BAB 14

Reza yang sudah tiba langsung dihampiri Brian sang kaka, ia mengajak Brian ke belakang rumah untuk berbicara berdua.

" Kenapa Bang ? Serius amat kayaknya " tanya Reza lebih dulu

" Lo Deket sama Rania ? " ucap Brian tanpa berbasa basi

" Hmm, kenapa ? "

" Gue jujur jujuran sama lo, gue juga suka sama Rania " kata Brian membuat Reza terkejut

" Tapi gue sama Rania udah jadian, Rania sekarang pacar gue Bang "

" Pacaran ? Sejak kapan ? "

" Baru kemarin, kenapa ? "

Brian tersenyum ketir mendengar ucapan sang adik.

" Kaget aja, lo gatau aja kalau lo cuma dijadiin pelampiasan" kata Brian

" Pelampiasan? Pelampiasan gimana ? "

" Ya iya, dia itu jadian sama lo biar gue ga Deket sama dia aja. Lo yakin dia beneran sayang sama Lo ? "

" Bang, omong kosong apa sih ? Gue tau Lo suka sama dia, tapi lo ga perlu jelekin dia kayak gini " Reza yang kesal pun langsung bangun dari duduknya

" Udahlah, gue males bang. Gue mau istirahat, gue juga harus balik kerumah sakit " Reza pun berlalu meninggalkan sang Kaka

Brian mengepal tangannya dengan kencang, ia benar benar merasa kesal dengan kenyataan jika Reza dan Rania sudah berpacaran.

...

Dirumah sakit Rania tengah bersama dengan sang adik, mereka asik bercerita dan bercanda.

Rania benar benar merindukan hal seperti ini, mungkin keputusannya untuk berhenti bekerja dengan Madam adalah keputusan yang terbaik.

Dengan tabungan yang Rania masih miliki, Rania berencana untuk membuka usaha kecil kecilan. Ia tau pengobatan sang Adik masih membutuhkan biaya yang besar, cepat atau lambat pasti uang yang ia punya akan habis.

" Ka, aku kangen deh sama Mamah dan Papah " kaya Cici kepada sang kaka

" Sama, kaka juga kangen sama Mamah dan Papah. Tapi kita hanya bisa kasih doa buat mereka sekarang "

" Kalau nanti aku pergi, terus kaka kangen sama aku. Kaka juga kasih doa buat aku ? "

" Ngomong apa sih kamu Ci, kamu harus tetap semangat. Kamu harus nemenin kaka Ci, kaka akan berusaha agar kamu bisa sembuh "

Cici meraih tangan sang kaka, dengan tangan mungilnya ia mengusap punggung tangan sang kaka.

" Ka, Kalau boleh jujur. Aku cape kak, aku juga kasian sama kaka. Aku mau kaka tuh seperti yang lainnya, bebas kemanapun yang kaka mau, bebas main sama siapapun. Maafin Cici yah Kak, maaf karena Cici masih jadi beban buat kak Rania "

Entah darimana Cici bisa mendapatkan kalimat seperti itu, namun yang jelas Rania tak bisa menahan air matanya lagi.

Ia langsung memeluk sang adik, ia benar benar tak mau kehilangan adiknya itu.

" Kaka ga masalah Ci mau seperti apa, yang penting kamu selalu ada buat kaka yaa "

" Iyah kak "

Sungguh kali ini Rania benar benar merasa lemah, bukan karena ia lelah, tapi karena ia tak sanggup melihat adiknya yang terus kesakitan seperti ini.

" Cici istirahat dulu gih, nanti sore kan mau ketemu dokter Reza kan ? " kata Rania

" Iyah kak " Cici dengan bahagia mengangguk

" Kaka keluar dulu yah Ci, nanti kaka kesini lagi " ucap Rania sambil mengusap kepala Cici

Rania keluar dari kamar sang adik, ia merasa saat ini butuh sendiri untuk merasakan ketenangan.

Rania memutuskan untuk pergi ke taman belakang yang ada dirumah sakit, ia duduk dibawah pohon besar dengan suasana yang cukup damai.

Saat Rania tengah bersedih karena sang adik, tiba tiba dari arah belakang ada sebuah uluran tangan sambil memegang ice cream.

Rania pun menoleh kebelakang, ternyata itu adalah Reza yang tengah memegang ice cream coklat ditangannya.

" Reza " kata Rania sambil menghapus air matanya.

Reza duduk disebelah Rania, ia menghapus sisa air mata Rania dan memberikan kekasihnya itu ice cream yang sudah ia beli.

