Aku Hanya Ingin Ibuku

Aku Hanya Ingin Ibuku

1. Berpisah

Hujan deras disertai gemuruh petir menjadi lagu pengantar di tengah pertengkaran dua orang yang dulunya pernah saling mencintai.

Baron: "Sudah cukup bicaramu. Dasar wanita tidak tahu diri!"

Rita: "Kenapa kalau aku banyak bicara? Bukankah selama ini aku sudah banyak diam? Aku juga ingin marah-marah dan mengumpat seperti kamu. Biar kamu tahu gimana rasanya sakit hati oleh kata-kata kasar."

Baron: "Jadi sekarang sudah berani melawan?"

Rita: "Iya. Kenapa? Aku sudah capek diam saja. Aku capek jadi orang sabar terus. Sedangkan kamu sama sekali tidak pernah menjaga perasaan aku. Kamu sama sekali tidak menghargai aku sebagai istrimu."

Baron: "CUKUP! Tidak perlu banyak bicara lagi. Sekarang juga kamu angkat kaki dari rumah ini!"

Rita: "Baik. Sekarang juga aku akan pergi dari tempat busuk ini!"

Sementara di bawah kolong meja bersembunyi seorang anak lelaki berusia delapan tahunan. Anak yang tidak mengerti apa-apa itu menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya sambil menangis ketakutan. Suara tangisannya bahkan tersamarkan oleh suara hujan dan caci maki dari kedua orang tuanya.

Rita berjalan menuju pintu depan. Langkahnya tiba-tiba terhenti tepat di depan pintu. Dia sudah siap pergi dari rumah tempatnya bernaung selama 10 tahun ini bersama pria yang pernah dicintainya dulu. Namun masih ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Dia berbalik tepat ketika sebuah tangan kecil meraih jarinya.

Dion: "Ibu... Jangan pergi... Huhuhu... Jangan tinggalkan Dion sendiri... Huhuhu...  Dion janji gak akan nakal lagi... Dion bakal dengar omongan Ibu... Huhuhu..."

Dion menangis tersedu-sedu sambil memegang jari Rita. Tangis Dion untuk menahan kepergian ibunya sungguh menyayat hati.

Rita: (Membungkuk lalu menghapus air mata Dion) "Dion..."

Baron: "Dion! Masuk sini ikut Ayah! Wanita s!alan itu bukan lagi ibumu!"

Rita langsung berdiri tegak menatap tajam kepada Baron.

Baron: "Lihat apa kamu? Jangan harap kamu bisa bawa Dion!"

Baron langsung menarik Dion menjauh dari Rita.

Dion: "Gak mau... Dion mau Ibu... Dion mau ikut Ibu... Huhuhu... Ibu bawa Dion..."

Dion terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari ayahnya. Namun itu percuma. Rita menatap putra kecilnya dengan nanar.

Baron: "Masih tunggu apa lagi kamu? Cepat pergi!"

Dion: "Ibu... Dion mau Ibu... Ibu gak boleh pergi... Dion mau ikut Ibu..."

Rita tidak bisa berbuat apa-apa meskipun hanya untuk memeluk atau mengucapkan kata perpisahan kepada putra kecilnya. Dia meremas dadanya, memalingkan wajah, dan melangkah dengan cepat meninggalkan rumah itu meskipun hujan tengah turun dengan lebatnya.

Dion: "Ibu... Huaaa... Ayah jahat! Ayah suruh Ibu pergi... Huaaa... Dion gak mau ikut Ayah... Dion mau ikut Ibu... Huaaa..."

Baron: "Dion, cukup! Dion... Dengarkan Ayah!"

Dion: "Ibu... Huaaa... Huaaa... Huaaa...."

Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mengejutkan Dion sehingga sontak membuat tangisnya berhenti.

Baron: "Dion, dengar kata Ayah! Mulai sekarang jangan sebut-sebut wanita itu Ibumu lagi. Dia bukan Ibumu. Dia sudah membuang mu! Dia sudah tidak sayang sama kamu. Dia tidak menginginkan kamu, Dion! Lihat, dia sudah pergi meninggalkan kamu. Mulai sekarang Ayah yang akan menjagamu. Kamu tidak perlu Ibu seperti dia. Dan kamu harus nurut sama Ayah!"

Dion: "Tapi... Ibu... Hiks..."

Baron: "Sudah Ayah bilang jangan sebut Ibu lagi. Ngerti gak sih? Sekarang kamu harus nurut sama Ayah. Dengar omongan Ayah! Kalau kamu gak nurut nanti Ayah kunci di gudang yang gelap, mau?"

Dion: "Enggak."

Baron: "Kalau gak mau makanya ingat, dengar ucapan Ayah. Udah sekarang kamu ke kamar dan tidur. Cepat!"

Dion langsung berlari ke kamarnya. Menutup pintu, naik ke atas tempat tidur, langsung menutupi tubuh mungilnya dengan selimut sampai ke kepala, dan kembali menangis.

Kejadian malam ini menjadi kenangan terburuk bagi Dion kecil. Dan merupakan terakhir kali dirinya melihat sosok sang Ibu.

Setelah pertengkaran malam itu, esoknya semua kembali normal. Hari-hari berjalan seperti biasanya tanpa ada yang berubah. Hanya bedanya sekarang Dion tinggal berdua bersama sang Ayah. Baron memenuhi semua kebutuhan Dion tanpa ada satupun yang kurang. Setiap pagi Baron mengantar Dion ke sekolah dan menjemputnya saat pulang. Tetapi sepulang sekolah Dion harus tinggal sendiri di rumah karena ayahnya harus kembali bekerja. Meskipun di usia yang masih sangat muda, Dion termasuk anak yang mandiri dan tidak merepotkan. Namun Dion sering diam-diam menangis manakala merindukan ibunya. Setiap malam ia selalu berdoa agar orang tuanya bisa kembali bersama, supaya ibunya pulang kembali ke rumah.

Suatu siang Dion sedang belajar. Tiba-tiba dia didatangi oleh seorang wanita paruh baya.

"Dion." Wanita paruh baya itu memanggil dari balik pintu.

Dion menoleh dan langsung berlari membukakan pintu.

Dion: "Nenek!"

Dion langsung memeluk Irma, neneknya.

Ini kunjungan pertama Irma setelah kedua orang tua Dion berpisah. Dulu, Rita sering membawa Dion berkunjung ke rumah Irma. Irma merupakan ibu dari Rita. Di rumah Irma, Dion sangat suka bermain dengan bibinya.

Irma: "Bagaimana kabarmu, Dion? Kamu tinggal sendirian di rumah?"

Dion: "Iya, Nenek. Ayah kerja jadi Dion sendiri. Kabar Dion baik, Nek. Tapi..." (Menunduk sedih)

Irma: "Tapi kenapa, Dion? Coba beritahu Nenek!"

Dion: "Dion kangen sama Ibu. Ibu udah pergi tinggalkan Dion. Kata Ayah, Ibu udah gak sayang sama Dion."

Dion mulai menitikkan air mata. Dia segera menghapus air mata yang jatuh ke pipinya.

Irma: "Cup... Cup... Cucu Nenek, bukan Ibu gak sayang sama Dion." (Membelai kepala Dion dengan lembut.)

Dion: "Terus kenapa Ibu tinggalin Dion? Kenapa Ayah marah sama Ibu dan suruh Ibu pergi?"

Irma: "Dion masih kecil belum mengerti masalah orang dewasa. Kalau Nenek cerita, Dion juga pasti gak ngerti. Nanti kalau sudah gede Dion pasti paham apa yang terjadi sama Ayah dan Ibu Dion. Dan kenapa Ibu Dion pergi."

Dion: "Tapi, Dion rindu Ibu... Dion mau Ibu pulang. Dion pengen ketemu Ibu..."

Irma: "Yang sabar ya, Dion. Nenek ngerti Dion rindu Ibu. Ibu Dion juga pasti rindu sekali dengan Dion. Dion berdoa aja, ya! Semoga Dion bisa ketemu lagi sama Ibu."

Irma tidak bisa melakukan apa-apa untuk cucunya itu. Padahal Dion merupakan cucu dari anak perempuannya. Namun sebagai orang tua yang bijak, ia tidak sepatutnya ikut campur dengan masalah rumah tangga putrinya.

Irma: "Udah jangan nangis lagi, ya! Ini Nenek bawakan kue kesukaanmu. Kamu makan dulu, ya!" (Sambil menyodorkan bungkusan kue yang telah dibuka untuk Dion.)

Dion: "Terima kasih, Nenek."

Dion mengambil kue itu dan menghabiskan beberapa buah.

Irma: "Ini Nenek ada sedikit uang jajan untukmu. Kamu simpan, ya! Jangan bilang sama Ayah kalau Nenek datang kemari. Nenek takut Ayahmu akan marah. Sekarang Nenek pulang dulu."

Dion: "Nenek datang lagi, ya?"

Irma: "Iya. Lain kali Nenek datang lagi buat lihat Dion. Dion jangan sedih-sedih, ya! Banyak berdoa. Jadi anak yang nurut dan baik biar Ayah senang."

Dion: "Iya, Nenek. Terima kasih. Dion akan ingat kata-kata Nenek. Nenek kalau ketemu Ibu bilang sama Ibu kalau Dion rindu... sekali."

Irma: "Iya. Nenek pasti kasih tahu Ibumu kalau ketemu. Nah, Nenek pamit, ya! Pintunya kunci rapat-rapat, ya!"

Dion: "Iya. Hati-hati di jalan, Nenek!"

...🍀🍀🍀...

Irma baru sampai di rumah.

Rita: "Uhuk... Uhuk... Ibu sudah pulang?"

Irma: "Loh, kamu koq malah duduk di luar sih? Kan masih sakit."

Rita: "Gak apa-apa, Bu. Cuma demam aja. Ini udah mendingan. Gimana Dion, Bu? Dion sehat?"

Irma: "Dion sehat koq. Dia bilang sama Ibu, kalau ketemu kamu bilangin kalau dia rindu sekali padamu."

Mendengar itu membuat mata Rita seketika berkaca-kaca.

Rita: "Aku juga rindu sekali sama Dion, Bu. Uhuk... Uhuk..."

Irma: "Sudah, kamu kembali istirahat, ya! Banyak berdoa. Semoga ada jalan biar kamu bisa ketemu Dion."

Rita mengangguk.

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

Sri Astuti

Sri Astuti

apa sih yg jd masalah.. kyk nya Baron orangnya dominan dan kasar

2024-09-12

1

Risa Sangat Cuantik

Risa Sangat Cuantik

Baron Rita kasihan Dion mendengar pertengkaran kalian berdua

2024-09-15

0

Risa and My Husband

Risa and My Husband

Rita dan Baron tenangkan dulu diri kalian jangan langsung berpisah

2024-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!