Sementara Josephine terpaku, dengan secarik kertas yang ada di nakas. Dengan cepat di raih nya, lalu di baca nya. Sontak mampu mengeluarkan air matanya.
Dear mas Josephine.
Makasih ya mas atas semuanya, semua rasa senang bahagia dan sakit bercampur menjadi satu. Mungkin dengan kepergian ku ini, hubungan mas dengan mamah mas sendiri tidak akan renggang. Aku juga sudah tidak sanggup lagi jika harus mendengar ejekan dan remehan dari orang lain. Tanpa sepengetahuan mas, kalau aku di kantor banyak yang tidak suka dengan ku. Karna apa? Karna mereka tahu hubungan kita katanya kita tidak pantas mas, tapi aku tidak dapat menyalahkan mereka sepenuhnya karna semuanya itu memang benar.
Mas tidak usah mengkhawatirkan bayi-bayi ini, aku akan menghidupi mereka semampu ku. Anggap saja aku dan mereka tidak pernah hadir di hidup mu, jika mas bahagia kami juga turut bahagia melihat nya mas. Terimakasih atas semua cinta yang mas berikan, serta kasih sayang. Mungkin sampai di sini saja aku dapat merasakan nya, karna memang kita tidak pantas bersama mas.
Lebih baik rasanya jika kita tidak saling kenal lagi, ku mohon jangan pernah lagi mencari kami. Cari lah bahagia mu tersendiri mas, namun tak bisa di pungkiri bahwa aku juga sakit hati kepada mas. Dimana mas lebih mementingkan harta di bandingkan kami, namun itu tidak perlu lagi di ingat-ingat semua nya sudah berlalu. Selamat menjalani hidup, jika mendapat perjalanan hidup yang ribet. Mungkin itu adalah balasan dari semua perlakukan hari ini.
Segeralah urus surat cerai kita. Supaya harta yang kau ingin kan kembali ketangan mu mas, bukan kah pantang bagi mu jika tidak memiliki uang?
Siti Badriah Pradipta.
Di genggam nya cincin pernikahan yang di tinggalkan Siti, di letakkan di samping kertas itu. Puing-puing rasa bersalah mulai menjalar di hati Josephine, namun yakin lah itu tidak akan berangsur lama.
Seperti sekarang, 7 bulan berlalu sudah hidup nya tanpa Siti dan calon anak nya. Kehidupan Josephine sudah kembali berjalan seperti biasa, bahkan surat cerai sudah sampai di tangan mamah nya.
.
.
.
Sementara di lain tempat.
Genap sudah tuju bulan Siti tinggal di kontrakan nya, bersama dengan calon anak-anak nya. Sudah tujuh bulan juga Siti selalu membawa kedua anak nya, kemana pun ia pergi yang ada di perut nya. Siti sudah mulai merasa bahwa uang nya semakin menipis, karna ia sudah melengkapi alat dapur dan bahan dapur. Tak lupa juga ia sudah melengkapi kebutuhan bayi-bayi nya nant, hingga sekarang uang nya sudah mulai menipis. Ia tidak memiliki barang mahal untuk di jual, hanya hape Boba 2 lah yang berharga di miliki nya. Sebab segala barang branded pemberian Josephine di tinggalkan nya, supaya tidak timbul lagi pemikiran buruk dan lain nya yang tidak di inginkan hati, di kemudian hari nanti nya.
" Aku harus cari kerja, uang ku sudah mulai habis. Uang yang ku miliki juga hanya sisa untuk kontrakan saja. Handphone akan ku jual untuk biaya persalinan nanti, itu pun belum tentu cukup di tambah lagi dengan uang makan. Tuhan sengsara sekali hidup ku, tapi aku akan selalu bersyukur." Batin Siti yang sedang duduk di pojokan.
Siti berpikiran jika ia sudah menjauh dari lingkungan keluarga Josephine, hidup nya akan lebih nyaman dan jauh dari gosipan dan bahan ejekan. Ternyata ia salah besar, di sini juga ia merasakan hal sama, namun yang menjadi pembedanya adalah topik gosipan.
Jika di desa Cakung terutama di komplek nya, ia di gosipi karna tidak memiliki suami tapi sedang hamil. Perut sudah seperti balon yang ingin meledak tidak akan lama lagi.
Namun lagi-lagi Siti hanya bisa menguatkan dirinya sendiri, prinsip nya adalah " Bukan orang lain yang mengatur diri kita, jika sudah orang lain yang menjadi mengatur hidup kita. Maka kita harus siap hancur sehancur-hancurnya." Itu lah prinsip yang di tanamkan Siti, supaya ia tetap kuat dan semangat. Ia tidak mau lagi hidup nya hancur, apalagi jika sampai anak nya ikut merasakan.
" Aduh perut nya gede banget, takut banget saya lihat nya. Mana gak punya suami lagi, kerabat juga tidak punya. Apa jangan-jangan dia adalah wanita malam ya?" Ucap seorang ibu-ibu yang sedang merumpi.
" Kalau wanita malam mana mungkin dia mau sampe hamil gini bu, kalau wanita malam sudah pasti pake pengaman. Supaya apa? Supaya tiap malam bisa bekerja melayani, tetap menjaga gaya dan penampilan." Sahut ibu yang satu nya.
" Iya betul tuh bu. Mungkin dia udah capek aja bu, paling kalo anak nya udah lahir di jual bu. atau gak di besarin buat jadi penerus nya. Makanya dia pergi ke desa terpencil, untuk menyembunyikan perut yang super duper gede itu." Sahut ibu yang satu nya lagi.
Hati Siti sangat di remas mendengar hal itu, niat nya ingin membeli sayur tapi malah mendengar ucapan pedas. Begini lah kehidupan setiap hari, selalu mendapatkan kata-kata yang membuat mental nya hancur.
Tak ingin melanjutkan langkah nya ke pusat perbelanjaan, akhirnya Siti memilih pulang saja. Mata nya sudah di genangi cairan bening, yang sudah tidak bisa di bendung lagi. Setiap hari selalu saja ada yang menggores luka di hati nya.
" Sudah lah Siti. Sudah setiap hari juga kamu mendengar hal itu, ngapain di ambil pusing. Di bawa enjoy aja, toh meraka gak ngasih lo makan. Fokus ke bayi sama diri sendiri aja, ngapain mikirin hal yang gak penting. " Seolah ada yang berbisik di telinga Siti, yang membuat ia berhenti menangis dan melupakan nya saja.
Sekarang fokus nya hanya untuk mencari pekerjaan, untuk bekal bayi nya dan diri nya esok hari. Walaupun sudah sampai hari ini ia belum juga mendapatkan pekerjaan, melihat perut nya yang sangat besar membuat orang pada takut.
" Astaga perut ku lapar sekali, mana aku gak jadi beli sayur tadi. Goceng aja udah dapat sayur tadi, bisa untuk makan selama 4 hari."
Melihat sisa uang yang di miliki, akhirnya Siti memutuskan untuk membeli Indomie di depan rumah yang murah-murah saja untuk mengisi perut nya yang keroncong.
Setelah ia sudah membeli Indomie yang murah, ingin memasak tiba-tiba saja gas nya habis. Akhirnya Siti meminta sedikit air panas, untuk merendam Indomie yang di belinya.
" Ngapain pula kamu minta air panas, nyusahin aja kerja nya, tau gak?. Makanya kerja biar bisa makan!" Ucap tetangga siti yang ia mintai air panas.
" Tolong lah bu berikan saya sedikit saja." Mohon Siti.
Walaupun mendapat makian terlebih dahulu, baru ia bisa membawa pulang air panas pun akan ia lakukan.
Dengar cepat Siti merendam Indomie dengan air panas, lama menunggu Siti terpejam sebentar karena lelah. Terbangun ketika bayi nya menendang di dalam.
" Astaga mie nya sudah bengkak, yasudah makan saja. Masih bagus belum masih, juga tidak haram. Sabar ya nak, kalian pasti udah pada lapar ya." Siti menikmati mie yang sudah bengkak itu, hingga tanda. Rasanya ia sudah sangat kenyang karna mie yang membengkak semakin terlihat banyak dan besar.
Siti masih mengucap syukur, dan menampilkan senyum nya kepada tuhan karna masih bisa menikmati makanan yang ada di dunia nya, walau tidak seberapa.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
jangan lupa follow ig@kesyaaa_v
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments