Rania kini tengah berada di apartemennya, setelah pergi dari Reyhan tadi Rania memutuskan untuk beristirahat di apartemennya sendirian.
Tiba tiba Rania mendengar suara bel, ia pun bingung siapa yang mengetahui tempat tinggalnya.
Saat Rania membuka pintu, Rania terkejut melihat Reyhan yang berdiri didepan pintu apartemennya.
" Mau apa kesini ? " tanya Rani dengan kesal
Reyhan tak menjawab apapun, ia pun langsung masuk melewati Rania yang masih berdiri diambang pintu.
" Ga sopan banget ngapain kesini sih ? Tau darimana rumah gue ? " Rania mulai emosi
" Gue ? Sejak kapan manggil gue ? " kata Reyhan menghampiri Rania
Rania hanya diam, ia benar benar takut dengan Reyhan sekarang. Bagi Rania, Reyhan seperti laki laki tidak waras.
" Kenapa sih? Kamu kayaknya takut sama aku ? " kata Reyhan mendekati Rania
" Jauh jauh " kata Renia sambil berjalan mundur
" Kenapa sayang ? bukannya kita saling menikmati, lagian kamu sekarang itu pacarku " ucap Reyhan
Tanpa sadar kini tubuh Rania sudah menabrak tembok, Reyhan hanya tersenyum senang melihat ekspresi wajah Rania.
" Kamu membuatku candu sayang, aku menginginkan lagi " kata Reyhan sambil membelai wajah Rania
" Gaa aku gamau " kata Rania menolak
Reyhan tak perduli dengan tolakan Rania, ia langsung menggendong Rania dan merubuhkan diatas kasur Rania
" Gamau Rey aku gamau " tolak Rania
" Sekali sayang sekali, aku janji " kata Reyhan memohon
Reyhan langsung melepaskan pakaian milik Rania, Rania habisan menangis dengan apa yang Reyhan lakukan.
Saat Reyhan hendak mencium Rania, ponsel milik Rania berdering panggilan masuk.
" Lepas Rey, hp aku bunyi " kata Rania mendorong tubuh Reyhan
Reyhan pun melepaskan Rania, ia membiarkan Rania mengangkat telponnya.
Panggilan itu dari Dr. Reza, dengan segera mungkin Rania mengangkat panggilan itu.
[Rania : Ya Hallo Dok, ada apa dok ? ]
[Dr. Reza : Bisa kerumah sakit sekarang Rania ? Ada yang perlu saya bicarakan]
[Rania : Bisa dok bisa, saya kesana sekarang ya ]
Rania pun langsung mengakhiri panggilan dari Dr. Reza, Rania langsung mengambil pakaian dari dalam lemarinya.
" Mau kemana ? " tanya Reyhan
" Kerumah sakit " jawab Rania sambil memakai pakaiannya
" Siapa yang sakit ? " tanya Reyhan kembali
" Adik ku " jawab Rania singkat
" Aku antar ya " kata Reyhan dan Rania menggeleng
" Aku bisa sendiri " tolak Rania
" Biar aku antar Rania, jangan menolak " ucap Reyhan
Rania membuang nafasnya dengan kasar, akhirnya ia pun mengiyakan tawaran Reyhan.
Setelah siap Rania pun langsung pergi kerumah sakit, sepanjang jalan ia hanya diam tak banyak bicara kepada Reyhan.
Rania juga sudah tak perduli dengan penampilannya, walaupun kini ia tau Reyhan sudah melihat Rania Tampa hiasan make up diwajahnya.
Begitu tiba dirumah sakit, Rania langsung turun dari mobil Reyhan dan berlari masuk. Reyhan yang penasaran pun mengikuti secara diam diam.
Rania berlari menuju kamar Cici sang Adik, begitu sampai di depan pintu ia berpapasan dengan Dr. Reza yang baru saja dari dalam kamar Cici.
" Dokter gimana kondisi Cici ? " tanya Rania dengan khawatir
" Tenang dulu Rania tenang, kita duduk dulu yah " kata Dr. Reza dan Rania mengangguk
Dr. Reza dan Rania duduk di kursi depan ruangan Cici, Dr. Reza menarik nafasnya dalam dalam sebelum berbicara dengan Rania.
" Katakan dok, ada apa ? " tanya Rania yang masih panik
" Mulai Minggu ini, Cici harus cuci darah seminggu 2 kali Rania. Dan saya juga harus membatasi batas minum Cici, karena jika Cici terlalu banyak minum mengakibatkan ginjalnya yang bermasalah " ucap Dr Reza
Rania tak mampu menahan kesedihannya, ia pun menangis dihadapan sang dokter.
Dr. Reza yang merasa ikut sedih, mencoba menenangkan Rania. Namun tiba tiba Rania memeluk tubuh sang Dokter, membuat sang dokter terkejut.
Jantung Dr. Reza berdebar kencang, tanpa Rania tau sudah lama Dr. Reza memiliki perasaan kepada Rania.
Dari kejauhan Reyhan melihat semuanya, ia mengepal kesal tangannya melihat Rania memeluk laki laki lain.
" Sial, jadi mereka saling mengenal " kata Reyhan yang juga mengenal Dr. Reza
Rania yang mulai tenang pun melepaskan pelukannya, ia dengan cepat menghapus air matanya.
" Maaf dok saya ga bermaksud " kata Rania
" Ga apa Rania, jika itu membuat kamu tenang " kata Dr. Reza sembari menghapus air mata Rania
Jantung Rania berdebar tak karuan, entah kenapa ia merasa gugup saat ini.
" Untuk biayanya bagaimana Dok ? " tanya Rania mengalihkan rasa gugupnya
" Nanti kamu urus di bagian administrasi saja yah, atau kalau memang kamu belum ada biayanya biar saya bantu saja bagaimana? " kata Dr. Reza dan Rania dengan cepat menggeleng
" Jangan dok, saya hanya minta agar adik saya mendapatkan perawatan yang baik dari Dr. Reza saja " jawab Rania dan Dr. Reza mengangguk
" Pasti Rania, pasti saya akan memberikan yang terbaik untuk adikmu. " ucap Dr. Reza dan Rania tersenyum
" Yasudah kamu mau masuk ? Cici sedang istirahat, saya pergi dulu yah " kata Dr. Reza berpamitan
Rania pun masuk kedalam kamar Cici, ia melihat tubuh Cici yang terkulai lemas membuat hati Rania ikut sakit.
Dr. Reza kini sudah berada di ruangannya, tiba tiba ia mendengar suara ketukan dari depan pintu.
" Ya masuk " kata Dr. Reza
Begitu pintu terbuka, ia melihat Reyhan yang masuk kedalam ruangannya.
" Eh Rey tumben kesini " ucap Dr. Reza sambil duduk di kursinya
" Tadi gue ga sengaja liat lo bang sama cewe, itu siapa Lo ? " tanya Reyhan yang kini sudah duduk di hadapan Dr. Reza
" Kenapa ? Kayak Brian aja lo kepo " ucap Dr. Reza dengan santai
" Loh emang kapan Bang Brian kesini ? " tanyw Reyhan
" Semalem kesini dia, biasa lambung jadi sekalian minta suntik obat " jawab Dr. Reza kembali
" Yaudah jelasin, dia siapa bang " ucap Reyhan kembali
" Dia itu namanya Rania, adiknya dia itu sakit dan dirawat disini sudah lama. Kamu tau abng itu salut banget sama Rania, dia bekerja keras buat adiknya. " ucap Dr. Reza dengan mata yang berbinar menceritakan Rania
" Lo suka sama dia bang ? " tanya Reyhan kembali lebih jauh
" Gatau, cuma setiap Deket sama dia gue nyaman aja Rey. Gue bangga aja sama dia, kayak dia tuh perempuan hebat " jawab Dr. Reza dengan tersenyum
" Hati hati bang, lo kan gatau dia perempuan kayak gimana ? Kalau dia ternyata bukan perempuan baik baik gimana ? " ucap Reyhan kembali
" Rey, kita ga boleh nilai orang dari satu sisi. Kalau emang dia kayak gitu, mungkin dia punya alasan kenapa dia seperti itu. Yaudah Abang mau praktek dulu, Abang tinggal ya " Dr. Reza meninggalkan Reyhan sendiri
Kini Reyhan tau jika ia memiliki saingan, yaitu kakanya sendiri. Reyhan tak tinggal diam, ia segera merencanakan agar Rania tetap menjadi miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments