Tok... Tok... Tok...
" Mbak Siti. Mbak di dalam?"
Ada seseorang yang mengetuk-ngetuk pintu kontrakan Siti, hingga beberapa kali.
" Iya sebentar," jawab Siti ia membenahi hijab nya terlebih dahulu, baru ia akan keluar untuk menjamu tamu yang datang.
Krek.
Pintu sudah terbuka, Siti melihat Jonatan lah yang datang dengan menenteng paper bag yang lumayan besar.
" Wah Mbak Siti penampilan nya udah berubah ya, ternyata Mbak Siti udah pakai hijab. Jadi tambah cantik aja mbak," puji Jonatan yang terkagum melihat Siti yang sudah menggunakan hijab. Bahkan mata nya tak berkedip, memandangi wajah cantik Siti. Walaupun sudah menggunakan hijab tidak dapat mengurangi kadar kecantikan nya. " Makin cantik aja anak orang, hati gue klepek-klepek tau gak mbak. Tapi pendam aja lah dulu takut di tolak mentah-mentah ye kan," batin Jonatan dengan merekahkan senyum nya.
" Alhamdulillah mas, oh ya silahkan masuk dulu mas." Ucap Siti mempersilahkan Jonatan masuk.
Jonatan segera memasuki ruangan yang sempit itu, hanya beralaskan tikar tipis nan buruk saja mereka duduk di sana.
" Mas Jonatan mau di buatin minum hangat gak?" Siti hanya bisa menawarkan itu, karna ia tidak memiliki gula maupun kopi pahit dan bubuk teh manis maupun semacam nya.
" Gak usah mbak. Oh ya saya bawa oleh-oleh dari jakarta mbak, mumpung lagi ada kerjaan di sekitar sini mampir dulu deh ke rumah Mbak Siti." Ucap Jonatan dengan menyerahkan paper bag yang di bawa nya tadi.
" Ya Allah mas. Tidak perlu repot-repot, terimakasih ya mas!" Siti menerima paper bag tersebut. " Oh ya ibu di mana ya mas? Gak pernah lagi berkunjung kesini, saya juga gak sanggup lagi ke sana bawa perut Segede ini mas," tanya Siti terkekeh.
" Oh ibu lagi pulang kampung mbak. Lagi pembagian tanah katanya, sekalian melepas rindu di kampung nenek." Jawab Jonatan.
" Oh.." Siti hanya ber oh ria saja.
" Mbak nyaman gak tinggal di sini?" Tanya Jonatan tiba-tiba, sesungguhnya ia sangat prihatin dengan keadaan Siti. Hamil tidak di dampingi suaminya.
" Nyaman mas. Kenapa ya?" Siti kembali bertanya.
" Gak. Kalau gak nyaman pindah kerumah aja gitu maksud nya mbak," jawab Jonatan.
" Nyaman kok mas, saya sudah terlalu merepotkan kalian." Ucap Siti tidak enak.
" Mbak Siti selalu aja gitu. Merasa menyusahkan padahal tidak sebenarnya," kesal Jonatan, yang selalu mendapat kata-kata menyusahkan jika di tawari apapun.
" Gak enak mas. Mas nya sama ibu udah terlalu banyak bantu saya," ucap Siti mengingat-ingat kebaikan keluarga mereka selama ini kepada nya.
" Yaelah mbak. Kami aja gak pernah berfikir seperti itu, mbak nya saja yang terlalu negatif thinking. Yasudah lah mbak, saya cabut dulu masih jam kerja soal nya." Jonatan melirik jam yang ada di pergelangan tangan nya, sudah 30 menit ia cabut dari jam kerja.
" Yasudah mas, sekali lagi makasih dengan oleh-oleh nya. Mas nya hati-hati," ucap Siti dengan menghantarkan Jonatan ke arah pintu.
" Saya pamit ya mbak."
Akhirnya Jonatan pergi dari rumah Siti, lalu mengendarai mobil yang ia kenakan sejak ia datang tadi. Di saat Siti ingin masuk, ia melihat ibu-ibu sedang bisik-bisik setan dengan mata kepalanya sendiri.
" Pasti dia sengaja mendekati Jonatan anak bu Ida, buat dia porotin. Dia kan tau kalau Jonatan kerja di perusahaan besar, udah ganteng lagi. Kenapa sih Jonatan mau deketin cewek yang udah bunting, apa situ pake jurus pelet ya bu." Sergah bu Irna, yang terkenal penggosip dan perosting sejagat raya. Banyak orang yang tahu, kalau bu Irna sangat membenci Siti.
