" Mbak. Kita udah sampai bangun mbak," Jonathan membangunkan Siti, ketika bus yang mereka tumpangi sudah tiba di tujuan mereka.
" Eunghh, udah sampai mas?" Tanya Siti masih belum dengan kesadaran penuh.
" Sudah mbak. Mari turun," ucap Jonathan lagi.
" Iya mas."
Sejak Siti memejamkan matanya di perjalanan tadi, Jonathan tidak lagi tertidur. Ia malah memandangi wajah cantik milik Siti, walaupun sudah lama memandang itu tidak menimbulkan rasa bosan bagi Jonathan. Ia malah semakin candu menatap nya.
" Mbak Siti tujuan nya mau kemana?" Tanya Jonathan memastikan.
" Saya masih harus mencari kontrakan dulu mas," jawab Siti.
" Malam-malam gini nyari kontrakan mbak? Manusia udah pada turu mbak," heran Jonathan.
" Habis saya gak tau mau kemana mas, ya harus Nemu kontrakan dulu baru bisa tidur." Jawab Siti seadanya.
" Yasudah kalau mbak mau, kita kerumah ibu saja. Nginap aja dulu sampe Nemu kontrakan, sekalian nanya sama ibu kontrakan di sekitar rumah mbak, karna mbak gak bakal Nemu Kontrakan malam-malam gini mbak. Yang ada setan yang berkeliaran mbak," tawar Jonathan yang juga tidak tega meninggalkan Siti sendiri di sini, yang belum memiliki tempat peristirahatan.
" Gak usah mas. Aku takut nyusahin," tolak Siti dengan halus.
" Ayo lah mbak. Gak usah takut sama saya, ibu saya baik kok. Kami juga gak bakal merasa di susah kan nanti nya," bujuk Jonathan.
Laki-laki mana pun tidak akan sanggup meninggalkan seorang perempuan, yang tidak memiliki tempat peristirahatan di tengah malam seperti ini.
" Yasudah. Aku ngikut mas nya aja," akhirnya Siti mengiyakan, ia juga takut kalau ada preman maupun orang yang akan menjahati nya.
" Ayo mbak!" Ajak Jonathan, sembari mengambil alih tas bawaan Siti, walaupun awal nya mendapat penolakan dari si empunya. Namun pada akhirnya, ia tak bisa lagi menolak.
Jonathan menuntun Siti ke rumah nya, kebetulan tidak terlalu jauh dari halte bus. Jadi mereka berdua memilih berjalan kaki saja, itung-itung olahraga malam.
Tok... Tok... Tok...
" Ibu... Buka bu... Atan pulang bu..." Panggil Jonatan dengan mengetuk-ngetuk pintu rumah.
Tak lama dari panggilan Jonatan, ada seorang wanita yang sudah berumur membuka pintu. Lengkap menggunakan hijab, serta daster.
" Atan udah pulang? Astaga nak, apa kabar mu?" Ibu Jonatan segera memeluk anak nya, melepas rindu yang sudah lama di tabung kepada anak nya. Tentu nya belum menyadari kehadiran Siti di sana.
" Iya Atan udah pulang bu. Atan kangen ibu," kekeh Jonatan membalas pelukan ibu nya. " Oh iya lupa, Atan bawa teman bu." Sambung Jonatan lagi, sembari mengurai pelukan itu.
" Siapa Atan? Wah ada neng geulis, Atan kok gak ngomong kalo bawa teman. Ibu kan bisa masak enak sebagai penyambutan nya," gerutu ibu Jonatan kepada Jonatan yang tidak berkabar.
" Gimana mau ngasih kabar bu. Itu anak orang di pungut bu, tapi cantik aku suka," Batin Jonatan.
" Halo ibu," sapa Siti dengan menyalimi tangan perempuan itu.
" Halo neng geulis, ayok kita masuk dulu. Dingin di luar udah malam," Ajak ibu Jonatan, karena sudah merasakan tusukan angin malam menusuk kulit nya.
Mereka bertiga segera memasuki rumah sederhana itu. Bu Ida sempat menawarkan makan malam, namun Jonatan dan Siti menolak karna mereka sudah sempat makan tadi.
" Maaf ya neng geulis, rumah nya hanya sederhana." Ucap ibu Jonatan dengan merasa tidak enak, jika Siti tidak nyaman nanti nya.
" Gak papa kok ibu," senyum Siti.
" Oh ya nama neng nya siapa?"
" Siti bu."
" Wah. Kenalin nama ibu Hotmaida, biasa di panggil ibu Ida." Ucap bu Ida.
" Iya bu, maaf ya bu kalau saya nyusahin di sini. Saya hanya akan menginap malam ini saja bu," ucap Siti dengan tidak enak.
" Tidak menyusahkan kok neng. Santai saja, lagian di rumah ini juga hanya ada ibu sama Atan saja. Ayah Atan sudah lama meninggal, Atan hanya anak tunggal. Makanya rumah ini sepi sekali kalau Atan pergi ke Jakarta pusat," bu Ida menceritakan seberapa sedihnya dia, jika anak semata wayangnya pergi merantau.
" Ya memang harus begitu lah bu. Gak mungkin mas Jonatan terus-terusan di sini bu, mas Jonatan pun ingin membantu ibu dan mungkin mencari suasana baru bu." Ucap Siti kepada bu Ida.
" Iya benar yang neng bilang," bu Ida membenarkan ucapan Siti.
" Oh ya. Siti mau nanya dong bu, di sekitar sini ada gak bu kontrakan yang murah?" Tanya Siti.
" Ada neng, tapi ibu gak tahu kalau udah ada yang sewa. Ibu coba tanya besok," jawab bu Ida.
" Iya bu. Makasih ya bu,"
" Baik neng. Yaudah kita tidur yok udah malam, pasti neng udah ngantuk plus capek. Tapi maaf ya neng kalau kita tidur nya sekamar, di sini gak ada lagi kamar kosong." Ucap bu Ida, sementara Jonatan sudah lebih dulu memasuki kamar nya. Ia sudah sangat ngantuk dan capek katanya.
" Gak papa kok bu. Saya punya tempat istirahat saja sudah syukur," senyum Siti.
Lalu mereka berdua memasuki kamar, layak nya seperti ibu dan anak.
" Aku jadi keingat sama mamah, mamah di mana? Keadaan nya sekarang gimana mah? Aku kok malah jadi tidur sama ibu nya orang lain, tapi sedikit nyaman mah. Udah sangat lama rasanya tidak tidur bersama dengan mamah." Batin Siti melihat bu Ida yang tidur di samping nya.
Tanpa sadar air matanya sudah menetes. Sejenak ia bisa melupakan masalah yang ia hadapi sekarang ini, sebab ibu dan anak yang ia temui hari ini sangat mengalihkan atensi nya dengan cara memberikan berbagai macam pertanyaan.
*
Malam sudah berganti pagi, Siti terbangun jam 05:00 pagi. Ia tidak melihat kehadiran bu Ida di sana, lalu ia memilih mendatangi ke dapur mungkin saja sedang memasak atau lain nya.
Ternyata benar, Siti mendapati bi Ida sedang memasak rendang.
" Selamat pagi bu. Rajin sekali bu," Siti mendatangi bu Ida yang sedang sibuk.
" Pagi neng geulis. Kok udah bangun saja? Pati badan nya masih lelah," tanya bu Ida dengan tangan yang bergerak menggongseng bumbu di wajan.
" Mau bantuin ibu. Kan gak lucu anak muda bangun kesiangan," kekeh Siti sembari mengumpulkan bekas piring, baskom dan lain nya yang di gunakan bu Ida tadi.
" Iya juga neng, eh Atan kamu juga udah bangun nak? Tumben jam segini udah bangun biasanya sampe jam 12 siang bakal kebablasan. Apa karna ada nya neng geulis, makanya Atan bangun pagi." Menjahili anak nya adalah kesenangan tersendiri bagi bu Ida, ia akan selalu gemesh melihat wajah kesal anak nya.
" Ibu ini sangat tidak bisa menjaga aib anak nya, kan kalo gini jadi ketahuan bu.." Dengus Jonatan merasa kesal dengan ibu nya.
Sontak hal itu mengundang tawa Siti dan bu Ida, sementara Jonatan semakin kesal di buat nya. Hingga sarapan pagi Meraka lalui bertiga, rasanya Siti sangat nyaman dengan kehidupan sederhana ini yang penuh dengan kehangatan. Di tambah lagi masakan bu Ida sangat memanjakan lidah nya, seusai Meraka sarapan nanti. Bu Ida dan siti akan mencari kontrakan, yang sempat di katakan bu Ida malam tadi.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
jangan lupa follow ig@kesyaaa_v
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments