Seminggu sudah di lalui Josephine hari-hari nya dengan uang pas-pasan. Ternyata ancaman mamah nya tidak main-main, semua fasilitas yang di miliki Josephine sudah di ambil oleh mamah nya sepenuh nya. Serta surat-surat rumah yang mereka tempati bersama Siti sudah di ambil alih oleh mamah nya, mereka hanya akan menunggu kapan hari mamah nya mengusir mereka dari rumah itu.
" Sayang. Aku sudah tidak memiliki apapun lagi, bi Arumi juga sudah di pindahkan mamah ke mansion nya. Bagaimana kehidupan kita nanti nya? Sedangkan aku sudah tidak bisa bekerja di perusahaan lagi." Keluh Josephine kepada istrinya.
" Aku juga gak tahu lagi mas. Aku mau kembali bekerja ke tempat kerja ku, sudah tidak di terima lagi. Mamah sudah menutup semua akses nya," jawab Siti dengan nada lemah.
Dert... Dert... Dert...
Dering handphone Josephine.
" Halo mah?" Sapa Josephine dengan nada lembut, kini ia berbicara sudah tidak berani lagi berbicara dengan nada tinggi kepada mamah nya.
" Bagaimana sayang? Enak tidak hidup tersiksa? Ayo lah, ikut lah bersama mamah. Tinggal kan saja istri mu yang tidak berguna itu, kembali bersama mamah semua fasilitas mu akan mamah kembalikan. Mungkin semua surat perusahaan akan mamah berikan kepada mu, asal kamu memenuhi syarat dari mamah." Ucap nyonya Diana dengan memberi jaminan.
Josephine terdiam sejenak, merasa tergiur dengan tawaran mamah nya.
" Baik mah. Aku akan kembali kepada mamah, tapi semua yang mamah ucapkan harus sesuai dengan janji!" Akhirnya Josephine menyetujui.
" Baik lah nak. Sekarang urus surat perceraian kalian serahkan kepada mamah," nyonya Diana tertawa kemenangan, akhirnya anak nya bisa kembali nunduk kepadanya.
Josephine langsung saja memutus sambungan telfon tersebut.
" Apa yang mas katakan?" Siti tak menyangka dengan ucapan suami nya, sekujur tubuh nya meremang tak bisa memercayai suami nya lagi. Air mata nya sudah tak dapat di bendung lagi.
" Tenang lah sayang. Aku tidak tahan hidup seperti ini, sementara waktu kita berpisah saja dulu. Percaya lah aku akan kembali kepada kalian nanti, aku akan mencukupi segala kebutuhan kalian dan menempatkan kalian di tempat yang aman dan nyaman. Percayalah," Josephine membelai pucuk kepala istrinya, sebenarnya ia tidak tega meninggalkan istrinya. Namun ia lebih tidak sanggup hidup seperti ini.
Siti tak menjawab. Ia hanya terdiam tak dapat berkata-kata lagi, ia segera menjauh dari suaminya. Siti memilih masuk ke kamar yang di tempati bik Arumi, segala kekecewaan, kekesalan, keganjalan di hatinya. Di luapkan nya di sana.
Josephine memilih membiarkan istrinya menenangkan hati nya dahulu, sebab ia tahu istrinya sangat terpukul dengan keadaan ini. Bahkan bulan madu saja tak dapat lagi mereka rasakan.
Jujur saja ia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan suami nya, karna ia tahu sebegitu benci nya mamah Diana kepada nya.
Hingga malam sudah tiba, Siti sudah menyusun segala rencana nya. Lebih baik ia pergi sendiri, dari pada ia harus di usir oleh mertua nya. Rasanya itu lebih memalukan.
Siti berjalan dengan pelan menuju kamar, di lihat nya suaminya tidak ada. " Mungkin sedang mengurus surat perceraian," pikir Siti.
Siti segera mengambil pakaian yang ia perlukan, tak lupa dengan tabungan yang sempat ia simpan. Siti hanya bisa menangis, meratapi nasib nya. Sebelum ia benar-benar pergi, ia meletakkan secarik kertas di nakas yang ia sudah tulis sewaktu di kamar bik Arumi.
" Selamat menjalani hari kebahagiaan mu mas," Siti berucap dengan senyuman perih, lalu ia beranjak dari sana.
*
Di sini lah Siti berada di sebuah halte bus, ia akan memilih menjauh dari kehidupan suaminya. Tidak sanggup rasanya jika di olok-olok dan di rendahkan setiap hari, sekuat-kuatnya manusia pada akhirnya akan runtuh juga. Begitu lah yang di rasakan Siti, lemah tak berdaya, pikiran buntu.
" Maaf ya nak. Mamah memilih menjauh dari papah mu, mereka sudah tidak menganggap mamah lagi. Kita akan hidup bersama sayang-sayang ku,"
Kembali air mata bercucuran lagi, Siti mengelus perutnya yang sudah mulai membengkak. Berhubung dua kantung janin bersemayam di perut nya, jadi masih dalam usia satu bulan saja sudah mulai terlihat.
Lama menangis, akhirnya bus yang akan di tumpangi nya sudah tiba. Di usap nya air mata nya sebelum ia memasuki bus tersebut, dalam batin nya ia berusaha menguatkan diri nya sendiri. Cukup sudah ia meninggalkan rasa sakit di kota ini, mencari suasana baru di kota yang lain yang membuat ia nyaman dan jauh dari orang-orang jahat terlebih orang jahat berbicara hanya karna kekuasaan.
Sepanjang perjalanan, Siti berusaha untuk melupakan segala beban pikiran nya. Ia di paksa sadar oleh kandungan nya, yang sangat ber efek besar jika ia terlalu berpikir berat.
Di saat mata Siti ingin terpejam, karna sudah mengantuk juga. Tiba-tiba ada sebuah kepala yang bersandar di bahu nya, sontak hal itu membuatnya terkejut.
" Aduh, mas nya gak sadar apa?" Batin Siti namun ia tidak tega jika harus membangunkan si empunya, akhirnya ia membiarkan nya saja. Berhubung ia bersampingan dengan pemuda laki-laki itu.
Siti berusaha mengabaikan saja, dan memilih memejamkan matanya kembali.
" Tolong.. Tolong... Jangan bawa saya!"
Siti kembali tersentak, mendengar ucapan itu. Ia melihat ke samping, sepertinya pemuda laki-laki itu sedang bermimpi buruk.
" Bangun mas, bangun mas!" Ucap Siti dengan menggoyangkan tubuh pemuda itu, supaya tersadar dari mimpi nya.
Hos... Hos.... Hos....
Pemuda itu ngos-ngosan, bahkan dahi nya sudah di banjiri keringat.
" Mas ini minum dulu!" Siti menyodorkan sebuah botol minum berukuran kecil, yang ia sempat belikan tadi di warung sebelum ia menuju halte.
Laki-laki itu langsung menyambar botol minum itu, dan meneguk nya hingga tandas.
" Terimakasih ya mbak," ucap laki-laki itu setelah merasa dirinya sudah mulai tenang.
" Iya mas, kalau boleh bertanya mas kenapa ya?" Jiwa kepo Siti meronta-ronta.
" Itu tadi saya mimpi buruk mbak. Mbak nya terganggu ya?" Tanya laki-laki itu dengan hati-hati.
" Ga sih mas. Santai aja," balas Siti dengan melemparkan senyum nya.
" Oh ya perkenalkan nama saja Jonathan mbak," ucap laki-laki itu sambil berjabat tangan.
" Siti mas," jawab Siti membalas jabatan tangan laki-laki itu.
" Mbak nya mau kemana ya?" Laki-laki itu melemparkan seputaran pertanyaan.
" Mau ke Cakung mas," jawab Siti.
" Wah ternyata kita se arah ya mbak," ucap laki-laki itu dengan antusias.
" Oh iya benar kah?"
" Iya mbak, oh ya nanti air minum nya aku ganti ya mbak." Ucap Jonatan mengingat air minum tadi ia minum hingga tandas.
" Tidak apa-apa mas. Saya ikhlas kok," balas Siti.
Hingga Sling berbicara ringan, akhirnya pembicaraan habis karna Siti tidak dapat lagi menahan kantuk nya.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
ziear
semangat dek. ayo kejar up terus
2024-07-12
0