dion: "Bisa saja kamu ngomong."
Benny: "Mau ya? Bosan aku sendirian di rumah. Kita main video game. Hitung-hitung refreshing."
Dion: "Iya. Iya."
Benny: "Asyik."
Benny merangkul pundak Dion dan meninggalkan kelas bersama. Terkadang Dion menceritakan masalah keluarganya kepada Benny. Oleh karena itu Benny tahu bagaimana kondisi Dion di rumahnya.
...⚜️⚜️⚜️...
Siang itu Ryan baru pulang dari sekolah. Saat masuk ke dalam rumah ia dicegat oleh Mirna di ruang tamu.
Mirna: "Ryan, sini..."
Ryan: "Ada apa, Nek?"
Mirna: "Kamu ada uang gak? Sisa uang jajan tadi masih ada?"
Ryan: "Yah, uang jajan ku sudah habis, Nek. Nenek butuh uang untuk beli apa? Biar nanti aku minta mama yang belikan."
Mirna: "Gak usah. Nenek cuma mau uangnya saja kok. Ya sudah deh. Kamu jangan kasih tahu mamamu, ya. Nanti mamamu marah-marah lagi."
Ryan: "Iya, Nek."
Mirna: "Ya sudah sana masuk."
Ryan berjalan kembali ke dalam rumah. Sejaman kemudian Maya dan Ryan ke luar meninggalkan rumah. Tinggal Mirna seorang diri di rumah. Mirna berjalan masuk ke dapur. Piring kotor terlihat menumpuk di bak cuci. Begitu juga dengan meja makan yang kotor terkena tumpahan sayur dan piring kosong yang tidak dibereskan. Maya memang sengaja meninggalkan kondisi dapur dengan berantakan supaya ibu mertuanya membereskannya. Namun Mirna sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Sementara Maya membawa Ryan pergi mengunjungi ibunya.
Ryan: "Nenek..."
Ranti: "Ryan, Maya."
Maya: "Iya, Ma."
Ranti: "Habis darimana?"
Maya: "Dari rumah, Ma. Ini ada buah-buahan."
Ranti: "Ngapain bawa-bawa buah segala. Kayak orang lain saja."
Maya: "Masa aku datang dengan tangan kosong."
Ranti: "Ya, gak apa-apa. Mama juga bukan orang lain. Mending uangnya kamu simpan."
Maya: "Gak apa-apa, Ma. Kan gak setiap hari aku ke sini."
Ranti: "Tumben juga kamu datang hari biasa gini. Biasa kan ke sini hari minggu sama suamimu. Ryan gak sekolah hari ini?"
Maya: "Sekolah kok, Ma. Habis pulang sekolah aku ajak ke sini. Aku lagi malas di rumah ada ibunya Baron. Setiap hari kerjanya berleha-leha, nonton, makan, tidur saja. Pekerjaan rumah gak ada satupun dia mau bantu aku kerjakan. Pakaiannya saja harus aku yang cucikan. Benar-benar buat kesal."
Ranti: "Mertua mu tinggal sama kamu sekarang?"
Maya: "Iya. Sejak hari itu yang Mama ke rumah pas ketemu dia."
Ranti: "Oh, udah lumayan lama dong."
Maya: "Ya, lumayan."
Ranti: "Suamimu juga gak masalah? Ibunya tinggal sama kalian?"
Maya: "Dia ya mana jadi masalah kan ibunya."
Ranti: "Mertuamu sehat kan? Kalau sehat mestinya bisa bantu pekerjaan rumah sedikit. Yang ringan-ringan saja kan gak bisa."
Maya: "Mana pernah dia Ma... Bantu aku. Pegang sapu aja gak pernah. Kemarin saja aku keluar aku sengaja tinggalkan dapur dengan banyak piring kotor pikir dia bakal bersihkan. Eh tahu-tahunya anaknya Baron yang cuci. Tadi juga aku sengaja tinggalkan dapur dengan kondisi berantakan. Aku mau lihat apa dia bakal beresin atau enggak."
Ranti: "Ada kamu saja dia gak pernah beres-beres apalagi gak ada kamu. Paling nanti dia suruh anaknya Baron itu yang bereskan."
Maya: "Benar-benar capek aku, Ma. Mana uang bulanan kurang sekarang. Eh nambah satu mulut lagi yang mau dikasih makan."
Ranti: "Makanya Mama suruh kamu ada uang itu disimpan. Kamu malah datang bawa buah."
Maya: "Beli buah kan gak seberapa, Ma."
Ranti: "Ya sudah nanti kamu sama Ryan makan malam di sini saja. Pulangnya agak malaman aja. Gak usah pusingin itu mertuamu. Biar Baron saja yang urus."
Maya: "Iya, Ma."
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Maya sama ibunya Maya kejam banget jadi orang deh
2024-10-16
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Maya sama ibunya Maya kejam banget jadi orang deh
2024-10-16
0
Sri Astuti
kebangetan juga si bu Mirna.. ga tahu diri dan bikin orang ga respek .. masa minta sisa uang jajan Ryan?
2024-09-12
2