3. Kehidupan Baru Dimulai

Kehidupan rumah tangga Baron bersama istri barunya nampak bahagia. Maya memperlakukan anak tirinya dengan cukup baik. Meskipun belum bergelar seorang ibu namun Maya mampu menjadi sosok ibu yang penuh perhatian dan kasih sayang kepada Dion. Setiap hari Minggu mereka sekeluarga pergi berjalan-jalan ke luar. Mereka terlihat layaknya sebuah keluarga bahagia. Meskipun di luar Dion terlihat tersenyum namun sesungguhnya di dalam hatinya ia masih belum bisa menerima Maya sebagai pengganti ibunya. Di dalam hati ia masih sangat merindukan ibu yang telah melahirkannya.

Hari mulai berganti malam. Baron dan keluarganya masih berada di luar. Sebelum pulang ke rumah ia mengajak istri dan anaknya makan malam.

Baron: "Sudah malam nih. Sebelum pulang kita pergi makan dulu, ya!"

Maya: "Boleh. Jadi pulang gak perlu repot-repot masak lagi."

Baron: "Kamu mau makan apa, Sayang?"

Maya: "Aku tanya Dion dulu, ya!" (Bertanya kepada Dion) "Dion, kamu mau makan apa?"

Dion: "Apa saja boleh."

Maya: "Kalau apa saja boleh Mama malah jadi bingung. Nanti malah ke tempat makan yang makanannya yang tidak kamu sukai. Bagaimana?"

Dion: "Enggak. Dion tidak pilih-pilih makanan kok."

Baron: "Jadi sudah diputuskan mau makan apa?"

Maya: "Kalau begitu biar Ayah saja yang pilih, ya!"

Dion: (Mengangguk)

Maya: "Kamu yang pilih deh!"

Baron: "Bagaimana kalau makan bakso?"

Maya: "Jangan bakso deh. Mana kenyang? Yang pakai nasi saja."

Baron: "Em... Kalau begitu ke rumah makan Padang saja, bagaimana? Kan banyak pilihan sayurnya juga."

Maya: "Bagaimana, Dion? Mau?"

Dion: "Iya."

Maya: "Baiklah kalau Dion setuju. Ayo, kita makan malam di sana!"

Baron kemudian membawa mereka menuju ke salah satu rumah makan Padang. Banyak lauk pauk tersedia di sana. Dion bebas memilih lauk yang ia suka. Setelah selesai makan Baron membawa mereka pulang ke rumah.

...⚜️⚜️⚜️...

Dua bulan berlalu. Maya kemudian hamil. Baron sangat senang mendengar kehamilan istrinya. Ia juga memberitahu Dion tentang kabar bahagia itu.

Baron: "Dion, akhirnya kamu akan punya adik."

Nampak ekspresi bahagia terpancar di wajah Baron. Namun tidak dengan Dion. Ia justru tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.

Maya: "Iya, Dion. Sebentar lagi kamu akan jadi abang."

Dion: "Selamat, ya... Ayah, Mama..."

Kemudian Dion berjalan pergi ke kamarnya. Sayup-sayup masih terdengar suara tawa bahagia dari ayah dan ibu tirinya.

Semenjak mengetahui Maya hamil, Baron mendadak menjadi sangat protektif terhadap istrinya itu. Sampai-sampai ia rela mengambil alih semua pekerjaan rumah agar Maya dapat banyak beristirahat. Baron juga bangun lebih pagi untuk memasak.

Memasuki trimester kedua, perut Maya mulai terlihat membuncit. Beruntungnya ia sama sekali tidak mengalami morning sickness seperti ibu hamil pada umumnya. Ia tetap makan dengan lahap seperti biasa. Pagi ini tidak seperti biasanya Dion bangun kesiangan. Ia dengan cepat mandi dan memakai seragam. Kalau dulu ayahnya akan membangunkannya jika ia terlambat bangun semenit saja. Namun sejak menikah lagi sudah tidak pernah. Dion terburu-buru menuju ke meja makan. Namun pagi ini meja makan justru kosong. Tak ada satupun makanan yang tersaji di atasnya. Batang hidung Baron pun tidak terlihat. Padahal belakangan ini ayahnya itulah yang selalu menyiapkan sarapan.

Maya: "Baru bangun?"

Tiba-tiba suara ketus terdengar di belakang Dion. Dion menoleh.

Dion: "Ma-"

Belum selesai Dion berucap langsung dipotong oleh Maya.

Maya: "Apa ma, ma, ma... Enak banget bangun-bangun tinggal makan. Itu dapur berantakan, baju kotor sudah menumpuk, piring kotor, lantai juga harus disapu dan dipel. Cepat sana bersihkan!"

Dion terperanjat mendengar kata-kata itu.

Dion: "Ta, Tapi aku harus sekolah."

Maya: "Gak ada sekolah sekolah. Kamu lihat sudah jam berapa sekarang? Hah? Sekolah apa jam segini? Jangan banyak alasan. Cepat sana kerjain!"

Dion: "Tapi-"

Maya: "Eh, masih mau melawan? Gak ku kasih makan kamu nanti, ya!"

Dion menunduk tidak berani membantah. Ia pun hanya bisa pasrah melakukan apa yang disuruh ibu tirinya. Dion tidak mengerti mengapa sikap Maya kepadanya tiba-tiba berubah drastis. Wanita yang sebelumnya selalu tersenyum dan berbicara dengan lembut padanya tiba-tiba berubah menjadi seperti monster yang garang dan menakutkan. Dion terpaksa mengerjakan semua pekerjaan rumah yang disuruh Maya tanpa istirahat sedikitpun. Pekerjaan yang tidak seharusnya dikerjakan oleh anak seusianya. Bahkan sampai tidak makan. Sementara Maya hanya duduk ongkang-ongkang kaki sambil menonton TV. Dion juga harus mengepel seluruh lantai rumah dengan tangan. Maya melarangnya menggunakan mop dengan alasan tidak bersih. Dion yang lapar karena tidak makan sejak pagi berhenti sejenak untuk istirahat.

Maya: "Eh, kenapa berhenti?"

Dion: "Aku boleh istirahat sebentar? Aku capek dan lapar."

Maya: "Gak ada istirahat dan makan sampai semua pekerjaan beres. Paham?"

Dion: "I, Iya."

Lagi-lagi Dion hanya bisa pasrah. Sambil menitikkan air mata ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Maya: "Manja!"

Dion baru diberi makan saat hari menjelang sore. Namun enaknya makanan sama sekali tidak bisa ia nikmati meskipun ia sangat lapar. Karena sikap dan perlakuan Maya hari ini membuatnya harus makan sambil bercucuran air mata. Dia tidak menyangka nasibnya akan berubah menjadi seperti ini.

Malam telah larut, Baron masih belum terlihat batang hidungnya. Dion memberanikan diri bertanya kepada Maya.

Dion: "Ma, Mama, Ke, kenapa ayah masih belum pulang?"

Maya: "Kenapa cari-cari ayahmu? Mau ngadu sama ayahmu, heh?"

Dion: "E, Enggak, Ma... Cu, cuma udah malam. Biasanya ayah tidak pulang selarut ini."

Maya: "Ayahmu sedang tugas di luar kota. Besok baru pulang. Awas aja kalau kamu ngadu, ya! Gak akan ku kasih makan kamu!"

Dion cepat-cepat menggeleng.

Dion: "Eng, enggak, Ma. Dion gak berani ngadu."

Maya: "Ya, bagus. Sana tidur!"

Dion langsung berlari masuk ke dalam kamar. Dia duduk di atas tempat tidur, berdoa sambil menangis.

...🍀🍀🍀...

Keesokan paginya Dion bangun lebih awal. Rumah nampak sepi. Maya sepertinya masih tidur. Dion segera berangkat ke sekolah tanpa sarapan.

Di jam istirahat Dion mulai merasa lapar. Apalagi dia tidak membawa uang jajan. Dion hanya bisa menahan rasa lapar dan haus hingga pulang sekolah. Saat pulang dari sekolah ayahnya sudah ada di rumah. Dion merasa sedikit lega.

Dion: "Ayah..."

Baron: "Dion, baru pulang sekolah?"

Dion: "Iya."

Baron: "Dion, Ayah minta maaf, ya! Kamu jadi harus berangkat dan pulang sekolah sendiri sekarang."

Dion: "Iya, tidak apa-apa. Dion kan sudah besar. Ayah, kenapa tidak bilang sama Dion kalau semalam tidak pulang?"

Baron: "Ayah ingin memberitahumu tapi kamu sudah tidur. Mama bilang akan memberitahumu saat bangun nanti."

Maya yang baru muncul dari dapur melotot pada Dion. Wajahnya langsung berubah tersenyum saat Baron melihat kearahnya.

Maya: "Mama sudah bilang kan kalau Ayah tidak pulang? Kamu tidak mendengarkan dengan teliti. Coba ingat-ingat lagi."

Dion: (Menunduk) "Iya. Maaf, Dion lupa."

Maya: "Kamu pasti capek kan, Dion? Sana masuk ganti seragam sekolahnya terus makan siang."

Wajah Maya tersenyum pada Dion. Namun Dion tahu senyum itu hanyalah senyum palsu.

Dion: "Baik, Ma."

Dion segera pergi melakukan apa yang disuruh ibu tirinya. Setidaknya ia bersyukur ayahnya pulang cepat ke rumah siang ini sehingga ia dapat segera makan siang untuk mengisi perutnya yang sudah lapar.

^^^bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

Risa And My Husband

Risa And My Husband

Maya jangan terlalu kejam jadi orang nanti kamu kena karma

2024-09-15

0

Risa Sangat Happy

Risa Sangat Happy

Baron hanya mementingkan diri sendiri ngga mikirin Dion

2024-09-15

0

Risa Imuet

Risa Imuet

Baron ngga punya ikutan batin yang kuat dengan Dion

2024-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!