Setiap hari Dion harus melakukan pekerjaan rumah. Anak kecil yang seharusnya bermain bersama teman-teman sebaya namun Dion justru tidak dapat merasakannya. Dia harus mengerjakan semua pekerjaan yang disuruh Maya. Belum lagi jika ada kesalahan maka dia akan dimarahi, dipukul, atau dihukum dengan tidak diberi makan. Baron tidak mengetahui sikap buruk Maya kepada Dion. Karena Dion sering diancam oleh ibu tirinya jadi tidak berani mengadu.
Saat sedang makan malam bersama tanpa sengaja Baron melihat luka lebam yang cukup besar di lengan tangan Dion.
Baron: "Dion, lenganmu... kenapa sampai biru begitu?"
Maya langsung menatap Dion dengan tajam.
Dion: "Ini... Ayah..."
Maya: "Ah, namanya juga anak-anak... Pasti karena jatuh sehabis main tadi sore. Iya kan, Dion?"
Dion: "I... Iya." (Menunduk)
Baron: "Oh. Lain kali kalau main lebih hati-hati."
Dion: "Iya, Ayah."
Dion menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah Maya.
Malamnya Dion bersiap untuk tidur. Sebelum tidur dia selalu berdoa lebih dulu.
"Tuhan, terima kasih hari ini Dion tidak kelaparan. Dion bisa makan karena Tante Maya cuma mencubit tangan Dion. Tuhan, Dion rindu Ibu. Dion berharap bisa ketemu sama Ibu. Dion pengen peluk Ibu, pengen cerita-cerita sama Ibu. Tuhan, tolong kabulkan doa Dion, ya! Kali ini saja. Sebentar juga tidak apa-apa asalkan bisa ketemu dan peluk Ibu. Dion sudah senang. Amin."
...❇️❇️❇️...
Di rumah Irma, Rita sedang mengeluarkan pakaian dari dalam lemari.
Irma: "Kamu yakin mau pergi?"
Rita: "Yakin, Bu."
Irma: "Kamu milih pergi bukan karena mantan suamimu kan?"
Rita: (Menggeleng) "Ibu... Ibu kan tahu dari dulu aku pengen sekali kerja di luar negeri. Tapi gak pernah ada kesempatan sampai akhirnya menikah dan punya Dion, aku gak bisa kemana-mana lagi. Sekarang kebetulan ada kesempatan ini jadi aku gak mau sia-siakan. Sekalian buat nambah pengalaman hidup. Ini tidak ada hubungannya dengan dia, Bu. Dia aja bisa bahagia. Aku juga harus bisa."
Irma: "Ibu cuma gak mau kamu larut dalam kesedihan. Kalau memang itu keputusanmu ya Ibu cuma bisa doakan saja semoga betah dan dapat atasan yang baik. Kamu juga harus jaga diri baik-baik karena di sana kamu cuma sendirian."
Rita: "Iya, Bu. Aku akan sering telepon Ibu. Aku kan sama teman, Bu. Gak sendiri."
Irma: "Ibu tahu. Maksud Ibu gak ada orang tua yang jagain kamu di luar sana."
Rita: "Aku kan sudah dewasa. Masa mau dijaga terus sih, Bu?! Pokoknya Ibu gak usah khawatir. Aku janji akan jaga diri dengan baik."
Irma: "Ya, Ibu lega mendengarnya."
Di hari keberangkatan Rita ke luar negeri, dia diantar oleh adiknya. Rita melihat waktu yang ditunjukkan ponselnya.
Rita: "Dek, mampir ke sekolah Dion bentar, ya!"
Sinta: "Iya, Kak."
Sampai di sekolah Dion, kebetulan sekolah sedang mengadakan sebuah acara sehingga terbuka bagi umum. Rita dan Sinta dapat masuk tanpa perlu izin. Suasana di halaman sekolah cukup ramai. Awalnya Rita ingin langsung ke kelas Dion namun tidak jadi saat melihat Dion berdiri agak jauh di depan bersama ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya merangkul bahu Dion. Ketiganya sedang menyaksikan suatu pentas. Rita hanya melihat dari kejauhan. Ia merasa tenang melihat putranya baik-baik saja bersama ibu tirinya. Setelah itu Rita mengajak adiknya pergi.
Rita: "Yuk, Dek, kita pergi."
Sinta: "Kakak, gak jadi pamitan sama Dion?"
Rita: "Enggak, Dek. Kakak takut gak tega nanti. Melihat Dion baik-baik saja sudah cukup. Lagipula dia bersama ayah dan ibu barunya. Kakak gak mau ganggu mereka."
Sinta: "Iya. Kakak yang sabar, ya!"
...❇️❇️❇️...
Maya akhirnya melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ryan. Baron sangat bahagia. Sejak saat itu semua perhatian Baron seketika tertuju kepada adik Dion yang masih bayi itu. Dion seolah terlupakan. Mirisnya tidak hanya terlupakan, pekerjaannya di rumah pun bertambah.
Ryan kecil baru berusia beberapa bulan. Namun Dion harus menjaga adiknya itu sedangkan Maya bermalas-malasan. Tiba-tiba Ryan yang sedang tidur menangis. Dion berusaha menenangkan namun Ryan tidak mau berhenti menangis, malah menangis semakin kencang. Hal itu memicu kemarahan Maya.
Maya: "Dionnn.... Diamin itu adikmu nangis!"
Dion: "Udah, Ma. Tapi Ryan gak mau berhenti nangis."
Maya: "Ish... Kamu apain dia sih sampai nangis kaya gitu? Bikin berisik aja tahu gak!"
Dion: "Aku gak ngapa-ngapain. Ryan tiba-tiba terbangun langsung nangis."
Maya: "Jangan bohong kamu! Kalau kamu gak ganggu Ryan, memangnya dia bisa nangis? Cuma suruh kamu jaga Ryan saja gak becus."
Dion: "Maaf, Ma..."
Maya: "Maaf. Maaf. Maaf doang gak bikin Ryan diam tahu!"
Hoek... Hoek... Hoek... Maya masih berusaha menenangkan bayinya yang terus menangis.
Maya: "Oh... Cup. Cup. Cup. Diam ya, Sayang! Diam... Kamu mau apa? Nangisnya udahan ya!"
Dion: "Mungkin Ryan haus, Ma. Mau minum susu."
Maya: "Jangan sok tahu kamu!"
Dion hanya menunduk. Namun Ryan masih tidak berhenti menangis. Maya yang hampir hilang kesabaran mau tak mau membuatkan susu untuknya. Setelah menghabiskan susu barulah Ryan tenang dan kembali tidur. Maya tidak berkata apa-apa dan menyuruh Dion pergi.
...❇️❇️❇️...
Waktu berlalu, Ryan sudah berusia dua tahun. Sore itu Baron sedang menemani Ryan bermain sedangkan Maya sibuk membereskan rumah. Dion sedang mengerjakan tugas sekolah. Maya memanggil Baron untuk membantunya. Ryan pun dititipkan kepada Dion sebentar. Namun Ryan yang begitu aktif dan lincah tak sengaja lepas dari pengawasan Dion sehingga tak sengaja terjatuh saat meraih benda yang ada di atas lemari. Ryan pun menangis kencang. Suara tangisannya sontak membuat Baron dan Maya panik. Keduanya bergegas datang menghampiri. Maya langsung menggendongnya.
Baron: "Dion, apa yang kamu lakukan dengan adikmu sampai menangis seperti ini?"
Dion: "Ryan terjatuh saat ingin mengambil barang di atas lemari sana."
Maya: "Kamu gimana sih? Cuma jaga adikmu bentar saja gak bisa."
Dion: "Maaf."
Maya: "Memangnya maaf saja bisa menyelesaikan masalah?"
"Duh, jadi benjol gini... Cup. Cup. Sayang... " (Berkata pada Ryan)
Baron: "Dion, kamu itu harus lebih perhatikan adikmu baik-baik. Dia masih kecil belum tahu apa-apa. Untung cuma benjol dikit saja. Bagaimana kalau sampai jatuh terluka parah?"
Dion: "Maaf, Ayah. Lain kali aku akan menjaganya dengan lebih hati-hati."
Maya: "Halah... Sudah kejadian baru ngomong gitu. Telat! Memang kamu itu gak bisa diharapkan. Sudah sana kamu beresin itu dapur. Cuma suruh jaga adikmu saja gak becus."
Dion: "Aku sedang mengerjakan tugas sekolah, Ma. Boleh tunggu setelah aku selesaikan tugasku dulu?"
Baron: "Dion, jangan membantah! Cepat bereskan dapur dulu. Tugas sekolah nanti malam juga kan bisa."
Dion: (Pasrah) "Baik, Ayah."
Dion melangkah ke dapur. Melihat piring-piring kotor menumpuk serta barang-barang di dapur yang sangat berantakan Dion hanya bisa menghela nafas. Dia mengerjakan semuanya dengan sabar. Sedangkan Baron dan Maya bermain bersama Ryan di ruang keluarga. Terdengar suara tawa mereka yang pecah. Dion mengintip dari dapur. Mereka terlihat bahagia. Dion menunduk sedih. Teringat masa lalu, dulu dia juga pernah merasakan kebahagiaan itu. Tapi kebahagiaan yang dirasakannya amatlah sangat singkat.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Risa And My Husband
Dion adiknya kamu aktif jadi jatuh terus kamu yang di salahkan
2024-09-15
0
Risa Sangat Happy
Rita kamu temui Dion karena dia kangen kamu
2024-09-15
0
Risa Imuet
Dion sebenarnya pengen akrab sama adiknya namun selalu di tentang oleh Maya
2024-09-15
0