Sementara di lain tempat, kini Josephine dengan uring-uringan menunggu pesan dan telepon nya di respon oleh sang kekasih bahkan ponselnya tidak aktif. Sesampainya Josephine di Semarang, ponsel Siti tak bisa di hubungi.
" Lo kenapa bos?" Tanya Irwan yang heran melihat tingkah bos nya.
" Ponselnya tidak aktif." Jawab Josephine dengan datar.
" Yaelah bos! Mungkin dia lagi sibuk kerja, kalau gak lagi sibuk nyari yang lebih hot." Kekeh Irwan di akhir katanya.
PLAK!
" Aduh bos!" Ringis Irwan, ketika wajah nya di lempar menggunakan bantal sofa.
" Mulut Lo laju banget kalo ngomong! Kesal gue," Sentak Josephine.
" Maaf bos."
Kekeh Irwan, lalu memilih pergi meninggalkan bos nya. Kalau suasana nya sudah seperti ini, Irwan sudah sangat yakin bahwa dirinya lah nanti nya yang jadi sasaran dan pelampiasan.
*
Malam sudah tiba, Josephine sudah semakin khawatir. Ponsel nya tak kunjung dapat di hubungi, hingga saat ini.
" Irwan. Cepat urus tiket, aku akan berangkat ke Jakarta malam ini. Semua urusan pekerjaan Lo yang urus," perintah Josephine.
" Baik bos." Dengan cepat Josephine memesan tiket dari handphone nya.
Segera di antarkan nya, Josephine ke bandara. Lalu melakukan penerbangan malam ini juga.
*
Sementara di lain tempat. Siti sedang menangis dengan sesenggukan di kontrakan nya, ia sedang dilema setelah mendengar ucapan mamah Josephine. Di tambah lagi, pikiran nya yang sudah mulai kacau memikirkan tentang kehamilan nya saat ini.
" Mamah! Mamah dimana, mamah jahat gak ada di saat Siti susah kayak gini. Mamah banyak orang yang jahat di dunia ini, bahkan mereka berbicara dan memburuk-buruk kan ku dengan seenak nya. Mereka gak punya hati sama sekali, mamah aku juga harus bagaimana dengan kandungan ini. Aku tahu ini haram, aku pikir ini adalah langkah yang benar tetapi nyata nya tidak. Dia semakin benci," tangis Siti di dalam kamar dengan meluapkan segala isi hati nya.
Bahkan penampilan nya sangat acak-acakan malam ini, sepulang dari kantor ia belum mandi bahkan make up tipis yang ia kenakan juga belum di hapus. Hati nya sangat kacau hari ini, ia sangat merindukan mamah nya yang sudah lama pergi meninggalkannya dan tak kan kembali lagi kepada nya.
Tok... Tok... Tok...
Siti mendengar suara ketukan pintu, dahi nya mengkerut berpikir siapa yang datang berkunjung malam-malam. Tidak mungkin kalau itu Josephine, karna pagi tadi baru berangkat. Ia segera membenahi penampilan nya sedikit, lalu membuka pintu untuk melihat siapa yang datang bertamu.
Setelah di buka nya pintu, Siti hampir saja kehilangan keseimbangan tubuh nya sebab ada yang memeluk badan nya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Siti hanya mencium dalam-dalam aroma yang sangat di kenali nya.
" Babe. Apa yang kau lakukan, handphone mu bahkan tidak aktif!" Ucap Josephine dengan posisi masih mendekap tubuh sang kekasih.
Tidak ada jawaban. Siti mulai mengendurkan pelukan itu.
" Untuk apa kamu datang ke sini?" Tanya Siti dengan datar, setelah ia mulai menguasai dirinya. Sebab tadi ia sudah mulai hanyut, dalam nyaman nya aroma tubuh dan dekapan itu.
" Babe kamu menangis?!" Tanya Josephine dengan khawatir, dan mengabaikan pertanyaan sang kekasih.
" Jawab pertanyaan ku, ini bukan urusan mu!" Sentak Siti dengan tegas.
" Babe. Kenapa kamu seperti ini? Bahkan ponsel mu tidak dapat di hubungi." Josephine masih berusaha memberikan pertanyaan.
" Baj*ngan! Aku memberimu pertanyaan! Pergi keluar!" Bentak Siti yang mulai tersulut emosi.
Segera di tutup nya pintu dari dalam, Josephine berusaha mengetuk-ngetuk pintu. Sementara Siti terduduk bersandar di pintu, berteriak meluapkan segala yang membuncah di hati nya.
"AKHHH!" Teriak Siti dengan kuat, di barengi dengan tangisan.
Teriakan itu tak lepas dari indra pendengaran Josephine, ia semakin bingung dengan keadaan yang di hadapi oleh pacar nya.
*
Setelah di rasa suara tangisan sudah mulai reda, Josephine berniat ingin masuk dari jendela seperti seorang pencuri. Sungguh adegan ini sangat merusak reputasi kepemimpinan Josephine hahaha.
BRAK.
Josephine berhasil masuk dari jendela, tak lupa ia kembali menutup jendela tersebut. Lalu ia mulai masuk mencari keberadaan Siti, ternyata yang di cari sudah tertidur dengan pulas.
Di pandang nya wajah Siti, Josephine yakin bahwa Siti sudah lama menangis. Melihat mata nya yang sudah mulai membengkak, segera di aktif nya handphone. Siapa tau ia mendapat sesuatu, yang menjadi pemicu dari masalah yang di hadapi nya.
Di cek nya ponsel tersebut, lalu ia melihat nomor yang menghubungi nya. Nomor kosong, ia mengetahui nomor itu bahkan di hapal nya.
" Mamah!" Ucap Jeriko dengan keras.
Tentu itu mengganggu tidur Siti yang sempat terlelap.
" Kenapa kau ada disini?! Pergi keluar!" Bentak Siti setelah menyadari keberadaan Josephine.
" Babe. Jangan seperti itu," ucap Josephine dengan lembut, langsung di peluk nya Siti.
Walaupun Siti memberontak, namun itu tidak berangsur lama. Akhirnya dia mulai berhenti, Josephine selalu setia mendekap nya.
" Mengapa nasib ku seperti ini? Apa salah yang sangat besar yang telah ku perbuat. Aku selalu di rendahkan, mereka tak bisa mengerti ku. Mengapa berpacaran dengan mu banyak sekali rintangan, aku selalu di rendah kan oleh orang-orang. Mereka gak mengerti bagaimana perasan ku." Pecah sudah tangisan Siti yang di pendam nya selama ini.
" Maaf ya sayang, begini lah hidup. Maaf jika bersama ku banyak rintangan nya, kamu harus bersabar ya. Maaf atas ucapan mamah yang tidak mengenakkan, setelah kita menikah nanti. Aku akan membawa mu jauh dari sini, bersabar lah sayang." Josephine mengusap-usap punggung Siti, berharap supaya lebih tenang.
Suara sesenggukan Siti sudah mulai reda, ia memilih bangkit dan kembali membaringkan tubuh nya. Tanpa membuka suara.
*
Pagi sudah tiba, baru lah Josephine akan pergi pulang. Ingin menggantikan pakaian nya sebentar, lalu akan memperjelas kepada mamah nya tentang kejadian yang menimpa mamah nya.
" Babe. Aku akan pergi pulang sebentar, nanti kamu makan aku sudah membelikan sarapan untuk mu. Juga cemilan untuk mu, nanti aku akan kembali siang ke sini. Kamu tidak perlu bekerja, aku sudah mengizinkan mu dengan perusahaan mu." Ucap Josephine, kepada Siti.
Namun tak kunjung mendapat jawaban, tak ingin membuat suasana semakin buruk. Josephine segera mencium pucuk kepala Siti, lalu pergi meninggalkan rumah itu.
.
.
.
Setibanya Josephine di rumah, ia mendapati mamah nya sedang sarapan.
" Loh? Sayang kamu udah pulang? Bukan nya kamu dua hari di sana yah? Wajah mu kok kusut sekali nak?" Tanya nyonya Diana yang mendapati anak semata wayangnya.
" Mamah. Aku mau nanya sesuatu, tapi mamah harus jawab jujur. Kalau mamah bohong Jose akan pergi," ucap josephine dengan tegas.
...****************...
Halo guyss, jangan lupa jempolnya ya. maaf kalau banyak typo, aku butuh dukungan kalian semua, aku hanya penulis yang menuangkan haluan ku. Bagi yang suka mari lanjutkan keseruan ceritanya, bagi yang tidak suka tidak apa-apa boleh di skip. Timaaciiiiii❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
ziear
josephine x ya
2024-07-06
1