Hari sudah semakin sore. Sudah waktu nya Siti akan pulang ke rumah, terlebih ia izin dengan mengendap-endap kepada majikan nya.
" Bu saya pulang ya. Udah waktu nya pulang kan?" Tanya Siti dengan memelankan suara nya, beruntung majikannya sedang mengambil sesuatu ke arah dapur.
" Kamu kenapa seperti itu?!" Tanya bu Irna sedikit heran.
" E-em gak papa kok bu, hehe iya gak papa.." Siti semakin terbata.
" Yaudah pulang aja! Oh ya ini gaji mu,"
" Makasih bu.."
Siti akhirnya bernapas lega, lalu pergi pulang ke rumah nya.
" Aneh banget sama tu anak! Stres emang," ucap bu Irna dengan memutar bola matanya.
*
Siti sudah tiba di rumah nya, segera ia melihat amplop pemberian bu Irna.
" Alhamdulillah ya Allah, dapat 200 ribu udah lumayan. Kalian baik-baik di sana ya nak, jangan rewel di dalam biar ibu bisa cari uang untuk kita nanti nya." Siti selalu memanjatkan syukur atas apa yang ia hadapi di hidup nya.
Dengan bergajikan segitu saja rasanya sudah syukur, sebenarnya dari dulu ia sudah bekerja namun hanya membantu menyetrika, mencuci piring, dan membuatkan kue. Suatu saat ia sempat berhenti, karna tidak ada lagi yang menawari ia bekerja. Akhirnya muncul lah bu Irna yang menawari nya pekerjaan, walaupun banyak mendapat bentakan, cacian, dan lain sebagainya. Itu tidak di permasalahkan oleh Siti, karna ia juga sudah mulai kebal. Yang penting adalah, ia memiliki uang.
Sebelum Siti tiba di rumah tadi, ia sempat membeli beras karna beras di rumah nya sudah habis.
Siti segera mengisi perut yang sudah mulai keroncong, hanya dengan nasi putih dan telur dadar. Tak lupa menunaikan ibadah nya, baru lah ia akan beristirahat.
" Gimana ya kabar mas Josephine sekarang? Mungkin sudah bahagia lah ya? Di sekitar nya juga banyak wanita cantik kok, gak papa lah yang penting dia bahagia." Dengan tiba-tiba nya pikiran Siti tertuju kepada Josephine.
" Ya Allah Siti! Kamu ngapain mikirin dia? Dia belum tentu mikirin kamu," imbuh nya lagi.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunan Siti, di rapikan nya letak hijab nya. Lalu ia keluar menuju pintu, menjamu tamu yang datang.
" Iya sebentar," jawab Siti dari dalam.
Krek!
Seketika wajah Siti berubah menjadi pucat Pasih, melihat orang yang mengetuk pintu rumah nya.
" Kamu cantik sekali! Apalagi perut nya gede, pasti lob*ng juga udah besar." Kembali ucapan itu terngiang-ngiang di otak Siti.
" A-ada apa ya mas?" Tanya Siti yang masih mencoba profesional, ia masih berfikir secara positif siapa tau majikan nya yang menyuruh nya datang ke rumah nya untuk menyampaikan sesuatu. Berhubung ia sudah tidak memiliki handphone atau lain nya untuk di gunakan menghubungi, karena sudah di jual kan oleh Siti.
" Tamu kok gak di persilahkan masuk?" Tanya pria itu dengan tatapan mesum nya.
" Maaf mas. Saya tidak bisa memperbolehkan orang lain masuk ke rumah, ada keperluan apa ya mas?" Tanya Siti mendesak, karna sudah tidak suka dengan keadaan ini.
Pria itu mulai menggenggam tangan Siti, segera di berontak oleh nya.
" Mas jangan macam-macam ya, bisa-bisa mas di keroyok sama penduduk sini." Ucap Siti dengan waspada.
" Sut... Makanya jangan ribut biar tidak ada yang tahu," suara laki-laki itu semakin berat saja.
" Tolong... Tolong..." Siti berteriak sekuat tenaganya, berharap ada yang menolong nya di malam hari ini dari terkaman harimau liar.
Plak!
Pria itu menampar wajah milik Siti, namun Siti tak lagi menghiraukan nya. Yang ia lakukan adalah supaya ia bisa bebas dari situasi ini.
" Lindungi hamba mu ya Allah!" Batin Siti meminta pertolongan kepada tuhan, serta mencari cara untuk bisa lari. Namun jika harus lari, ia sudah sangat susah. Pergerakan nya memang benar-benar sangat di batasi, oleh perut yang kian membesar.
" Berani-beraninya kamu berteriak!" Bisik laki-laki itu.
Di Tarik nya kerudung Siti yang sudah mulai kusut.
" Hey! Hey! Hey!"
Terdengar suara berat laki-laki yang sangat familiar di telinga Siti, sedikit ia bisa mulai tenang karena kemungkinan besar pertolongan sudah datang menghampiri nya.
Tak ingin membuang kesempatan, pria jahat itu menendang perut besar Siti.
" Arghh..." Rintih Siti yang merasakan sakit yang amat teramat luar biasa, yang sangat tidak tertahan kan. Ia jatuh terjerembab ke lantai, yang dingin.
" Jangan lari lo woi!" Teriak Jonatan, namun ia tak memikirkan laki-laki itu lagi. Segera ia berlari Karna keadaan Siti sangat memprihatikan.
" Mbak. Mana yang sakit?" Tanya Jonatan dengan arut khawatir.
" Mas, p-perut ku sakit mas." Nafas Siti tersengal-sengal.
" Ya Allah mbak! Ada darah," Kejut Jonatan melihat darah yang sudah mulai mengalir dari arah selangkangan Siti, Karna thobe yang di kenakan Siti terangkat ke atas.
" Sakit mas!" Hanya suara rintihan yang keluar dari mulut Siti.
Jonatan segera menggendong Siti ala bridal style, menuntun ke mobil yang ia kemudikan. Pertolongan pertama adalah rumah sakit.
" Sabar ya mbak. Tahan sebentar kita akan sampai," Jonatan menenangkan Siti, ia juga mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi. Mencari rumah sakit terdekat, supaya kondisi Siti tetap baik dan mendapat pertolongan cepat.
*
Prang.
Dengan tiba-tiba gelas yang ada di genggaman Josephine terjatuh begitu saja, perasaan nya gundah gulana. Tak tahu mendeskripsikan, seperti ada kejadian yang menimpa nya.
" Siti, anak ku!" Itu lah yang keluar dari mulut Josephine begitu saja.
Tempat yang di pilih Josephine untuk menenangkan hati nya, jika perasaan nya sedang tidak karuan adalah mushola kecil yang ada di kantor nya.
" Ya Allah lindungi lah anak-anak hamba, istri hamba di mana pun mereka berada. Maafkan semua kesalahan ku ya Allah, berikan ridho mu kepada istri hamba ya Allah. Berkati setiap langkah mereka, apapun yang mereka lakukan saat ini kau lindungi lah mereka ya Allah. Jauh kan lah segala mara bahaya dari tubuh mereka ya Allah! Amin."
Josephine memanjatkan doanya, entah kenapa perasaan nya tertuju kepada mereka. Hingga ia berdoa membawakan nama Siti dan anak-anak nya.
Setelah ia keluar dari mushola, perasaan nya sudah mulai tenang. Di lanjutkan nya pekerjaan nya, namun tidak dengan perasaan yang sepenuh nya bisa tenang.
*
" Keluarga pasien?" Tanya dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
" Saya dok!" Jawab Jonatan.
" Akibat pendarahan yang hebat, kemungkinan besar pasien akan melahirkan secara prematur. Sebab jadwal lahiran akan ada dua Minggu lagi, namun melihat banyak nya darah yang keluar harus segera di operasi sekarang juga. Kondisi fisik pasien juga sangat lemah," dokter yang mendatangi Josephine dan menangani Siti membawa kabar buruk.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
Jangan lupa follow Ig me, @kesyaaa_V
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments