Di tengah keraguan bik Arumi, ia di panggil oleh Siti.
" Iya ada apa nyonya?" Tanya bik Arumi menghadap Siti.
" Maaf bik mengganggu. Cuman mau bilang, nanti ada yang akan mengantar semua kado pernikahan kami. Tolong bibi handle yah, badan saya lemas semua yang istirahat sebentar ya bik." Ucap Siti kurang enak.
" Baik nya. Itu saja?" Tanya bik Arumi, siapa tau ada yang ketinggalan.
" Itu saja bik." Jawab Siti.
" Oke nya! Oh ya apa saya bisa bertanya nya? Tapi ini sedikit agak pribadi," Tanya bik Arumi sedikit takut.
" Silahkan bik!" Ucap Siti lembut.
" Apa nyonya anak nya mbak Suryati?" Tanya bik Arumi dengan hati-hati.
Sebab tak mendapatkan jawaban, bik Arumi sedikit menghembuskan nafas nya. Sebab ia juga sudah sangat gugup.
" Maaf ya. Saya tidak maksa harus di jawab, maaf kalau buat nyonya tersinggung. Kalau begitu saya permisi nyonya, nyonya istirahat saja." Pinta bik Arumi, ia masih takut karena belum sepenuhnya mengenali bagaimana sifat majikan baru nya ini.
Sebelum bik Arumi melangkah pergi, ia sudah mendengar suara isakan tangis.
" Nyonya kenapa menangis?" Tanya bik Arumi mulai deg-degan.
" Benar. Saya anak Suryati," jawab Siti masih dengan isakan tangis.
" Astaga nya. Ternyata nyonya sudah tumbuh menjadi wanita cantik dan manis, masih ingat gak semasa sekolah mu nyonya sering coba eksperimen random. Dadar telur dengan gula, mengganti odol menjadi asam, menjemur pakaian di dalam kamar. Nyonya masih ingat gak? Sampe-sampe mbak kehabisan cara nya," kekeh bik Arumi mengingat masa lalu Siti yang sangat random.
" Iya bik masih ingat. Berarti bibi yang menjadi tempat mamah untuk menitip ku kalau mereka sedang bekerja?" Tanya Siti meyakinkan.
" Iya nya benar. Bibi gak nyangka kamu udah tumbuh jadi dewasa," senyum bik Arumi kepada Siti.
Hitungan detik. Siti sudah menghambur ke pelukan bik Arumi.
" Bi. Selama ini bibi kemana aja, bibi jahat sepeninggalan mamah aku jadi hidup sendiri. Menghadapi keras nya dunia dengan sendiri, gak ada yang sayang Siti sekali pun itu keluarga Siti sendiri. Siti kangen mamah papah bi," tangis Siti kembali pecah, dalam pelukan bik Arumi.
" Maaf ya nyonya. Dulu bibi ada kendala, yang mengharuskan bibi harus pergi dari desa itu. Bibi juga harus menghadapi keras nya kota, kerasnya dunia. Jangan sungkan kalau mau cerita kepada bibi, nyonya istirahat aja dulu jangan kebanyakan menangis. Bibi takut nyonya jadi kurang sehat nanti nya, bibi tahu gimana keadaan kalau baru menikah." Ucap bik Arumi dengan lembut, ia membelai pucuk kepala Siti dengan lembut.
" Iya bibi. Makasih ya bi," senyum Siti menghangat, ia sudah menemukan sedikit bagian dari masa lalu nya. Mungkin bisa menjadi tempat nya bertukar pikiran, dan menanyakan hal-hal lucu yang membuat nya tersenyum ketika mengingat masa lalu.
Siti mengistirahatkan tubuh nya yang lemas bak tak berdaya, sementara bik Arumi melanjutkan aktivitas nya sebagai pembantu rumah tangga.
*
Sementara di kantor.
Josephine baru siap melaksanakan rapat penting nya, ia sudah mulai bisa tenang.
" Gimana bos, malam pertama nya?" Tanya Irwan dengan mengedipkan sebelah matanya.
" Belum." Jawab Josephine dengan datar.
" Pantas wajah nya murung Mulu! Kasian si Junior gak di belai." Kekeh Irwan.
" B aja kali!" Sentak Josephine.
" Iya deh" sewot Irwan. " Bilang aja murung karna gak di kasih jatah, muka nya di tekuk Mulu. Gue juga cowok kali bos, walaupun gak nikah tau gimana rasanya huh.." Batin Irwan.
" Gue pulang dulu. Kangen sama bini, Lo tinggal aja dulu disini. Lo kan gak punya bini buat di manjain," ledek Josephine kepada Irwan.
" Yaelah. Mentang-mentang punya bini!" Sewot Irwan.
" Iya lah. Dari pada Lo, kan gak ada!"
Keduanya kini sudah adu mulut, ini sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya. Namun Josephine hanya bisa bercanda dan berbicara random, hanya kepada Irwan. Bahkan kepada mamah nya saja, ia gak pernah berbicara random. Membicarakan yang penting saja, dan hanya pencapaian Josephine sendiri yang memuaskan.
*
" Sayang. Bangun, kamu udah makan?" Josephine membangunkan istrinya, yang sudah kemungkinan sudah lama tertidur. Sebab sekarang jam sudah menunjuk pukul 07:43.
" Eunghh." Lenguh Siti dengan mengangkat kedua tangan nya.
Dengan cepat, Josephine langsung memeluk Siti dengan senyum yang merekah. Lantas keduanya terkekeh, dan membiarkan posisi seperti itu berangsur lama karena mampu menyalurkan rasa nyaman kepada dua insan itu.
" Mandi yok. Baru makan, kamu pasti lelah yah semalam?" Tanya Josephine memberi perhatian.
" Sedikit sih. Oh ya kamu udah lama pulang?" Tanya Siti.
" Belum. Masih baru," jawab Josephine dengan membuka jas yang ia kenakan.
" Maaf ya. Aku belum bisa jadi istri yang baik, aku gak menyambut kamu pas baru pulang kerja. Aku malah keenakan tidur," ucap Siti dengan kepala menunduk.
" Hey. Kamu itu istri yang baik, jangan berpikir aneh." Ucap Josephine mengelus pucuk kepala istrinya. Ia tahu kalau orang hamil, kerap sekali memiliki pemikiran yang sangat negatif mudah tersinggung. Sehingga Josephine banyak belajar tentang itu, supaya tidak membuat istrinya tersinggung dan sakit hati. Dan akan berujung pertengkaran, Josephine tidak mau hal itu terjadi nanti nya di hubungan mereka.
Sepasang suami istri, sudah selesai melakukan ritual mandi. Mereka berdua berjalan beriringan menuju meja makan, mendapati bik Arumi sedang beberes di ruang makan.
" Selamat malam bik Tante!" Sapa Siti mengganti panggilan nya kepada bik Arumi.
" Malam nyonya." Senyum bik Arumi, merasa canggung jika Siti memanggil nya dengan embel-embel Tante.
" Mas tau gak. Tante Arumi ini dulu nya adalah tetangga kami, mendiang mamah papah selalu menitip ku dengan Tante ini. Aku bersyukur banget, salah seorang di masa lalu ku ada yang kembali." Beritahu Siti dengan antusias.
" Oh ya? Mudah-mudahan bik Arumi bisa jadi tempat kamu cerita sayang," senyum Josephine.
" Iya mas. Oh ya Tante kita makan bareng yok!" Ucap Siti dengan antusias.
" Tidak usah non. Bibi makan setelah nyonya dan tuan siap makan saja," ucap bik Arumi segan.
Segera Josephine melirik bik Arumi, dan memberi kode supaya bik Arumi mengiyakan. Jangan sempat istrinya nanti badmood, dan berujung tidak selera makan.
" Yasudah bibi ikut nyonya dan tuan," ucap Arumi dengan kaku. Sebab ini kali pertama ia makan bersama dengan majikan nya.
" Beneran Tante?!" Seru Siti kesenangan.
" Iya sayang. Bik Arumi makan bersama kita," ucap Josephine tersenyum.
Mereka bertiga makan malam bersama, dengan melemparkan canda tawa. Bik Arumi menceritakan masa lalu Siti yang sangat random, mengundang tawa mereka. Makan malam ini, di hiasi dengan tawa yang menggelar.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
ziear
oh ternyata tetangga toh dek😁
2024-07-11
0