19. Mimpi

Samar-samar terdengar suara wanita yang memanggil nama Dion. Suara yang memanggil nama Dion itu terdengar semakin jelas membuat Dion akhirnya tersadar.

Rita: "Dion."

Nampak Rita berdiri di hadapan Dion tersenyum dengan lebar kepadanya.

Dion: "Ibu? Apa benar ini Ibu?"

Rita: "Iya. Ini Ibu, Dion. Dion masih ingat sama Ibu?"

Masih sulit bagi Dion untuk percaya bahwa wanita yang ada di depannya ini benar adalah ibunya. Namun Dion langsung memeluk ibunya itu dengan erat.

Dion: "Dion selalu ingat kepada Ibu. Dion tidak mungkin melupakan Ibu. Dion sangat rindu kepada Ibu."

Rita: "Ibu juga rindu sekali kepadamu, Dion. Tidak terasa putra Ibu sudah mulai beranjak dewasa. Ibu minta maaf selama ini tidak pernah ada di sisi Dion."

Dion melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah ibunya dengan lekat. Wajah ibunya itu tidak berubah sama sekali. Masih sama seperti saat terakhir kali Dion melihatnya.

Dion: "Ibu selama ini kemana saja? Bisakah Dion ikut bersama Ibu? Dion ingin sekali ikut dengan Ibu."

Rita: "Kamu tidak boleh ikut Ibu, Nak."

Dion: "Kenapa, Bu? Kenapa tidak boleh?"

Rita: "Dengarkan kata Ibu! Kamu harus hidup dengan baik. Jadi orang yang baik dan berguna bagi semua. Selama tidak ada Ibu, kamu harus jaga diri dengan baik."

Dion: "Ibu, aku sudah berusaha menjadi orang yang baik... meskipun itu sulit. Seandainya Ibu ada di sisiku..."

Dion tidak meneruskan kalimatnya karena berpikir tak ingin ibunya sedih dengan kehidupannya selama tinggal bersama ibu tiri.

Rita seperti memahami kesulitan yang dialami oleh putranya selama ini. Ia mengusap wajah Dion dengan lembut.

Rita: "Ibu tahu kesedihanmu. Ibu tahu kesulitanmu selama ini. Tapi kamu harus tetap kuat. Ibu percaya kamu bisa melewati semua ini. Meskipun Ibu tidak bisa menemanimu, tapi percayalah Ibu akan selalu ada di hatimu. Mendoakan setiap langkahmu dan mengawasimu dari jauh. Kamu harus percaya itu. Ibu selalu mendoakan kebahagiaan untukmu."

Dion: "Aku akan lebih bahagia jika Ibu ada bersamaku. Aku hanya ingin Ibu tinggal di sisiku. Tidak bisakah?"

Rita: "Maafkan Ibu, Dion. Ibu sangat menyayangimu. Tapi Ibu tidak bisa. Maafkan, Ibu."

Dion: "Kenapa, Ibu? Kenapa tidak bisa?"

Perlahan Rita mundur menjauh dari Dion. Tangan yang tadinya memegang erat putranya itu perlahan terlepas.

Dion: "Ibu... Kumohon Ibu jangan pergi lagi!"

Rita: "Jaga dirimu, Dion. Ibu menyayangimu. Sangat menyayangimu."

Bayangan Rita tiba-tiba memudar dan menghilang ke dalam cahaya yang menyilaukan.

Dion: Ibuuuuu....."

Dion terkejut dan terbangun dari tidur. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Ia menatap jam dinding di kamar yang menunjukkan hampir pukul delapan malam.

Dion: "Mimpi."

Dion: "Ibu... Ternyata cuma bisa bertemu dengan ibu lewat mimpi. Ya Tuhan, tolong pertemukan aku dengan ibu di dunia nyata juga. Aku rindu sekali dengan ibu. Biarkan aku memeluk ibu sebentar saja."

Tok... Tok... Tok...

Ryan: "Abang..."

Dion terkesiap. Ia mengusap wajahnya kemudian beranjak membukakan pintu.

Dion: "Ryan, ada apa?"

Ryan: "Abang, lagi sibuk?"

Dion: "Enggak."

Ryan: "Boleh minta tolong Abang ajarin aku soal matematika gak?"

Dion: "Boleh. Ayo, masuk!"

Ryan masuk ke dalam kamar Dion. Dion mengajari soal yang tidak dipahami adiknya itu dengan sabar.

Dion: "Nah, gampang kan? Sekarang sudah mengerti kan?"

Ryan: "Iya. Makasih ya, Bang. Sudah ajarin aku. Besok kalau ada soal seperti ini lagi pasti aku bisa jawab."

Dion: "Iya. Nanti coba dipelajari lagi ya biar tidak lupa."

Ryan: "Pasti. Aku balik ke kamar dulu ya, Bang."

Dion: "Iya."

Ryan sudah meninggalkan kamar Dion. Dion teringat kembali dengan mimpinya tadi. Mimpi itu terasa sangat nyata baginya. Meskipun hanya lewat mimpi dan hanya sebentar saja namun Dion merasa sangat bahagia dapat bertemu dengan ibunya.

...⚜️⚜️⚜️...

Ujian PAS sedang berlangsung. Suasana kelas begitu hening dengan siswa-siswi yang sedang fokus mengerjakan soal-soal pelajaran. Guru pengawas kadang berjalan dari satu baris ke baris lain mengawasi kalau-kalau ada yang berbuat curang. Dion mengerjakan soal-soal ujian dengan tenang. Pelajaran di hari pertama PAS bukanlah pelajaran yang sulit. Dion dapat mengisi semua soal dengan mudah.

Dion: "Pak, saya sudah selesai. Apa boleh dikumpulkan sekarang?"

Pak Guru melihat jam tangannya.

Pak Guru: "Sebentar lagi, ya! Sambil menunggu coba periksa kembali jawabanmu. Tidak perlu terburu-buru menyelesaikan soal."

Dion: "Baik, Pak."

Dion menuruti ucapan guru untuk memeriksa lembar jawaban barangkali ada yang terlewat. Setengah jam kemudian Pak guru memperbolehkan murid-muridnya untuk mengumpulkan lembar jawaban bagi yang sudah selesai mengerjakan.

Jam istirahat. Dion dan teman-temannya berkumpul di kantin.

Benny: "Untung hari pertama dapat soal pelajaran yang mudah. Jadi agak semangat aku jawabnya."

Dion: "Mudah atau sulit harus tetap semangat. Ingat ini pertarungan antara hidup dan mati."

Stella: "Hahaha... Masa sampai segitunya sih, Dion."

Dion: "Dia sendiri yang ngomong waktu itu."

Benny: "Iya. Demi nama baikku tidak boleh sampai gagal."

Stella: "Kalau belajar dengan sungguh-sungguh, yakin dan percaya ya pasti bisa."

Benny: "Ngomong-ngomong Tamara mana? Koq gak ikut gabung?"

Stella: "Entah. Tadi dia keluar duluan."

Benny: "Gak bisa ngobrol sama pujaan hatiku."

Dion: "Fokus ke PAS dulu."

Benny: "Iya, tahu."

...⚜️⚜️⚜️...

Dion baru pulang dari sekolah. Saat ia berjalan melewati ruang keluarga terlihat neneknya sedang menonton TV dengan kedua kaki dia atas sofa. Dipangkuan Mirna juga terdapat setoples kue Nastar yang isinya tinggal seperempat. Ia memasukkan kue kering itu satu persatu ke dalam mulutnya sementara matanya fokus menatap layar televisi.

Dion: "Aku pulang, Nek."

Mirna: "Iya."

Dion baru berjalan beberapa langkah.

Mirna: "Eh, Dion, tunggu sebentar."

Dion: (Berhenti berbalik menatap Mirna) "Ada apa, Nek?"

Mirna: "Jemuran di belakang nanti kamu angkat, ya! Sekalian cuciin itu sisa pakaian kotor yang ada di keranjang. Sama itu... Piring-piring kotor juga kamu cuciin. Pokoknya kamu lihat saja apa yang kotor dan berantakan di belakang kamu bersihkan dan rapikan. Biar nanti ibumu pulang gak marah-marah."

Dion: "Iya, Nek."

Dion kembali berjalan menuju ke kamarnya.

Dion: "Nenek sama wanita itu sama saja." (bicara dalam hati)

Usai mengganti seragam sekolah dengan pakaian biasa, Dion ke dapur. Makan siang dengan lauk seadanya di meja. Kemudian mulai melakukan pekerjaan rumah yang disuruh neneknya.

Dimulai dengan mengangkat jemuran yang sudah kering. Lalu Dion pergi tempat cuci mengambil keranjang pakaian kotor. Menumpahkan semua pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Semua pakaian kotor itu adalah milik Mirna yang sudah berhari-hari tidak dicuci. Sementara membiarkan pakaian kotor berputar di mesin cuci, Dion kemudian mencuci piring kotor dilanjutkan dengan pekerjaan lainnya.

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Saking rindunya Dion sama ibunya sampai Dion bermimpi ibunya

2024-10-16

0

Sri Astuti

Sri Astuti

bu Mirna ternyata ga ada beda dgn si May

2024-09-12

1

Viela

Viela

jangan" ibu km meninggal dion

2024-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!