Setelah acara sudah selesai, berjalan dengan lancar. Pengantin baru sudah memasuki kamar hotel, yang telah di booking dan di rias sebagus mungkin untuk pengantin baru.
" Mas. Tante Diana dimana? Aku tidak melihat nya," tanya Siti sedikit penasaran, walaupun harus mendapat Jawaban ia sudah tahu kalau nyonya Diana tidak akan Sudi menghadiri acara itu. Namun rasanya tidak salah untuk bertanya, dari pada berburuk sangka mungkin sedang memiliki kesibukan yang lebih penting.
" Aku juga tidak tahu babe. Subuh tadi, mamah menghubungi ku dan meminta alamat. Tapi aku juga tidak melihat kehadiran nya. Kamu mandi dulu gih," ucap Josephine.
" Baik mas."
Di saat ingin melangkah menuju kamar mandi. Josephine langsung memeluk Siti dari belakang yang masih terbalut gaun yang ia gunakan.
" Kenapa kau memakai gaun seperti ini. Aku tidak suka jika tubuh mu menjadi pusat perhatian laki-laki lain, secara tidak langsung kau menunjukkan lekukan tubuh mu babe!" Ucap Josephine dengan suara berat.
Awal nya Siti terkejut mendapat perlakuan seperti itu, dengan tiba-tiba. Namun ia kembali teringat, bahwa keduanya sudah sah menjadi pasangan suami istri.
" Ini kah gaun yang sudah tersedia. Bukan aku yang pilih, aku hanya siap pakai saja. Kenapa kau protes pada ku!" Ucap Siti tak terima, di salah kan.
" Pokok nya. Kau tidak boleh menggunakan pakaian seperti ini lagi, rasanya tidak babe!" Ucap Josephine dengan tangan yang sudah berkeliaran.
Tentu hal itu menimbulkan sensasi geli, juga rasa malu. Untung saja Siti membelakangi nya, sehingga semburat merah di pipih nya tidak dapat di lihat oleh nya.
" Mas aku mau mandi!" Sentak siti ketika tangan Josephine sudah tidak dapat di kontrol, juga dengan bibir nya yang mengecup leher nya dengan ganas.
" Tidak salah kan memuaskan suami. Ini bukan kali pertama sayang, jadi ayo lah!" Kata Josephine dengan enteng.
Siti langsung melepas pelukan itu dengan paksa. Ia memasuki kamar mandi, meninggalkan Josephine yang sudah terbakar nafsu.
" Ya Allah. Aku hampir kelepasan, tapi dia kan udah jadi suami ku. Eh tapi kan gak mungkin, muka ku aja full bedak gak lucu nanti jadi belepotan kayak setan. Mending mandi dulu!" Batin Siti.
Cukup lama ia menghabiskan waktu di kamar mandi, terlebih ia berendam sebentar di bathup. Sekedar melepas segala pikiran yang mengganjal.
30 menit sudah ia habis di kamar mandi, kini ia keluar dari kamar mandi dengan piyama di penuhi gambar Pororo.
" Udah mas. Gantian mas yang mandi," ucap Siti kepada Josephine yang sedang menatap layar handphone.
" Hmm,"
Josephine langsung meletakkan handphone di nakas, lalu memasuki kamar mandi.
Siti heran melihat sikap Josephine yang seperti itu, " Apa Josephine marah akan tindakan nya yang langsung memasuki kamar mandi? Tapi kan setelah mandi bisa di lakukan, aku hanya ingin membersihkan tubuh yang sudah sangat lengket ini." Batin Siti dengan terheran-heran.
Ia langsung meraih hair dryer yang berada di koper nya, untuk mengeringkan Surai panjang nya.
Rambut Siti sudah kering sepenuh nya, bersamaan dengan Josephine yang sudah selesai dari kamar mandi dan hanya melilitkan handuk di pinggang nya.
Siti terpaku melihat bentuk tubuh dan perut kotak-kotak Josephine yang indah. Tak terasa semburat merah merona, sudah terdapat di wajah nya.
Josephine tak menghiraukan, ia langsung meraih baju nya lalu menggunakan nya kembali. Setelah di gunakan nya baju nya, ia langsung menuju tempat tidur king size lalu merebahkan tubuhnya.
Sejenak ia menatap langit-langit kamar itu, sementara Siti merasa canggung dengan situasi ini. Ia menjadi takut mendekat ke tempat tidur, melihat suasana hati Josephine yang sepertinya tidak baik.
Sudah menjadi kebiasaan buruk bagi Josephine, jika ia marah ataupun badmood. Ia lebih memilih diam, dari pada berkoar-koar untuk meminta penjelasan dan pembelaan.
Sepersekian detik. Josephine sudah terpejam, hal itu timbul membuat mata Siti di penuhi lelah cairan bening. Ia tidak tahu dengan situasi ini, apa yang harus di lakukan. Entah kenapa akhir-akhir ini ia menjadi lebih cengeng, tidak seperti siti yang biasa nya. Memiliki mental yang kuat, tidak mudah di jatuhkan.
Siti mendekat, lalu mengusap wajah suami nya.
" Maafin kesalahan aku tadi ya mas. Aku bukan bermaksud seperti itu, tapi tubuh ku sudah sangat lengket. Aku tidak mau kau mencium aroma tubuh ku yang bau keringat," ucap Siti pelan dengan air mata yang berlinang.
Lalu Siti mengambil langkah menuju sofa panjang yang ada di ruangan itu. Sementara waktu ia akan tidur di sana, takut jika Josephine masih marah kepada nya. Menimbulkan perdebatan yang di dengar oleh orang lain, dan menertawakan Meraka. Siti tidak mau jika hal itu harus terjadi.
*
Tengah malah mata Josephine terbuka, ketika tenggorokan nya terasa kering. Ia meraba kasur namun tidak mendapati istrinya di sana. Langsung ia terbangun, dan betapa terkejutnya dia melihat Siti yang tertidur di sofa panjang tanpa menggunakan selimut dan hanya memper alatkan bantal sofa saja.
Hati Josephine terasa sakit, melihat pemandangan itu. Ia mendekat lalu mengangkat tubuh istrinya ke kasur, supaya lebih nyaman untuk tidur.
Dalam tidur nya, Siti merasa tubuh nya seperti melayang. Ia membuka mata nya, lalu melihat Josephine lah yang mengukung tubuh nya. Sedikit hati nya menghangat, melihat Josephine masih memperdulikan nya.
" Kenapa kau tidur di sana? Apa kasur ini tidak cukup untuk mu? Apa kau tidak mau berdekatan dengan mu?" Josephine melemparkan beberapa pertanyaan setelah ia meletakkan tubuh Siti, di tempat tidur.
" Bukan begitu mas. Aku melihat mas hanya diam saja, aku takut. Aku minta maaf mas, atas kejadian tadi." Ucap Siti dengan mata mulai berkaca-kaca.
Lagi-lagi hati Josephine nyeri, ketika melihat mata istrinya yang berkaca-kaca.
" Sudah-sudah lupakan saja! Kau tidak salah, mas yang salah. Oh ya mas suka dengan panggilan baru kamu, lebih berkesan." Kekeh Josephine berusaha mencairkan suasana, tak lupa ia menghujani ciuman di wajah tirus milik Siti.
" Iya aku suka mas!" Siti sudah mulai tersenyum, dengan perlakuan hangat Josephine kepada nya.
" Yasudah kita tidur, besok masih banyak plot twist yang harus di hadapi." Ucap Josephine dengan memeluk Siti, dengan erat.
" Apa mas tidak mau melakukan itu?" Tanya Siti memastikan.
" Melakukan apa?" Tanya Josephine pura-pura tidak tahu, ia sengaja memancing istri nya.
" Itu loh mas. Masa aku harus bilang, kamu aja tadi ngambek." Ketus Siti merasa malu.
" Kamu pengen ya?" Tanya Josephine dengan mengedipkan sebelah mata nya.
" Bukan!" Ucap Siti dengan tegas.
" Mas akan melakukan nya jika kamu sudah bersiap, gak mau jika harus buru-buru dan memaksa mu sayang." Ucap Josephine dengan nada lembut.
" Baik lah!"
Lalu keduanya, kembali tidur dengan hati yang sudah berdamai. Saling berpelukan, menyalurkan rasa nyaman antar sesama.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
ziear
semangat dek
2024-07-09
0