Beberapa bulan berlalu. Sesekali meskipun jarang Irma masih diam-diam datang mengunjungi Dion di rumahnya. Di hari Minggu, Baron tidak bekerja. Biasanya dia menghabiskan waktu di rumah menemani Dion atau mengajaknya pergi jalan-jalan di luar. Hari ini Baron ke luar meninggalkan Dion sendiri di rumah.
Baron: "Dion, Ayah ke luar sebentar, ya!"
Dion: "Ayah mau ke mana? Bukannya hari Minggu Ayah libur?"
Baron: "Ayah libur koq. Ayah cuma mau jemput teman. Ada teman Ayah yang mau main ke rumah dan ketemu sama Dion."
Dion: "Oh. Ya udah. Hati-hati di jalan, Ayah!"
Di dalam hati, Dion sangat berharap teman yang ayahnya bilang ingin ketemu dengannya itu adalah ibunya.
Baron: "Iya."
Baron pun pergi.
Dion: "Semoga temannya Ayah itu Ibu ya Tuhan. Amin."
Beberapa jam kemudian Baron pulang. Dion begitu bersemangat saat mendengar suara motor ayahnya berhenti di depan. Dion langsung berlari untuk membukakan pintu depan. Namun semangat Dion meredup saat melihat orang yang dibawa Baron merupakan seorang wanita muda cantik yang sama sekali tidak dikenalnya. Setelah membukakan pintu untuk ayahnya, Dion langsung lari bersembunyi di balik dinding sekat ruang tamu. Namun ia masih mengintip dari balik dinding.
Baron: "Dion, kemari!"
Baron dan wanita itu sudah berada di ruang tamu. Dion masih mengintip dari tempatnya.
Baron: "Ayo, sini! Kenalan dulu sama Tante cantik ini."
Dion pun mendekat dengan enggan. Sambil terus menatap wanita yang tersenyum padanya itu.
Maya: "Hai, namamu Dion, ya?"
Dion: "Iya."
Baron: "Nah, Dion. Tante cantik ini bernama Maya. Nanti Tante Maya akan tinggal di sini bersama kita dan menjadi ibunya Dion."
Bagai tersambar petir di siang bolong Dion mendengar perkataan ayahnya itu. Meskipun masih kecil dia mengerti betul maksud ayahnya itu. Dia langsung berteriak lantang.
Dion: "GAK MAU! DION MAU IBU! DION GAK MAU DIA..."
Kemudian Dion lari ke kamar.
Baron: "Dion!"
Baron hendak mengejar putranya namun Maya segera menghentikannya.
Maya: "Udah biarin aja. Dion pasti kaget. Pelan-pelan saja. Beri Dion waktu. Nanti dia juga pasti bisa menerima."
Baron: "Iya. Maaf ya atas sikap Dion yang kurang sopan tadi."
Maya mengangguk sambil tersenyum.
Dion menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya.
Dion: "Huhuhu... Ayah jahat! Dion mau Ibu. Dion gak mau tante itu. Huhuhu... Dion gak mau punya ibu lain selain Ibu. Huhuhu.... Ibu di mana? Dion mau ikut Ibu. Huhuhu...."
Dion yang menangis sampai ketiduran akhirnya dibangunkan oleh Baron saat hari mulai senja.
Baron: "Dion, bangun..."
Baron menggoyang-goyangkan tubuh Baron dengan pelan supaya Dion bangun. Dion bangun dan mengucek-ngucek matanya.
Baron: "Sudah senja. Dion pergi mandi lalu makan, ya! Tante Maya udah siapin makanan untuk Dion di atas meja makan. Masakan Tante Maya enak loh! Sekarang Ayah mau antar Tante Maya pulang dulu. Sebentar aja nanti Ayah pulang temani Dion."
Dion tidak menanggapi. Baron telah pergi. Dion juga sudah selesai mandi. Dia berdiri di depan meja makan melihat lauk pauk yang tersedia. Dion sama sekali tidak berselera apalagi mengetahui Maya yang memasaknya. Dia lebih memilih makan nasi dengan kecap saja daripada makan masakan wanita itu.
Baron telah pulang ke rumah. Melihat lauk pauk yang masih utuh di atas meja makan membuat Baron keheranan. Lantas ia pun memanggil putranya.
Baron: "Dion... Dion..."
Dion yang di kamar mendengar panggilan ayahnya segera datang.
Dion: "Iya, Ayah. Ada apa?"
Baron: "Dion, kamu tidak makan?"
Dion: "Aku sudah makan, Ayah."
Baron: "Sudah makan? Kenapa lauknya masih utuh?"
Dion: "Dion gak suka lauk masakan Tante Maya. Dion lebih suka masakan Ibu."
Mendengar jawaban Dion seketika langsung membuat Baron naik darah.
Baron: "Dion, sudah Ayah bilang... Jangan sebut-sebut wanita itu lagi. Dia itu bukan ibumu! Dia sudah meninggalkan mu karena dia tidak sayang lagi padamu!"
Dion: "Ayah bohong. Ibu masih sayang sama Dion. Ibu pergi karena Ayah yang mengusir Ibu."
Baron: "DION! Cukup, ya... Pokoknya Ayah tidak mau dengar kamu sebut ibu ibu lagi. Apalagi setelah Tante Maya tinggal di sini. Tante Maya akan menjadi ibumu yang lebih baik daripada ibumu yang tidak berguna itu!"
Dion: "Ayah jahat! Pokoknya Dion gak mau. Dion tetap maunya Ibu!"
Dion kemudian berlari ke kamar. Membanting pintu dan menguncinya.
Baron: "DION. DION."
Baron berteriak memanggil Dion namun putranya itu sama sekali tidak menanggapi.
Di dalam kamar Dion menangis sejadi-jadinya.
Dion: "Ibu... Dion mau Ibu... Hiks... Tuhan, bawa Dion ketemu Ibu. Dion mau tinggal sama Ibu... Dion benci Ayah. Dion gak mau tinggal di sini sama Ayah. Hiks... Hiks..."
Dion terus saja menangis sampai akhirnya tertidur.
...🍀🍀🍀...
Pernikahan Baron dan Maya dilaksanakan dengan cukup meriah di rumah sederhana Baron. Meskipun suasana di luar dipenuhi kemeriahan pesta, namun Dion lebih memilih mengunci diri di kamar.
Pesta telah selesai. Kehidupan baru Baron bersama Maya baru akan dimulai.
Baron: "Dion, mulai sekarang kamu panggil Tante Maya dengan panggilan mama, ya!"
Dion: "Enggak mau! Tante Maya bukan ibuku!"
Baron: "Dion, jangan kurang ajar, ya! Cepat minta maaf sama Mama."
Dion: "GAK MAU!" (Berlari ke kamar)
Maya: "Udahlah, Sayang! Jangan dipaksain. Pelan-pelan aja, kasih Dion waktu. Dia hanya belum terbiasa dengan perubahan yang mendadak ini."
Baron: "Kamu memang istri yang pengertian. Maafin Dion, ya! Maaf, harus merepotkan kamu untuk ikut menjaga dia."
Maya: (Tersenyum) "Gak apa-apa, koq! Sekarang Dion kan juga anakku."
Baron ikut tersenyum dan mengusap kepala Maya.
...🍀🍀🍀...
Setiap hari Dion selalu bangun lebih pagi karena dia harus pergi ke sekolah. Ia bangun sendiri dan mengurus dirinya sendiri. Dion sudah rapi dengan seragam sekolah. Saat ia berjalan ke meja makan sudah ada Maya dan Baron di sana.
Maya: "Dion, sudah rapi, ya! Sini sarapan dulu yuk!"
Baron: "Iya, Dion. Mama sudah bangun pagi-pagi masak untuk kamu loh!"
Dion tidak menyahut. Ia mendekat dan duduk di meja makan dengan wajah datar. Maya langsung menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan lauk ke depan Dion.
Maya: "Dion boleh panggil Tante koq kalau tidak terbiasa panggil Mama. Ini makan dulu, ya! Biar semangat sekolahnya."
Baron: "Nah, lihat kan... Mama Maya sangat baik. Dion harus dengar kata Mama, ya!"
Dion tidak menanggapi dan dengan terpaksa melahap makanan yang disiapkan Maya untuknya. Setelah selesai sarapan Baron mengajak Dion berangkat.
Baron: "Izin ke sekolah sama Mama dulu, Dion!"
Dion: "Aku berangkat... Tante."
Baron: "Koq Tante sih? Mama dong! Ayo, ulang!"
Maya: "Udahlah, Sayang... Jangan dipaksa Dion-nya."
Baron: "Gak apa-apa. Ini biar dia cepat terbiasa."
Baron: "Dion. Ayo, izin sekali lagi, panggil Mama. Kalau gak Ayah gak mau antar ke sekolah, ya!"
Mata Dion langsung berkaca-kaca. Ia menundukkan kepalanya dan berbicara dengan terbata-bata.
Dion: "Dion... Berangkat ke sekolah... Ya... Ma... Mama..."
Baron: "Nah, gitu dong!"
Baron: "Aku berangkat ya, Sayang!" (Berkata pada Maya)
Maya: "Iya. Hati-hati di jalan. Dion juga, ya! Semangat belajar!"
Di dalam hati Dion sangat berat memanggil wanita yang bukan ibunya itu mama. Namun dia hanyalah seorang anak kecil yang hanya bisa menuruti kemauan ayahnya.
^^^bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Risa And My Husband
Baron jangan jadi orang pemaksa dong
2024-09-15
0
Risa Imuet
Mau menjemput siapa itu Baron buat di ajak ke rumah
2024-09-15
0
Yayang Risa 💏👨👩👧👦
Dion bakal punya ibu tiri tapi kalau ibu tirinya jahat kasihan Dion
2024-09-15
0