" Ko kamu tau aku disini ? " tanya Rania

" Tadi aku mau samperin kamu keruangan Cici, tapi ternyata kamu keluar. Jadi aku ikutin aja kamu kemana "

" Kamu disini emang ga apa apa ? Nanti praktek kamu gimana ? "

" Belum Rania, jadwal aku nanti jam 3 sore. Jadi aku masih punya waktu buat nemenin kamu "

" Makasih yah " Rania menyandarkan kepalanya di pundak sang dokter

" Sama sama Rania, kalau ada masalah cerita ya sama aku. Aku gamau lihat kamu sedih "

" Iyah Za, makasih banyak yah "

Reza mengangguk dengan tersenyum, ia genggam tangan wanita yang kini ada disampingnya.

" Rania, ada yang mau aku bicarain sama kamu sayang " kata Reza dengan lembut

" Apa Za ? " saut Rania sambil menatap Reza

" Aku mau kenalin kamu ke keluarga aku "

Rania terkejut dengan ucapan Reza, bagaimana jika nanti Rian dan Brian mengatakan kepada Reza dan keluarganya mengenai dirinya.

" Kenapa, ko ngelamun ? " ucap Reza

" Engga, apa ga kecepatan Za ? Kita baru jadian kan ? "

" Aku mau hubungan kita serius Rania, aku mau kita ga terlalu membuang waktu dengan pacaran terlalu lama. Ran, mungkin emang menurut kamu ini semua terlalu cepat tapi aku mau menjaga kamu dan bahagiain kamu Rania "

" Tapi aku mau nemenin Cici dulu Za "

" Kita ajak Cici kerumahku, kamu tenang aja gausah khawatir ya "

" Tapi bagaimana kalau keluarga kamu ga suka sama aku ? Gimana kali mereka ga setuju sama hubungan kita ? "

" Kamu tenang aja, ada aku Rania kamu gausah khawatir yah. Aku mau hubungan kita serius Rania, kamu sayang kan sama aku ? kamu nerima aku bukan karena kamu ga enak kan sama aku ? "

" Engga Za, aku Nerima kamu emang karena aku sayang sama kamu, aku nyaman sama kamu Za. Aku bahkan ga pernah mikir kayak gitu, justru aku seneng Deket sama kamu seperti sekarang '

" Iyah Rania Iyah, aku ga bermaksud kayak gitu. Hari Sabtu kita kerumah yah, tepat malam Minggu. Aku akan bicarakan sama Mamah dan Papah "

" Iyah Za "

" Yaudah dimakan ice cream nya, nanti meleleh " kata Reza dan Rania mengangguk

Reza tak mau ada orang yang merusak hubungannya, mau itu Brian atau Reyhan. Reza tau keduanya menyukai Rania, tapi Reza tak akan membiarkan Rania pergi dari dirinya.

Samar samar Rania melihat sosok Brian yang tengah mengintip Rania dan Reza, sungguh Rania benar benar muak dengan dua laki laki itu.

Rania ingin memanasi Brian, ia mau agar Brian maupun Reyhan menjauhi dirinya.

" Za " panggil Rania

Reza yang tadinya tengah menatap layar ponselnya, langsung mengangkat wajahnya dan menatap Rania .

" Ya Ran, kamu butuh—" ucapan Reza terpotong karena Rania tiba tiba mengecup bibir dirinya.

" Aku sayang kamu Za " kata Rania sambil menatap lekat wajah Reza yang nampak terkejut

" A..aku juga sayang sama kamu Rania " jawab Reza gugup

Brian menatap kesal kearah keduanya, ingin rasanya Brian menghampiri Rania dan sang Adik disana, namun Brian justru memilih untuk pergi.

" Za, ini ada kartu akses apartemenku. Kebetulan Deket juga kan dari rumah sakit, aku lihat akhir akhir ini kamu kelelahan. Kamu bisa pakai apartemen ku untuk istirahat, aku gamau kamu sakit " ucap Rania dengan penuh kasih sayang

" Makasih Rania, makasih sudah begitu perhatian sama aku. " kata Reza mengambil kartu akses itu dari Rania

" Sama sama Za, yaudah kamu mau keruangan ? Gpp, aku sebentar lagi mau ke kamar Cici lagi "

" Iyah, maaf ya aku gabisa temani kamu lama lama. "

Rania tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

" Aku duluan ya sayang, jangan terlalu lama disini sendiri " Reza memberikan kecupan di kening Rania sebelum pergi

" Iyah Za, kamu semangat kerjanya ya " kata Rania dan Reza mengangguk

Reza pun pergi meninggalkan Rania, sedangkan ia terus menatap punggung laki laki yang kini sudah menjauh.

Rania sepertinya sudah jatuh cinta kepada Reza, entahlah yang jelas baginya kini Reza sama pentingnya dengan Cici sang adik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!