16. Kedatangan Nenek Mirna

Melihat ibunya yang nampak ragu. Baron meyakinkan.

Baron: "Ngomong saja, Bu! Ibu mau minta tolong apa? Kalau aku bisa dan mampu pasti aku tolongin."

Mirna: "Em... Gini... Ibu nginap beberapa hari di sini, ya?"

Baron: "Aduh, Ibu... kirain mau minta tolong apa. Kalau cuma pengen nginap di sini ya pasti boleh. Ibu, sudah ngomong sama Maya?"

Mirna: "Em... Belum sih. Tadi mau ngomong tapi pas ada ibunya Maya ke sini."

Baron: "Ibunya Maya ada datang ke sini?"

Mirna: "Iya."

Baron: "Ya udah nanti aku kasih tahu sama Maya. Nanti Ibu tidur di kamar Ryan, ya. Nanti biar Ryan tidur sama kami. Soalnya gak ada kamar kosong."

Mirna: "Gak apa-apa. Biarkan Ryan tidur dengan Ibu juga gak apa-apa."

Baron: "Jangan! Nanti Ibu terganggu. Lagipula kamar Ryan tidak besar."

Mirna: "Maaf ya jadinya repotin kamu."

Baron: "Ibu ini bicara apa? Ayo, ku tunjukkan kamarnya!"

Mirna mengambil tas yang ia bawa. Berjalan mengikuti Baron ke dalam rumah. Kemudian bertemu Ryan yang sedang menonton di ruang keluarga.

Baron: "Ryan."

Ryan: "Iya, Pa."

Baron: "Ryan, tolong bereskan kamarmu, ya! Malam ini nenek akan menginap di sini. Biar nanti nenek tidur di kamarmu."

Ryan: "Baik, Pa. Terus aku tidur di mana?"

Baron: "Kamu tidur sama papa dan mama."

Ryan: "Oke."

Ryan berlari ke kamarnya melakukan apa yang disuruh oleh ayahnya. Baron pun tersenyum. Ia dan ibunya menyusul ke kamar Ryan. Terlihat Ryan sedang merapikan tempat tidur.

Mirna: "Hebat cucu Nenek. Pandai merapikan tempat tidur sendiri. Sini Nenek bantu!"

Ryan: "Tidak perlu. Nenek duduk diam-diam saja di kursi itu." (Menunjuk)

Mirna pun menurut saja tidak melakukan apa-apa. Ia hanya memperhatikan Ryan.

Ryan: "Nenek, kamarnya sudah rapi. Nenek sudah boleh istirahat."

Mirna: "Terima kasih."

Mirna menarik tas bawaannya dan meletakkan di samping tempat tidur.

Baron: "Ibu, sudah mandi?"

Mirna: "Belum."

Baron: "Ibu mandi dulu saja. Nanti kita makan malam sama-sama."

Mirna: "Iya."

Baron meninggalkan ibunya dan pergi menemui Maya.

Maya: "Kata Ryan ibumu mau nginap di sini. Benar?"

Baron: "Iya. Ibu bilang mau nginap beberapa hari di sini. Kamu siapkan makan malam ya! Nanti kita makan malam sama-sama."

Maya: "Ya."

Makan malam telah siap. Hidangan sederhana tersaji di atas meja. Maya hanya memasak apa yang tersisa dari kulkas.

Maya: "Maaf, Bu, hanya menu seadanya."

Mirna: "Tidak apa-apa. Ini saja sudah enak. Maaf, Ibu jadi merepotkan kalian."

Baron: "Ibu, jangan bicara seperti itu. Sudah tugas kami untuk melayani Ibu."

Mirna: "Ngomong-ngomong Dion mana? Koq tidak ikut makan?"

Baron: "Dion pasti sedang mengerjakan tugas sekolah. Maklum sudah mau ujian. Jadi dia belajar lebih keras. Ibu tidak perlu mencemaskan Dion. Nanti dia pasti keluar makan. Ayo, kita makan dulu!"

Setelah selesai makan Baron pergi menemui Dion di kamarnya.

Baron: "Dion, kamu tidak ikut makan malam bersama kami?"

Dion: "Maaf, Ayah. Tanggung tugasnya tinggal sedikit biar aku selesaikan dulu."

Baron: "Setelah tugasmu selesai langsung makan dulu, ya!"

Dion: Baik, Ayah. Oya, mulai besok aku akan pulang agak terlambat. Karena sepulang sekolah aku ada kegiatan belajar bersama teman-teman untuk persiapan PAS."

Baron: "Iya. Kamu belajar saja yang semangat, ya!"

Dion: "Baik, Ayah."

Baron: "Ayah tinggal dulu. Ingat, setelah tugas selesai langsung makan."

Dion: "Iya."

Baron meninggalkan kamar Dion. Dion kembali menyelesaikan tugas sekolahnya. Setelah tugas sekolah selesai, Dion keluar dari kamar. Ia berjalan menuju ke dapur berniat untuk makan. Ia mengambil sepiring nasi kemudian berjalan ke meja makan. Saat membuka tudung saji, ia terdiam. Meja makan itu kosong. Tidak ada satupun lauk yang tersisa. Dion menutup kembali tudung saji. Ia mengambil kecap dan menuangkannya ke atas nasi. Kemudian menghabiskan nasinya dengan tenang. Hal seperti ini sudah biasa bagi Dion. Jika dirinya tidak ikut makan bersama maka seperti inilah, tidak akan ada lauk yang disisakan untuknya. Setelah selesai makan Dion langsung mencuci piring bekas makannya. Ia langsung kembali ke kamar.

Dion duduk di kursi. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Kamar inilah satu-satunya tempatnya yang paling nyaman. Dion menatap langit-langit kamar.

Dion: "Rasanya sepi sekali. Tetapi lebih baik sepi daripada berada di antara kerumunan orang yang tidak menganggap adanya hadirku."

Melihat jam di dinding yang hampir menuju ke angka sembilan, Dion pun merapikan buku-buku yang akan dibawa besok. Kemudian memasukannya ke dalam tas. Dion beranjak dari kursinya dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

...⚜️⚜️⚜️...

Maya baru selesai memasak. Ryan muncul dengan seragam sekolah yang sudah rapi. Mirna juga baru muncul dari kamar.

Maya: "Ryan, sarapan dulu ya sebelum berangkat!"

Ryan: "Baik, Ma."

Mirna melihat apa yang dimasak oleh menantunya. Di meja makan hanya ada telur ceplok yang disiram kecap.

Mirna: "Loh makannya koq cuma telur ceplok? Mana cukup gizinya? Gimana mau pintar di sekolah?"

Wajah Maya nampak masam.

Maya: "Telur juga banyak gizinya, Bu! Terutama kuning telur juga mengandung banyak protein."

Ryan: "Iya, Nek. Lagian pintar itu kan bukan dari makanan saja. Kalau makannya daging terus tapi malas belajar juga tidak bisa pintar."

Maya: "Bukannya tambah pintar, yang ada penyakitan, Ryan. Kalau setiap hari makannya daging."

Ryan: "Jadi darah tinggi dan kolesterol ya, Ma."

Maya: "Pintar kamu!"

Mirna: "Ya, Nenek juga gak bilang harus makan daging setiap hari. Minimal diseimbangkan ada daging dan ada sayuran. Bukannya telur tok setiap hari. Perasaan tadi malam juga makan malamnya telur."

Baron tiba-tiba muncul.

Baron: "Ada apa ini? Pagi-pagi koq sudah ribut?"

Mirna: "Gak ada apa-apa."

Mirna berjalan pergi diikuti tatapan mata Baron.

Baron: "Kenapa dengan ibu?"

Maya: "Ibu maunya aku masak daging. Jangan telur terus!"

Baron: "Koq ketus gitu jawabnya? Aku tanya baik-baik loh."

Maya: "Kamu tanya saja sama Ryan kalau tidak percaya. Lagian pagi-pagi sudah merusak mood orang."

Maya memilih pergi membersihkan peralatan masak yang kotor daripada menjelaskan perihal mertuanya kepada Baron. Mengingatnya saja sudah membuat dirinya sebal.

Baron: "Benar begitu, Ryan?"

Ryan: "Kata nenek setiap hari mama masak telur. Tidak bergizi, tidak buat pintar."

Baron: "Oohhh...

Dion muncul mengambil air minum dan pergi dengan terburu-buru.

Dion: "Ayah, aku berangkat ke sekolah dulu!"

Baron: "Gak sarapan dulu, Dion?"

Dion: "Enggak, Yah. Sudah telat. Nanti sarapan di sekolah saja."

Baron: "Kalau begitu hati-hati di jalan."

Dion: "Iya."

Dion pun berangkat.

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Ryan tidur sama mama dan papanya gara gara neneknya Ryan tidur di rumah Ryan

2024-10-16

0

Sri Astuti

Sri Astuti

msksud baik blm tentu diterima baik..

2024-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!