BAB 12.

" Sayang kita tidur yok!" Ucap Josephine dengan mengarahkan Siti ke ranjang.

" Tunggu mas. Mas duluan aja aku mau ke kamar mandi sebentar," ucap Siti dengan menuju lemari terlebih dahulu, lalu mengambil sesuatu dari sana dan menghambur ke kamar mandi.

        Sementara Josephine sedang memainkan benda pipih nya, hendak memeriksa apakah ia mendapat informasi penting hari ini.

" Aduh baju ni jelek sangat lah!" Ucap Siti bergidik ngeri, melihat lingerie yang ia dapat dari kado pernikahan mereka.

        Namun Siti tetap menggunakan nya, tak lupa ia menyemprotkan parfum di bagian tengkuk leher dan dada nya.

" Mas!" Panggil Siti setelah keluar dari kamar mandi, ia mengalihkan intensi suaminya dari handphone.

" Sayang? Astaga ini benar-benar kamu?" Tanya Josephine tak percaya, terpaku melihat keindahan tubuh Siti. Hingga bola matanya terbelalak.

" Iya mas. Sini!" Ucap Siti dengan merentangkan kedua tangan nya.

      Dengan cepat Josephine berlari memeluk istrinya, nafsunya sudah naik ketika melihat istrinya berpakaian seperti ini.

       Josephine menautkan bibir nya dengan bibir Siti, awal nya ciuman itu masih lembut. Namun lama kelamaan, semakin panas saja.

" Eunghh." Lenguh Siti ketika kehabisan nafas.

       Josephine segera melepas.

" Hore jenguk debay. Apa kamu udah benar-benar siap sayang?" Tanya Josephine memastikan.

" Ayo! Aku sudah siap suami ku," jawab Siti dengan nada manja.

        Dengan senang, Josephine menuntun Siti ke ranjang. Lagi-lagi ia mencium bibir Siti dengan ganas, lalu turun ke tengkuk leher Siti. Tak lupa menghias tanda kepemilikan di sana, di lanjutkan dengan me remas gunung kembar yang sangat padat dan sin tal itu.

      Siti hanya bisa menikmati permainan suami nya.

     Hingga keduanya melewatkan malam yang sangat indah, tubuh Siti rasanya remuk karena suaminya sangat kuat dan Siti hingga beberapa kali pelepasan.

*

     Berbeda dengan nyonya Diana dan Claudya yang sedang berdiskusi, untuk menghancurkan keluarga baru Josephine.

    Mereka sudah menyusun banyak rencana untuk bisa menghancurkan keluarga kecil itu.

*

" Sayang bangun!" Ucap Josephine sembari menggoyang badan istrinya dengan kecil.

" Eunghh,"

" Kamu kecapean ya? Orang kamu nya menggoda, gimana aku gak kenceng sayang. Yaudah kamu istirahat aja dulu, aku mau ke kantor dulu. Ada meeting penting, dadah sayang. Jangan lupa sarapan," ucap Josephine mengelus-elus pucuk kepala istrinya, ia sudah siap dengan stelan kantoran. Lengkap dengan parfum, arloji mahal milik nya.

" Iya. Kamu hati-hati ya," ucap Siti dengan mengucek-ucek mata nya.

Akhirnya Josephine pergi, sebelum ia benar-benar pergi. Terlebih dahulu ia mencium singkat bibir istrinya, itu sudah menjadi bagian tercandu bagi dirinya.

" Bik nanti Siti ingatkan sarapan yah. Jangan sampe telat, masih tidur dia masalah nya takut kebablasan." Perintah Josephine kepada bik Arumi.

" Baik tuan!" Jawab bik Arumi.

Baru lah Josephine meninggalkan rumah mereka, dengan perasaan tenang karena ada bik Arumi yang bisa di andalkan.

*

" Selamat pagi menantu ku yang cantik!" Suara seorang perempuan menggelar di kediaman keluarga baru Josephine.

" Mamah? Tumben mamah datang ke sini?" Tanya Siti heran melihat kedatangan mertua nya, dengan seorang perempuan yang pernah ia lihat.

" Memang saya tidak bisa berkunjung kerumah kalian ini?! Aku hanya ingin bersantai saja," ucap nyonya Diana dengan nada ketus.

" Silahkan duduk mah, mamah mau minum apa? Mbak Claudya mau minum apa?" Tanya Siti, ia segera meninggalkan pekerjaan nya. Kebetulan ia sedang menyusun-nyusun pakaian yang belum sepenuhnya tersusun dengan rapi.

" Tante aku gak mau minum disini, aku takut dia meracuni nya malah membuat anak ku dan Josephine keguguran mah." Ucap Claudya dengan raut menghindar.

" Iya betul sayang. Nanti cucu mamah jadi mati karena perempuan kampungan ini!" Bela nyonya Diana membenarkan ucapan Claudya.

Degh.

Jantung Siti rasanya ingin copot, ia tak menyangka akan ucapan perempuan muda di hadapan nya ini.

" Yasudah mamah dan mbak kita duduk saja dulu," tawar Siti memaksakan senyuman nya.

Ia tidak mau sepenuhnya termakan omongan perempuan muda dan tua itu, ia masih bisa menanyakan suaminya nanti sepulang kerja. Namun tak bisa di pungkiri hatinya sangat sakit, apa benar perempuan ini hamil anak suami nya? Pikiran nya sudah di penuhi dengan segala pikiran buruk. Berhubung faktor kehamilan nya, dengan mudah membuat pikiran nya selalu negatif.

" Oh saya, saya hanya mau memberitahu kalau anak saya mengandung benih di dalam perut Claudya. Saya tahu kalau kau pun begitu, kalau saya yakin bahwa yang di perut Claudya adalah anak Jose. Tapi saya tidak yakin dengan mu, karna kau adalah perempuan murahan. Bisa saja kan kau menjual tubuh mu, hanya karna kau tidak memiliki uang." Tuduh nyonya Diana kepada Siti.

" Maaf saya tidak harus termakan omongan mamah, karna semua yang mamah tuduh tentang ku tidak benar. Jadi untuk apa aku termakan omongan itu?" Tanya Siti dengan nada lembut, walaupun di hatinya kini sedang menggebu-gebu ingin menampar kedua wanita di hadapan nya ini.

" Wah hebat juga kamu yah," ucap nyonya Diana meremehkan.

" Iya lah Tante. Dia berani ngomong seperti itu, karena memiliki Josephine sebagai bahan tumpuan nya. Dia akan melaporkan kepada Josephine dan menuduh kita yang aneh-aneh. Coba tidak ada Josephine, mungkin dia sudah akan menangis tersedu-sedu." Ucap Claudya dengan menatap remeh kepada Siti.

" Maaf ya mbak. Saya bukan tipe seperti itu, saya bukan benalu bergantung kepada orang lain. Saya bisa berdiri di kaki saya sendiri, tanpa harus mengeluh dan mengemis bantuan kepada orang lain. Juga tidak pernah meracuni pikiran orang, untuk membenci seseorang!" Ucap Siti dengan mulut pedas nya.

Claudya terpancing mendengar ucapan Siti, rasanya ucapan itu sangat mengenai nya.

" Kurang ajar sekali mulut mu! Berani nya kau mengatai Claudya. Ingat! Kau tidak seberapa di bandingkan dia!" Bentak nyonya Diana merasa tidak terima jika Claudya kalah telak.

" Saya kan menantu mamah, walaupun gak di anggap. Lah emang dia siapa mah? Dia kan hanya anak teman mamah saja. Saya rasa mamah harus bertanya seperti itu kepadanya," ucap Siti yang mati-matian berusaha tetap santai, walaupun hati nya sakit saat ini.

" Yaudah kita pergi saja Tante. Gak ada gunanya berbicara dengan wanita jelek dan kampungan, pemikiran nya juga masih sangat kolot. Abaikan saja Tante," ucap Claudya merasa sangat benci melihat Siti.

" Ayok sayang. Tante juga alergi lama-lama berdekatan dengan wanita kampungan!" Setujui nyonya Diana.

Setelah kepergian nyonya Diana, dan Claudya. Siti menangis tersedu-sedu, mengingat pedas nya ucapan mertua dan Claudya. Pikiran nya sangat kacau dengan ucapan Claudya, yang mengatakan kalau ia sedang mengandung anak suami nya juga. Apakah itu semua benar?

" Sudah nya tidak usah di pikir kan. Anggap saja ucapan nya berlalu, nyonya harus percaya dengan suami nyonya. Ada baik nya kalian berbicara dari hati ke hati supaya tidak ada pertengkaran nanti nya, jika hanya mengandalkan ucapan orang lain itu tidak baik. Sebab meraka hanya ingin menjelek-jelekkan kita, percaya nyonya. Jangan terlalu di pikirkan, nyonya harus ingat kandungan nyonya." Peringat bik Arumi yang mendengar semua ucapan nyonya besar nya tadi, ia juga sedikit prihatin melihat Siti yang memakan omongan orang yang membuat nya sakit hati.

" Makasih Tante!" Ucap Siti merasa sedikit tenang dengan ucapan bik Arumi.

...****************...

Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!