18. Tidak Ada Pilihan Menolak

Tidak terasa kegiatan belajar bersama di rumah Benny telah berjalan selama hampir tiga Minggu. Hanya tinggal satu Minggu lagi mereka akan mulai melaksanakan PAS. Keempat remaja itu benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya persiapan untuk menghadapi PAS kegiatan belajar bersama ini ternyata juga banyak membantu mereka, terutama ketiga teman Dion dalam menjawab soal pelajaran harian.

Jam istirahat. Benny dan Dion sedang makan nasi goreng di kantin. Kemudian Stella datang bersama Tamara.

Stella: "Kami gabung, ya!"

Dion: "Silahkan!"

Benny melihat kedua temannya datang dengan tangan kosong.

Benny: "Kalian napa gak makan? Lagi diet?"

Stella: "Siapa yang diet? Lagi tunggu pesanan ini."

Benny: "Oh, kirain diet. Tamara juga?"

Tamara: "Aku juga gak diet. Lagi tunggu pesanan datang."

Benny: "Oh... Kalian cewek-cewek koq enak sih? Pesanan dibawakan langsung ke meja. Kita yang cowok mesti ngambil sendiri."

Stella: "Ya beda pesanannya dong!"

Ibu kantin datang membawa nampan berisi dua mangkuk mie instan rebus dan dua gelas eh teh. Kemudian meletakkannya di atas meja tempat Stella dan Tamara.

Ibu kantin: "Pesanannya, Dek!"

Stella: "Terima kasih, Bu!"

Tamara: "Makan dulu ya, guys!"

Benny: "Em... Jangan makan mie instan terus ah... Gak baik buat kesehatan."

Stella: "Cuma sesekali saja."

Benny: "Bukan kamu. Aku nyuruh Tamara. Kalau kamu sih sering juga gak apa-apa. Biar ngembang dikit gak kurus kering."

Stella: "Enak aja. Memangnya aku kayak mie rebus?"

Benny: "Ya mirip-mirip. Ngembang kalau didiamkan terlalu lama. Hahaha..."

Stella: "Heh, sembarangan. Minta dijitak, ya?"

Tamara: "Hahaha... Kalian berdua ini lucu sekali. Jadian saja pasti cocok deh!"

Benny: "What?! No.... No... No..."

Stella: "Ih, Tamara.... Kamu ini temanku apa bukan sih? Masa aku disuruh jadian sama makhluk aneh kayak dia."

Tamara: "Habis kalau kalian berdua sudah ketemu pasti heboh banget. Bikin ketawa. Hahaha... Iya kan, Dion? Dari tadi kamu diam terus."

Dion: "Em... Aku memperhatikan saja. Lagi makan juga ini. Gak nyaman sambil ngomong. Nanti tersedak atau gak muncrat kemana-mana."

Benny: "Dion mah jangan ditanya, Tamara. Memang pendiam ini anak. Eh, ngomong-ngomong berkat kita sering belajar bersama ini, aku jadi kayak lebih gampang jawab beberapa soal pelajaran loh. Kalian gitu juga gak?"

Tamara: "Iya, aku juga merasa begitu. Terutama matematika, sebelumnya ada beberapa rumus yang tidak ku mengerti sama sekali. Sekarang aku jadi bisa mengerjakan dan sedikitnya paham."

Stella: "Pastinya semua ini berkat Dion dong!"

Benny: "Setuju!"

Dion: "Uhuk... Uhuk... (Tersedak) Kenapa aku? Kan kita sama-sama belajar."

Stella: "Kan kamu yang banyak memberi penjelasan kepada kami dan mengajari kami sampai paham. Benar tidak, teman-teman?"

Benny: "Betul itu."

Tamara: "Iya, benar sekali."

Stella: "Makanya kita berterima kasih sekali padamu."

Stella menatap Dion sambil tersenyum penuh arti. Raut wajah Dion terlihat datar saja.

Stella: "Ngomong-ngomong nih... Rencananya aku ingin mengajak kalian barbeque setelah kita selesai PAS nanti. Mau gak?"

Benny: "Serius?"

Tamara: "Mau dong! Di mana?"

Stella: "Serius lah! Masa bohong. Di rumahku."

Tamara: "Mau. Mau."

Benny: "Wih, mau juga dong! Dion, kamu juga harus mau. Dilarang menolak!"

Dion: "Kayanya aku gak dikasih pilihan selain iya."

Benny: "Iya dong! Dikasih makan enak masa mau nolak. Rugi dong!"

Dion: "Rakusnya jangan terlalu diperlihatkan dong! Malu tuh sama Tamara."

Tamara: "Kenapa malunya sama aku?"

Benny: "Tahu tuh Dion. Aneh kan? Masa Tamara yang ikut dibawa-bawa. Kan gak lucu."

Dion: (Menahan senyum) "Ya kamu yang tahu sendiri deh."

Benny: "Awas kamu ngomong macam-macam, ya!"

Dion: "Aman."

Tamara: "Apa sih yang kalian berdua omongin?"

Benny: "Gak ada. Cuma basa basi. Hehehe...."

Tamara: "Hm... Mencurigakan."

Benny: "Terus, terus, waktunya kapan?" (Sengaja mengalihkan topik)

Stella: "Waktu pastinya kapan ya nanti aku kabari lagi, ya! Pokoknya setelah habis selesai PAS baru kita atur jadwal."

Benny: "Oh... Oke. Atur sajalah!"

Dion: "Makan doang cepat kamu, Ben."

Benny: "Harus itu. Soalnya gratis! Hehehe..."

Yang lain ikut terkekeh.

.......

.......

Dion baru pulang dari sekolah. Terlihat Mirna sedang duduk di teras sibuk dengan ponselnya.

Dion: "Selamat sore, Nek!"

Mirna: (mengalihkan pandangan dari ponsel) "Oh, Dion... Baru pulang sekolah?"

Dion: "Iya, Nek."

Mirna: "Kamu sekolah apa sih? Setiap hari koq pulangnya sore begini? Mana ada orang sekolah pulangnya sampai jam segini?"

Dion: "Aku habis belajar bersama di rumah teman. Untuk persiapan ujian yang akan dilaksanakan tak lama lagi."

Mirna: "Paling banyakan mainnya daripada belajar."

Dion enggan membalas ucapan neneknya yang terkesan menuduh. Lagipula neneknya itu terlihat lebih asyik memperhatikan layar ponsel.

Dion: "Aku ke dalam dulu ya, Nek."

Mirna hanya menjawab dengan menggumam.

Dion baru sampai di depan pintu kamar saat terdengar suara lantang Maya yang berteriak dari dapur.

Maya: "DION..."

Dion: (Berkata dalam hati) "Ya ampun... Apa lagi sih?"

Dion: "Iyaaa..." (Menjawab dari depan pintu kamar)

Maya: "Kalau sudah pulang jangan ngumpet di kamar aja, ya! Banyak kerjaan yang harus dibereskan di dapur!"

Dion: "Iya."

Dion masuk ke kamarnya. Padahal ia merasa sangat lelah dan berharap untuk bisa berbaring sebentar. Namun ia harus mengubur keinginan itu. Ia mengganti seragam sekolah dengan pakaian biasa kemudian keluar dari kamar menuju ke dapur. Tidak terlihat ada sosok Maya di sana. Nampak piring kotor menumpuk di bak cuci piring. Pakaian kotor juga menumpuk di keranjang. Bahkan lantai dekat kompor pun terasa lengket dan berminyak di telapak kaki Dion. Dion sudah tahu dirinyalah yang harus membereskan semua pekerjaan ini. Tidak ada pilihan untuk menolak. Tanpa disuruh ia langsung mengerjakannya. Pertama ia mencuci piring kotor, dilanjut dengan mencuci pakaian. Sambil menunggu pakaian yang dicuci di dalam mesin cuci, Dion mengepel lantai. Lantai sudah selesai dibersihkan. Dion berdiri memutar pinggang ke kiri dan kanan.

Dion: "Rasanya pinggangku mau patah."

Maya tiba-tiba muncul.

Maya: "Mau mengeluh kamu?"

Dion: "Eh... Enggak, Ma."

Maya: "Aku juga capek! Bukan kamu aja yang capek. Jadi gak usah banyak ngeluh. Kerjakan saja tugasmu!"

Dion: "Iya, Ma."

Maya meninggalkan dapur dengan wajah kesal. Dion kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dion: "Padahal ngomong di dalam hati. Koq bisa kedengaran nenek sihir itu, ya?"

Akhirnya pekerjaan Dion selesai. Ia kembali merenggangkan pinggang dan kedua tangannya. Hari juga telah petang. Dion segera membersihkan diri. Sejak pulang dari sekolah ia sama sekali belum sempat duduk. Setelah mandi dan berpakaian, Dion langsung menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya yang empuk.

Dion: "Rasanya nyaman sekali."

Tanpa sadar Dion akhirnya ketiduran.

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Dion itu fokus banget makannya ngga sambil bicara saat sedang makan

2024-10-16

0

Sri Astuti

Sri Astuti

kumat deh garangnya si emsk tiri

2024-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!