BAB 18.

         Setelah kepergian Claudya dari ruangan Josephine, sejenak ia bisa merasa tenang. Tak lama kemudian, Claudya sudah datang bersama mamah Diana.

" Josephine! Kamu apa-apaan sih! Kamu gak menghargai Claudya sama sekali," kedatangan mamah Diana membawa raut wajah yang sedang menahan amarah.

" Hadeh mengadu lagi." Ucap Josephine dengan pelan, lalu memijit pelipis nya. Hidup nya tak pernah tenang sekali pun, karna selalu di hantui dengan adanya Claudya.

" Kamu kenapa sih?! Claudya itu istri mu, sampai kapan kamu bersikap seperti ini. Dewasa lah berfikir, ingat umur mu sudah mulai tua, mamah juga pengen punya cucu!" Bentak mamah Diana, ia tersulut emosi setelah mendengar aduan dari menantu kesayangan nya.

" Salah mamah sendiri, maksain orang buat suka sama orang. Lo juga Claudya, udah tau gue ngehindar Mulu dari lo tapi Lo masih ngejar-ngejar gue harga diri lo dimana?! Jangan sekali pun mamah memaksa ku untuk menerima dan mencintai nya, sekalipun aku tidak akan menuruti nya. Aku tidak bisa menerimanya, jujur saja!" Akhirnya omongan pedas dari mulut Josephine keluar juga, selama ini ia sudah terlalu gondok.

        Memang benar, mereka telah menikah dengan unsur paksaan. Siapa lagi kalau bukan mamah Diana, dari mereka mulai menikah tak pernah sekali pun Josephine sudi tidur seranjang dengan Claudya. Tak ada waktu bersama bagi mereka berdua, sekeras apapun perjuangan Claudya. Sedikit pun tak pernah di gubris oleh Josephine.

" Kamu kenapa bersikap seperti ini terus-terusan? Apa kamu masih memikirkan wanita liar itu? Kamu sadar gak sih jose? Selama ini kamu udah banyak berubah, memang benar kamu sudah berpisah dengan nya tapi tindakan mu seolah-olah mengharapkan nya kembali. Bahkan berada di rumah saja kamu tidak betah, istri mu selalu kesepian. Buka mata mu lebar-lebar, istri mu sudah ada di depan mata mu. Mamah gak suka kalau kamu tau nya hanya membantah, sekali pun kamu gak pernah menghargai mamah. Kasihani Claudya, dia pilihan mamah sendiri. Jangan bersikap egois!" mamah Diana menceramahi Josephine panjang lebar.

" Mamah yang egois! Mamah gak pernah sekali pun memberiku ruang untuk bebas, mulai dari kecil mamah selalu mengekang. Bagaimana ceritanya aku di paksa mencintai nya mah? Terlebih lagi apa sih istimewanya dia? Sampai-sampai mamah menyayangi nya. Mah aku pengen bebas, pengen milih istri sendiri. Pengen menikmati hidup yang baru dengan istri pilihan sendiri, coba semua kenyataan ini di putar balikkan kepada mamah. Bagaimana perasaan mamah? Pasti tidak betah kan mah, terkadang ekspektasi tidak sesuai realita. Mah. Mamah sadar gak sih? Selama ini kita banyak ribut nya, gak pernah damai. Coba kalau mamah membuat ku memilih bebas tentang kemauan ku, pilihan hidup ku, mungkin hidup ku sudah damai mah! Hubungan anak dan mamah juga pasti baik-baik saja. Tidak seperti sekarang ini, mamah kenapa berubah jadi seperti ini."

       Josephine meluapkan semua unek-unek nya yang selama ini ia pendam sendiri, ia juga tidak suka dengan gaya hidup mereka yang sekarang ini. Terlebih antara dia dengan mamah nya, lebih banyak berantam. Bahkan sekedar bertemu saja rasanya Josephine sangat malas, karna mamah nya selalu saja membahas tentang Claudya.

        Setelah mendengar semua ucapan anak nya, lelehan air mata bercucuran di wajah mulus mamah Diana. Ia merasa tertampar dengan penjelasan anak nya, apa benar selama ini ia terlalu mengatur hidup anak nya? Apa selama ini ia telah salah? Apa ia sejahat itu? Apa memang benar kehadiran Claudya sangat tidak baik bagi hidup anak nya? Apa mungkin dengan ucapan anak nya hubungan meraka kembali terjalin dengan baik?

         Begitu banyak pertanyaan yang timbul di benak mamah Diana, membayangkan jika ia di paksa berjodoh dengan orang saja ia sudah bergidik ngeri. Apa memang seharusnya mamah Diana menaruh pilihan jodoh dan jalan hidup tersendiri kepada anak nya? Tapi ia tidak ikhlas jika anak nya harus kembali kepada masa lalu nya, mamah Diana tidak terima.

.

.

.

   Sementara di sisi lain...

" Aduh kerja tuh yang bagus! Pijitin kaki saya yang bagus, yang benar. Jangan asal bisa-bisa kaki saya patah tulang," Bentak bu Irna kepada Siti.

Ya. Siti sudah bekerja sebagai pembantu di rumah bu Irna, bu Irna sendiri yang menawari kepada Siti. Maka Siti dengan senang memiliki pekerjaan.

" Maaf bu. Saya akan lebih hati-hati," ucap Siti menunduk, padahal perasaan nya ia sangat pelan memijat kaki bu Irna.

" Maaf, maaf! Dari dulu tau nya ngomong maaf saja," nyinyir bu Irna.

Siti tak menjawab, ia hanya terdiam berusaha untuk lebih hati-hati lagi.

" Sayang... Sayang..." Panggil seorang laki-laki dari arah kamar.

" Sudah... Sudah... Kamu kedapur saja, pacar saya sudah memanggil saya. Ingat jangan sampai kau bocorkan semua ini kepada suami saya, jika dia pulang dari luar kota. Kalau kamu berani siap-siap saja kepala mu saya penggal!" Ucap bu Irna lalu pergi meninggalkan Siti, menemui laki-laki yang memanggilnya barusan.

" Ya Allah. Sanggup sekali bu Irna mengkhianati suami nya yang begitu baik, tapi sudah lah. Biar lah itu menjadi utusan keluarga Meraka, aku hanya menjalankan tugas ku bekerja disini. Supaya aku punya biaya untuk persalinan bayi-bayi yang mau lahir, dalam beberapa Minggu kedepan." Batin Siti sambil mengusap perut besar nya.

Lalu Siti memasuki dapur, mulai mengerjakan apa yang harus di kerjakan.

Di tengah asik nya memilah buah, Siti teringat dengan televisi yang menyala. Ia memilih mematikan terlebih dahulu baru melanjutkan pekerjaan nya, takut jika majikan nya tahu nanti malah mengomel panjang lebar.

Seketika Siti membeku di depan televisi, setelah televisi mati. Terdengar suara erangan, rintihan, penyatuan menjadi satu dari arah kamar majikan nya, seketika tubuh nya meremang.

Dengan cepat-cepat siti berlari ke dapur, berusaha melupakan dengan suara aneh yang ia dengar barusan.

" Eh. I-ibu mau mandi ya?" Tanya Siti dengan gugup kepada majikan nya, melihat majikan nya keluar dari kamar dengan penampilan yang lumayan berantakan.

" Iya! Sana antar makanan ke kamar saya, pacar saya lapar kata nya." Pinta bu Irna kepada Siti.

" B-baik bu!"

Siti merasa segan kepada laki-laki itu, tapi Ia tidak boleh membantah. Yang ada ia akan kena semprot oleh majikan nya.

Dengan cepat ia mengantar makanan ke kamar majikan nya, sebelum majikan nya sudah kembali dari kamar mandi.

" Ini pak makanan nya, silahkan di nikmati." Ucap Siti dengan meletakkan nampan bawaan nya di nakas.

" Kamu cantik sekali! Apalagi perut gede lob*ng nya juga pasti udah lebar," ucap laki-laki itu dengan tatapan ingin memakan Siti hidup-hidup.

Setelah mendengar itu, Siti kalang kabut. Ia memilih pergi saja, ia takut dengan ucapan frontal laki-laki itu.

" Astagfirullah, lindungi hamba ya Allah." Batin Siti mengelus-elus dada nya.

...****************...

Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️

jangan lupa follow ig@kesyaaa_v

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!