Pulang sekolah.
Benny: "Dion, pulang bareng aku yuk! Biar aku antar kamu sampai di rumah jadi kamu gak perlu jalan kaki."
Dion: "Gak usah, Ben. Makasih. Aku jalan aja lebih sehat."
Benny: "Ah, kamu... Sekali-kali gak apa-apa kali naik motor. Kamu juga sudah tiap hari jalan kaki. Yuk, aku antar!"
Dion: "Enggak, Ben. Makasih."
Benny: "Ya udah deh kalau kamu nolak terus. Aku duluan, ya!"
Dion: "Iya. Hati-hati!"
Di hari lain saat pulang sekolah Benny kembali menawarkan tumpangan kepada Dion. Namun Dion selalu saja menolak dan lebih memilih untuk pulang sendiri jalan kaki. Tidak hanya sekali dua kali namun setiap kali Benny ingin mengantar Dion pulang dengan motornya, Dion selalu saja menolak. Sampai-sampai membuat Benny penasaran kenapa Dion tidak mau menerima tawarannya.
Hari ini sekolah selesai lebih cepat. Iseng-iseng Benny mengajak Dion main ke rumahnya karena tawarannya untuk mengantar Dion pulang selalu saja ditolak.
Benny: "Dion, mumpung hari ini pulang lebih cepat. Bagaimana kalau kamu main dulu ke rumahku? Kamu kan belum pernah ke rumahku."
Dion: "Memang boleh ya?"
Benny: "Ya boleh lah! Asal orang rumahmu kasih izin."
Dion: "Maksudku orang tuamu. Memang izinkan kamu bawa teman main ke rumah?"
Benny: "Boleh lah. Orang tuaku gak pernah melarang aku ajak teman ke rumah. Asalkan teman yang baik dan gak aneh-aneh. Lagipula orang tuaku pada kerja. Di rumah gak ada orang. Makanya bosan kalau aku pulang cuma sendirian di rumah."
Dion: "Oh..."
Benny: "Jadi mau ya?"
Dion: "Iya deh."
Benny: "Nah, gitu dong! Mau ke rumahmu dulu gak minta izin sama orang tuamu ?"
Dion: "Gak usah. Kita langsung ke rumahmu saja."
Benny: "Okelah. Ayo, naik!"
Benny menyalakan mesin motor. Setelah Dion duduk di belakangnya motor pun berjalan pergi meninggalkan sekolah.
Tiba di rumah Benny. Benny mengajak Dion masuk ke dalam rumah. Kemudian menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu sementara ia masuk mengambil minuman. Dion agak canggung karena ini pertama kalinya ia berkunjung ke rumah orang lain.
Benny: "Santai aja, Dion! Anggap aja rumah sendiri." (Menyodorkan sebotol air mineral dingin)
Dion: "Makasih." (Menerima air mineral) "Rumahmu bagus, ya!"
Dion memperhatikan seluruh ruangan yang terkesan rapi dan nyaman tersebut. Rumah Benny termasuk lumayan besar.
Benny: "Bukan rumahku tapi rumah orang tuaku. Aku sih belum punya rumah."
Dion: "Benar juga, ya..."
Benny: "Makan yuk! Lapar nih!"
Dion: "Gak, makasih. Kamu saja aku masih kenyang."
Benny: "Mana enak makan sendiri. Lagian ini udah lewat jam makan siang. Sekali-kali iya gitu napa? Nolak mulu..."
Dion: "Ya, soalnya aku-"
Benny: "Gak enak gitu? Basi. Dah, jangan banyak alasan. Sama aku gak usah pakai acara gak enakan. Kita kan dah sahabatan. Mana ada sahabatan yang gak enakan terus? Yuk, ke dapur!"
Dion pun pasrah mengikuti Benny ke dapur. Ruang makan memang menyatu dengan dapur. Benny membuka penutup tudung saji di atas meja makan. Masih ada beberapa jenis lauk di atas meja. Benny mengambil piring dan langsung meletakkan nasi ke atas piring. Kemudian ia sodorkan piring itu kepada Dion.
Benny: "Duduk! Ambil saja lauk yang kamu suka. Jangan sungkan-sungkan!"
Dion: "Kebanyakan ini nasinya."
Benny: "Biar kamu gemukan gak kurus kering gini."
Dion: "Kurus kering gini juga banyak yang suka tahu."
Benny: "Serius? Sudah pernah ditembak cewek dong?"
Dion: "Kalau itu belum pernah sih. Hehehe..."
Benny: "Huuu... Dah makan dulu! Bicaranya nanti saja."
Kedua orang teman itu pun menikmati makan siang bersama. Setelah makan keduanya pindah ke ruang keluarga. Benny mengajak Dion bermain PS.
Dion: "Aku gak ngerti mainnya, Ben."
Benny: "Nanti aku kasih tahu."
Benny memilih permainan balap mobil. Dion bermain sambil diajari Benny. Hanya menjelaskan sekali Dion langsung bisa memainkannya. Dion bahkan sangat menikmati permainannya.
Dion: "Seru juga."
Benny: "Kamu harus sering-sering main ke sini, Dion! Biar kita bisa main bareng."
Dion: "Gak bisa sering lah. Pulang sekolah saja sudah sore. Kebetulan saja hari ini kita pulang lebih awal."
Benny: "Kamu kan bisa datang hari Minggu juga."
Dion: "Gak enak lah ada orang tuamu."
Benny: "Ish, kamu ini... Apa-apa gak enak. Jangan keseringan gak enakan sama orang, Dion. Nanti orang yang seenaknya sama kamu."
Dion: "Kaya pengalaman saja."
Benny: "Uh, dikasih tahu."
Dion: "Udahan ah mainnya. Capek mataku ini kelamaan lihat layar."
Benny: "Ya udah, aku matikan dulu. Baru juga 45 menit kita mainnya. Emang kamu di rumah gak nonton? Baru natap layar segini saja udah capek."
Dion: "Enggak ada waktu buat nonton kalau di rumah."
Benny: "Lah, emang ngapain aja sampai gak punya waktu? Jangan bilang sok sibuk."
Dion: "Enggak. Hidupku beda sama kamu, Ben. Kamu beruntung punya orang tua yang baik."
Benny: "Koq kamu mikir gitu?"
Dion menghela nafas kemudian menceritakan sedikit tentang kehidupannya. Sebelumnya ia tidak pernah menceritakan tentang keluarganya kepada siapapun. Benny mendengarkan cerita Dion dengan serius. Ia agak terkejut mengetahui seperti apa kehidupan Dion.
Benny: "Ternyata... Gak nyangka anak sepintar kamu memiliki kehidupan yang seperti itu. Sangat bertolak belakang. Pantas saja kamu banyak diam dan gak punya teman."
Dion: "Hehehe... Ya begitulah."
Benny: "Bisa-bisanya ketawa cengengesan. Memang yang namanya ibu tiri itu gak ada yang baik, ya? Tega banget sama anak tirinya."
Dion: "Nasib aja kurang beruntung, Ben. Kamu harus lebih banyak bersyukur dengan kehidupanmu sekarang."
Benny: "Iya, betul. Selama ini aku juga masih suka mengeluh sama orang tuaku. Aku harus lebih banyak bersyukur lagi."
Dion: "Iya. Eh, udah sore. Aku pamit mau pulang dulu, ya!"
Benny: "Iya. Aku antar yuk!"
Dion: "Gak usah, Ben. Aku pulang sendiri saja."
Benny: "Janganlah! Jauh ini. Masa kamu mau jalan kaki? Aku antar saja."
Dion: "Gak usah. Aku gak mau orang rumah lihat aku pulang diantar teman."
Benny: "Kuantar sampai depan komplek saja. Seterusnya kamu bisa jalan kaki sampai ke rumah. Aku gak tega lah biarkan kamu pulang jalan kaki dari sini."
Dion: "Okelah. Maaf, kalau merepotkan."
Benny: "Gak merepotkan koq. Aku malah senang kan aku yang ngajak kamu ke sini. Gak mungkin lah aku tinggalkan pulang sendiri. Kamu saja yang terlalu banyak gak enakan. Aku ambil kunci motor dulu. Yuk, berangkat!"
Dion pun pulang diantar oleh Benny dengan sepeda motornya. Seperti yang dijanjikan Benny. Ia menurunkan Dion di depan komplek membiarkan Dion berjalan kaki sendiri menuju ke rumahnya.
^^^bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Risa And My Husband
Dion gitu dong kalau punya masalah di ceritakan saja ke teman kamu
2024-09-15
0
Risa Sangat Happy
Dion ternyata kamu belum bisa caranya main PS
2024-09-15
0
Risa Imuet
Teman Dion baru tahu rumitnya hidup Dion
2024-09-15
0