Belum sempat nyonya Diana menjambak Siti, tangan Josephine sudah lebih dulu mencekal tangan nyonya Diana.
" Mamah!" Bentak Josephine.
" Josephine? Kamu membentak mamah?" Tanya nyonya Diana dengan tak percaya, ini kali pertama anak semata wayangnya membentak nya.
" Kenapa mah? Aku gak terima kalo mamah merendahkan dia, bagaimana pun dia punya hati mah. Dia udah mengandung benih di dalam sini mah," ucap Josephine sembari menunjuk perut Siti.
" Perempuan murahan ini berhasil memprovokasi kamu! Apa yang udah kau lakukan terhadap anak ku!" Kembali nyonya Diana membentak Siti.
" Mah! Dia tidak pernah menghasut ku. Asal mamah tau, di saat aku susah hanya dia yang menemani. Ketika aku lelah aku selalu datang kepadanya, tangan nya selalu terbuka menerima ku di saat susah maupun senang. Bagaimana dengan mamah? Aku hanya menunjukkan kesenangan dan keberhasilan ku kepada mamah, tanpa mamah tahu bagaimana susah nya untuk ku mencapai itu. Menurut ku, tidak ada alasan untuk mamah membenci nya."
Tanpa menunggu jawaban dari sang mamah, Josephine segera menggenggam tangan Siti dan membawanya pergi dari mansion itu. Sementara nyonya Diana tak bisa berkata-kata lagi, anak semata wayangnya yang ia kenal tak pernah membentak maupun berbicara dengan nada tinggi. Kini sudah mulai berlaku.
*
Sementara Josephine dan Siti, kini sudah berada di perjalanan pulang. Niat hati Josephine ingin mengajak Siti sekedar nongkrong, namun Siti menolak. Ia ingin sendiri.
.
.
.
Malam sudah berganti terang, sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan. Bahwa hari ini Josephine akan pergi keluar kota, bertemu dengan klien yang tidak bisa di gantikan oleh sekretaris nya.
Sungguh berat rasanya, bagi Josephine meninggalkan sang kekasih dan calon si buah hati. Namun sudah di harus kan, bahwa ia harus pergi selama dua hari.
" Aku pergi ya babe. Jangan terlalu lelah, konsumsi makanan yang bergizi supaya bayi kita sehat. Jangan pikirkan apa pun yang terjadi, karna ini akan beresiko buat kehamilan kamu yang masih sangat rentan." Sepanjang jalan, Josephine hanya mengoceh memberi perintah kepada Siti. Irwan yang berada di belakang sebagai sekretaris Josephine, memilih menggunakan handset saja supaya tidak mendengar ocehan sang bos. Berhubung Siti ikut mengantar Josephine ke bandara, sesuai permintaan nya.
" Iya sayang. Kalimat itu-itu saja yang keluar dari mulut mu, aku saja pening mendengarnya. Lihat tuh Irwan kasian tahu," ucap Siti yang bosan mendengar ocehan sang kekasih, berbicara mulut nya seperti rel kereta api.
" Abaikan saja duda karatan itu!" Sentak Josephine.
" Heh! Mentang-mentang udah punya calon, ngeledek gue Lo. Lihat ya gue juga bakal punya calon istri, yang bohay. Tunggu aja," cerocos Irwan dengan mantab, tak terima dikatai oleh si bos.
" Udah berani Lo ya! Siap-siap aja bonus bulanan lo gak ada," ancam Josephine.
" E-eh, si bos mulai ngancam. Anggap aja becanda bos," kekeh Irwan dengan jantung yang tak karuan, mendengar bonus akan di tiadakan.
" Apasi sayang, kamu gak boleh ngancam-ngancam gitu. Dia udah baik loh sama kamu, setia sama kamu. Bahkan kalo kamu ngamuk, pelampiasan nya selalu kepada Irwan." Peringat Siti kepada Josephine.
" Nah betul tuh bos!" Ucap Irwan dengan lantang, sebab ia mendapat dukungan dari Siti.
" Ape lu! Beruntung Lo ada yang belain," ucap Josephine dengan paksa.
*
Kini Siti sudah berada di kantor nya, setelah menghadapi drama yang sangat menyebalkan di bandara tadi. Ia di antarkan supir Josephine langsung ke kantor.
Kring... Kring... Kring....
Dering ponsel bermerek apel di gigit sebelah, milih Siti berbunyi. Di saat ia baru saja mendudukkan bokong nya, di kursi yang ia duduki selama bekerja.
Seketika dahinya berkerut, ketika melihat nomor baru yang menghubungi nya.
" Halo?" Sapa Siti, sembari menempelkan ponsel nya di kuping nya.
" Silahkan turun ke bawah. Aku menunggu mu di sini, jangan lama-lama. Aku tidak punya banyak waktu," jawab seseorang dari seberang.
Tanpa menunggu jawaban, orang yang menghubungi Siti langsung memutus sambungan telfon.
Siti mengenali suara itu, tanpa berfikir panjang ia langsung turun ke bawah untuk bertemu dengan nya.
" Hy Tante. Ada apa menemui ku?" Tanya Siti terheran-heran.
" Ada yang ingin ku bicarakan. Ikuti aku," jawab nya dengan datar.
Siti hanya mengikuti nya dari belakang, ternyata ia di bawa masuk ke dalam mobil.
" Sebutkan nominal uang yang kau ingin kan, aku akan memberikan nya. Dengan satu syarat jauhi anak saya!" Ucap nya. Yang ternyata adalah nyonya Diana.
" Apa yang tante bicarakan?" Bingung Siti.
" Lulus sarjana. Itu saja tidak mengerti." Ucap nyonya Diana dengan tatapan meremehkan.
" Saya ingin kau menjauh dari kehidupan anak ku. Kau membawa pengaruh yang buruk buat nya, ingat kau tidak sepadan dengan nya tolong sadar diri. Dia sudah memiliki calon istri yang cantik dan kaya raya, sebagai gantinya kau sebutkan nominal uang yang kau butuhkan. Akan ku berikan sekarang juga, serta anak yang di kandungan mu silahkan gugurkan. Aku tidak akan pernah merestui pernikahan kalian, sekali pun aku mati! Kau hanya mengincar harta nya saja." Ucap nyonya Diana dengan nada menusuk.
Jujur saja hati Siti sangat sakit mendengar semua itu. Ia sadar kalau ia bukan lah siapa-siapa di bandingkan dengan mereka, namun anak nya sendiri yang tidak mau jauh dari nya. Walaupun ia sudah sering di katai anak bodoh tidak berguna, tapi dia juga memiliki batas kesabaran untuk mendengar cacian dari orang lain.
" Aku tidak membutuhkan uang itu. Sekalipun aku tidak akan menggugurkan kandungan ku, di mana hati nurani menyuruhku menggugurkan anak yang tak bersalah. Bagaimana kalau kejadian seperti ini datang menimpa anda, apa yang akan anda lakukan. Jika ingin meminta anak mu menjauhi ku. Silahkan perintahkan dia, sebab dia yang tidak mau melepas kan saya. Saya tahu kalau anda memiliki harta yang bergelimang dan tak berkesudahan, namun saya tidak pernah berminat ingin mengincarnya. Saya masih bisa mengusahakan untuk diri saya sendiri!" Jawab Siti dengan lantang, tak lupa dengan air mata yang sudah mulai bercucuran di wajah nya yang manis.
Siti keluar dari mobil begitu saja, tanpa menunggu jawaban dari nyonya Diana. Sementara nyonya Diana yang mendapat jawaban seperti itu, mengepalkan tangan nya. Semua itu tak luput dari pandangan pak sudir, supir pribadi nyonya Diana.
Siti kembali ke ruangan nya dengan wajah yang murung, mood yang tidak baik lagi. Tanpa ingin di ganggu, ia langsung menonaktifkan ponselnya dan mulai menyibukkan dirinya dengan setumpuk pekerjaan. Mulai melupakan hal yang terjadi barusan.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments