Dion baru keluar dari ruang TU setelah melunasi semua tunggakan iuran bulanan sekolah. Ia merasa lega dengan begitu sudah dipastikan ia akan dapat mengikuti ujian PAS.
Dion: "Aku akan belajar dengan giat!" (berkata dalam hati)
Benny datang dan langsung merangkul bahu Dion.
Benny: "Dion, bentar lagi udah mau ujian nih. Ada persiapan khusus gak? Kan kamu langganan juara kelas."
Dion: "Gak ada. Belajar lebih giat saja."
Benny: "Gitu doang?"
Dion: "Iya."
Benny: "Itu sih sudah. Tapi masih aja sering dapat nilai jelek."
Dion: "Nilaimu kan gak jelek-jelek amat, Ben."
Benny: "Susah lah. Kali ini pertarungan antara hidup dan mati, Dion."
Dion: "Halah... Gayamu."
Benny: "Serius. Kalau aku sampai gak naik kelas bisa remuk aku di rujak mamaku. Belum lagi nama baikku di sekolah jadi jelek, Dion. Hancur reputasi baikku di sekolah."
Dion: "Makanya belajar yang giat!"
Benny: "Makanya bagi tips!"
Dion: "Ginilah kamu nih. Dikasih tahu suka ngeyel."
Benny: "Hahaha... Biar gak bosan terlalu serius."
Kedua sahabat itu berjalan kembali ke kelas. Melihat Dion duduk di bangkunya, Stella yang ada di kelas langsung datang menghampiri.
Stella: "Dion, sepulang sekolah nanti kita buat kegiatan belajar bersama bagaimana? Untuk persiapan PAS nanti."
Benny: "Wah, ide bagus itu. Aku juga ikut dong!"
Dion: "Belajar di mana? Sama siapa saja? Kalau ramai aku gak mau ikut. Selain gak bisa belajar di perpus, bukannya belajar yang ada nanti pada sibuk ngobrol."
Stella: "Gak ramai cuma kita-kita saja. Di mana saja boleh yang penting nyaman. Dan kamu nya bisa."
Benny: "Di rumahku saja. Nyaman, aman, dan tenteram."
Stella: "Boleh tuh."
Dion: "Kita bertiga saja gitu?"
Stella: "Ada Tamara juga. Jadi berempat."
Benny: "Wah, asyik ada Tamara."
Dion: "Belajar bersama ya bukan ada maksud lain."
Benny dan Stella saling berpandangan.
Stella: "Iya belajar. Emang ada maksud apa sih?"
Benny: "Tahu nih Dion. Suka berburuk sangka."
Dion: "Kamu kan suka sama Tamara, Ben."
Benny: "Aish, buka kartu. Tahu darimana? Perasaan aku gak pernah cerita."
Stella: "Benaran, Ben?"
Benny: "Nih anak lagi kepo banget."
Stella: "Tamara kan teman aku juga. Wajar dong aku kepo."
Dion: "Kalau niat mau pedekate aku gak mau ikutan ya. Nanti jadi gak fokus belajar. Apalagi ini kan buat kenaikan kelas. Jadi jangan dibuat main-main."
Stella: "Enggak dong! Kita memang serius mau belajar. Aku ajak kamu belajar bersama supaya bisa bantuin kami terutama pelajaran yang kurang dipahami."
Benny: "Iya. Aku juga serius belajar. Kan aku sudah bilang aku harus naik kelas."
Dion: "Yah kalau begitu kalian atur saja jadwalnya. Kapan mau dimulainya? Terus Tamara nya mana?"
Stella: "Tamara tadi dipanggil ke ruang guru. Besok saja kita mulai. Tempatnya sudah pasti kan di rumahmu, Ben?"
Benny: "Iya. Rumahku aman gak ada orang jadi tenang kita belajarnya."
Dion: "Oke. Sepulang sekolah ya mulainya. Kita belajar selama dua jam."
Stella: "Oke. Setiap hari sepulang sekolah. Belajar bersama sampai tiba waktu PAS."
Dion: "Setuju."
Benny: "Setuju."
Dion: "Terus Tamara nya bisa ikutin jadwal kita?"
Stella: "Tenang. Dia pasti bisa. Nanti aku kasih tahu dia."
Dion: "Ya oke lah kalau begitu. Ben, kamu harus izin dulu sama orang tuamu kalau kita mau belajar bersama di rumahmu."
Benny: "Gampang lah itu."
...⚜️⚜️⚜️...
Dion baru pulang dari sekolah. Saat ia tiba di rumah terdengar ada suara orang berbicara di ruang tamu. Dion melangkah masuk ke dalam rumah. Nampak Maya dan Ryan tengah duduk mengobrol bersama dua orang wanita paruh baya di ruang tamu. Dion tersenyum dengan sopan menyapa kedua wanita paruh baya tersebut. Salah satunya terlihat tidak asing bagi Dion.
Dion: "Selamat sore, Nenek!"
Mirna: "Dion, ya?"
Dion: "Iya, Nek."
Dion menyapa kedua wanita paruh baya itu dan bergantian menyalami mereka.
Ranti: "Ini siapa?" (Bertanya kepada Maya)
Maya: "Ini anak pertama Baron dengan mantan istrinya, Ma."
Ranti: "Oh..." (Menatap Dion dari kepala hingga ujung kaki)
Mirna: "Gak terasa kamu sudah sebesar ini ya, Dion."
Dion: "Iya, Nek. Nenek, apa kabar? Sudah lama sekali tidak pernah datang berkunjung."
Mirna: "Baik seperti yang kamu lihat. Iya. Nenek sangat sibuk."
Dion: "Syukurlah Nenek sehat. Aku permisi ke dalam dulu ya, Nek."
Mirna mengangguk. Dion juga pamit kepada Ranti.
Dion: "Saya permisi ke dalam dulu, Nek!"
Ranti: "Iya."
Kemudian Dion melangkah masuk ke dalam. Dion belum pernah bertemu dengan ibunya Maya--Ranti. Saat ayahnya dan Maya menikah dulu, Dion masih kecil dan lebih banyak menghabiskan waktu di kamar saat acara berlangsung. Jadi, ia tidak bertemu dengan tamu ataupun orang-orang dari keluarga ibu tirinya. Sedangkan dengan Mirna--ibunya Baron atau neneknya; Dion pernah bertemu beberapa kali saat dirinya masih kecil. Neneknya yang satu ini sudah lama sekali tidak pernah datang berkunjung.
Dion: (Membatin) "Sudah lama sekali nenek tidak pernah datang kemari. Mungkin dia ingin bertemu Ryan."
Samar-samar terdengar suara tawa dari ruang tamu. Sedikitnya ada perasaan sepi di hati Dion karena selama ini ia lebih banyak menyendiri di kamarnya. Kalaupun ia keluar dari kamar yang ada justru malah diasingkan oleh ibu tirinya. Dion membuka salah satu buku di atas meja belajar. Di buku itu terselip foto ibunya. Ia menatap foto ibunya cukup lama. Perasaan rindu yang teramat tidak bisa lagi ia ungkapkan dengan kata-kata.
Dion: "Ibu, Ibu sekarang di mana? Apa Ibu sehat? Dion rindu sekali pada Ibu. Ingin sekali memeluk Ibu dan bercerita banyak hal kepada Ibu. Ibu, sehat-sehat ya... Tunggu Dion datang menjenguk Ibu. Dion pasti bisa menemukan Ibu."
.......
.......
Terdengar suara motor berhenti di halaman rumah. Baron baru saja pulang bekerja. Saat ia masuk ke dalam rumah, Mirna masih ada di ruang tamu. Sedangkan Ranti sudah pulang lebih dulu. Baron langsung menyapa ibunya.
Baron: "Eh, Ibu... Kapan datangnya?"
Mirna: "Sudah dari tadi siang. Baru pulang kerja, ya?'
Baron: "Iya, Bu. Ibu, koq datang tiba-tiba sih? Siapa yang antar ke sini?"
Mirna: "Ibu naik ojek tadi."
Baron: "Kenapa gak suruh aku jemput saja, Bu?"
Mirna: "Kamu kan kerja. Lagian Ibu gak mau repotin kamu."
Baron: "Mana mungkin repot sih. Lagipula Ibu jarang sekali datang kemari. Lihat Ibu sekarang ada di sini saja aku sudah senang. Pasti Ibu rindu sama cucu Ibu ya? Makanya bela-belain datang ke sini."
Mirna: "Ah, kamu... Ibu mau datang saja memangnya harus pakai alasan? Tapi, Ibu mau minta tolong juga sih sama kamu, Baron."
Baron: "Minta tolong apa, Bu?"
Mirna nampak sedikit ragu mengatakan.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Sepertinya Stella pengen dekat sama Dion sampai mengajak belajar bersama
2024-10-16
0
Sri Astuti
kyk nya nenek Mirna jg ga gt dekat sama Dion?
2024-09-12
0