" Betul tuh mu. Mentang-mentang punya pekerjaan bagus, malah di Pepet terus. Dimana sih harga dirinya!" Ucap ibu yang satu nya lagi, membela perkataan bu Irna.
Tak sanggup lagi mendengar semuanya, akhirnya Siti memilih masuk saja kerumah nya. Sontak hal itu tak lepas dari pandangan bu Irna dan teman nya, mereka tertawa puas melihat raut wajah malu Siti.
Sementara Siti mengucapkan banyak istighfar di hatinya, jika ia menanggapi nya ia sendiri yang akan kalah nanti nya. Mengingat banyak orang yang tidak menyukai nya di komplek ini.
*
Sementara di tempat lain...
" Jeng Wati tau gak? Anak dari keluarga Pradipta masih ada yang hidup. Sementara harta warisan berupa perusahaan, sudah di bagi rata dengan keluarga Maulana dan Danuarta yang kebetulan berhak jeng. Bahkan dia mantan istri anak saya jeng," terdengar itu adalah suara dari nyonya Diana, yang berbicara dengan Saraswati Maulana.
" Yang benar saja jeng?" Tanya Wati lawan bicara nyonya Diana kurang percaya.
" Iya loh jeng. Makanya setelah aku mengetahui nya, dengan cepat-cepat aku menyuruh anak ku menceraikan nya. Supaya dia tidak mengetahui puing-puing harta milik keluarga nya," ucap nyonya Diana memberitahu.
" Astaga jeng. Bagaimana kalau dia tahu jeng? Apa kabar dengan kita nanti nya? Saya takut jeng!" Tampak nya dari raut wajah wati, nampak sangat khawatir.
" Tenang saja jeng dia udah pergi jauh, mungkin mental nya juga udah rusak karna sering di rendah kan. Tidak usah terlalu di pikirkan semua harta akan tetap di tangan kita," nyonya Diana berusaha meyakinkan teman nya itu, walaupun sejujurnya ia tidak terlalu yakin dengan Siti. Bisa saja ia memiliki urusan maupun rencana yang mempertemukan nya dengan anak nya di kemudian hari.
" Semoga aja jeng." Jawab Wati dengan helaan nafas kasar.
*
" Bos. Bu Claudya ingin bertemu dengan bos," beritahu Theresia, sang sekretaris yang sudah menetap lama dengan Josephine. Masing single, dan tetap mengangumi atasan nya itu.
" Tidak usah biarkan Tere. Saya sedang tidak ingin melihat nya," jawab Josephine dengan tidak mengalihkan atensi nya, dari berkas yang sedang ia lihat.
" Baik bos!" Jawab Tere lalu mengambil langkah keluar.
Belum ada 5 menitan, lagi-lagi Theresia sudah kembali.
" Bos. Maafkan saya, tapi bu Claudya tetap memaksa. Saya tidak bisa mengimbangi nya," ucap Tere dengan perasaan campur aduk, antara kesal dengan Claudya juga takut dengan perawakan Josephine yang sangat seram. Sebenarnya Josephine ganteng dan mapan, namun sikap dingin nya mampu menusuk sampai ke ulu hati.
" Biarkan saja!" Akhirnya ia menyerah.
Belum juga Tere melangkah keluar, Claudya sudah masuk begitu saja. Mata Tere terbelalak dengan lebar.
" Silahkan lanjutkan pekerjaan mu Tere." Ucap Josephine dengan nada datar.
" Baik bos!"
Kini tinggal lah Claudya dan Josephine di ruangan Josephine sendiri.
" Apalagi yang kau inginkan?" Tanya Josephine dengan nada datar.
" Aku hanya ingin memandangi wajah ganteng mu saja, mungkin dengan kehadiran ku kau akan lebih semangat lagi bekerja." Claudya berucap dengan penuh percaya diri, tak lupa dengan senyum yang selalu merekah.
" Kau terlalu pede!" Jawab Josephine.
" Kenapa sih! Sekali saja kamu menghargai ku, kau selalu larut dalam masa lalu mu. Apa hebat nya dia? Bahkan aku lebih cantik dari nya, belum tentu dia dengan memikirkan sekarang ini. Sadar lah Jose!" Sentak Claudya yang sudah tersulut emosi, Karna tidak pernah di gubris oleh Josephine walaupun ia sudah berdandan bak bidadari.
Memang benar. Puing-puing masa lalu sudah mulai menusuk ke hati Josephine, bahkan satu bulan ini ia sudah mengarah kan anak buah nya untuk mencari keberadaan Siti dan calon bayi nya. Bahkan Josephine tidak berniat lagi untuk mencari perempuan lain, ia selalu memikirkan Siti.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
jangan lupa follow ig@kesyaaa_v
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments