" Lakukan yang terbaik dok!" Jawab Jonatan dengan cepat.
" Baik. Silahkan melakukan penandatanganan, serta menyelesaikan biaya administrasi nya dahulu." Jawab dokter memberi arah.
" Baik dok!"
Segala urusan penandatanganan dan administrasi selesai di lakukan, barulah Siti di pindahkan ke ruangan operasi.
" Lindungi mbak Siti dan anak-anak nya, ya Allah." Jonatan memanjatkan doa, ia terduduk seorang diri di depan ruangan operasi Siti.
Ia terbayang dengan rasa sakit yang luar biasa yang di alami Siti, mulai sedari tadi. Membayangkan saja membuat ia bergidik ngeri.
" Atan!" Suara seorang perempuan melengking di ruangan itu.
" Ibu," jawab Jonatan mengangkat kepala nya.
" Bagaimana keadaan Siti nak?" Tanya bu Ida dengan raut sangat khawatir, ia mendapat kabar dari Jonatan yang langsung menghubungi ibu nya.
" Sedang di operasi bu," jawab Jonatan.
" Ya Allah. Lindungi anak hamba ya Allah," tak sadar buliran air mata berlinang di pelupuk mata bu Ida.
Lama menunggu, akhirnya lampu ruangan operasi Siti mati. Tandanya operasi yang di hadapi telah usai.
Perasaan sedikit lega, dokter yang menangani Siti pun keluar dari ruangan operasi itu.
" Bagaimana dengan operasi nya dok?" Tanya bu Ida mendesak dokter itu.
" Syukur lah, anak nya kembar sepasang cantik dan ganteng. Tapi bayi nya harus di dalam inkubator dulu, karna berat badan yang sangat kurang kuga prematur. Kondisi ibu si bayi juga masih lemah, sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat." Beritahu sang dokter.
" Ya Allah. Terimakasih ya dok," ucap bu Ida.
" Saya permisi dahulu,"
Setelah kepergian dokter, keluar lah para suster yang memindahkan Siti dan anak nya ke ruangan rawat. Bu Ida dan Jonatan segera mengikuti dari belakang.
" Masya Allah. Anak nya cantik dan ganteng," puji bu Ida tersenyum haru, kembali pelupuk mata nya di genangi air mata.
" Atan. Kumandang kan lafadz adzan, kepada kedua anak baik ini." Pinta bu Ida.
" Baik bu."
Suara merdu Atan mengumandangkan adzan di telinga kanan kedua bayi, Siti menangis haru mendengar dan melihat nya. Ia tersadar di saat bu Ida dan Jonatan berdiri di inkubator melihat keadaan anak nya. Ia merasa sedih, bahkan orang lain lah yang mengumandangkan adzan di telinga bayi nya, bukan ayah kandung nya. Dunia ini memang sangat tidak adil, itu lah menurut Siti saat ini.
" Ya Allah. Kamu udah sadar nak?" Tanya bu Ida pelan, supaya tidak mengganggu Jonatan. Pancaran bahagia terlihat jelas di wajah bu Ida.
" Alhamdulillah bu," ucap Siti dengan air mata yang sudah membasahi wajah nya.
" Kamu kok nangis sayang? Anak kamu sehat kok, hanya perlu sedikit pemulihan." Ucap bu Ida menenangkan Siti, supaya tidak memikirkan anak nya yang di dalam inkubator.
" Aku terharu sekaligus sedih bu. Di saat anak ku lahir, bukan ayah kandung nya yang mengumandangkan adzan ke telinga mereka. Malah menjadi orang lain," ucap Siti dengan wajah sedih.
" Tidak usah di pikirkan. Yang penting kalian dan anak-anak mu dengan ke depan nya, jangan memikirkan hal yang tidak penting. Fokus kan diri mu kepada mereka, mereka adalah keluarga mu, mereka lah harta mu, mereka lah rezeki mu." Ucap bu Ida dengan lembut kepada Siti.
" Makasih ya bu. Selama ini ibu sama mas Jonatan baik banget sama aku," Siti memandang lembut manik teduh bu Ida.
" Kamu sudah kami anggap keluarga. Bukan kah keluarga itu seperti ini?" kekeh bu Ida, yang sudah menganggap Siti sebagai anak nya.
" Bu udah siap." Jonatan menghentikan pembicaraan mereka berdua.
" Makasih ya mas," senyum Siti dengan tulus.
" Iya mbak. Oh ya masih ada yang sakit gitu?" Tanya Jonatan perhatian.
" Udah enggak kok mas. Makasih banyak ya mas, kalau gak ada mas mungkin aku tidak akan hidup lagi mas." Ucap Siti terharu mengingat kejadian yang ia alami tadi.
" Sudah lah mbak. Kejadian buruk itu tidak perlu di ingat lagi, semoga hal ini jauh-jauh dari hidup kita. Mudah-mudahan kedepannya berjalan dengan baik," balas Jonatan dengan senyuman hangat.
*
Seminggu sudah Siti berada di rumah sakit. Anak-anak nya sudah pulih dan tidak lagi dalam inkubator. Jonatan benar-benar memberikan perawatan yang sangat baik, supaya bayi-bayi itu lebih cepat sehat.
" Halo anak-anak bunda. Kalian cantik dan ganteng sekali," Siti menangis melihat wajah kedua anak nya sangat mirip dengan Josephine.
" Cekalang kita akan Puyang.." Seru Siti menirukan suara anak bayi.
" Udah siap mbak?" Tanya Jonatan memastikan.
" Udah mas."
Mereka berlima pulang dengan mobil yang di kenakan Jonatan, bayi laki-laki dalam dekapan Siti, sementara bayi perempuan dalam dekapan bu Ida.
Walaupun bu Ida mati-matian membujuk Siti untuk pulang ke rumah bu Ida saja, supaya bu Ida bisa dengan sigap membantu nya. Supaya lebih aman juga, namun semuanya di tolak oleh Siti dengan halus. Dengan alasan tidak mau menyusahkan, akhirnya bu Ida tak lagi memaksakan.
Bu Ida hanya berdoa, supaya mereka tetap dalam perlindungan Allah. Bu Ida tak bisa tiap menit di rumah bu Ida, karna toko baru bu Ida harus di jaga nya juga.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
Follow akun Ig me @kesyaaa_V
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments