Rania sengaja tidak mengambil job beberapa hari ini, ia ingin fokus untuk Cici dalam beberapa hari ini.
Rania kini sudah berada disamping Cici sang adik, Rania mengusap dengan lembut kepala sang adik yang tengah tertidur setelah menjalani cuci darah.
Tiba tiba pintu terbuka, Dr. Reza masuk dengan hati hati
" Sedang tidur ya ? " kata Dr. Reza
" Iyah Dok, Dokter mau periksa ya ? " ucap Rania namun Dr. Reza menggelengkan kepalanya
" Kamu sudah makan ? Ini sudah malam Rania, kamu juga harus jaga kondisi kesehatan kamu ' kata sang Dokter dengan penuh perhatian
" Belum Dok, mungkin sebentar lagi " kata Rania sambil menatap Cici
" Kalau kamu tidak keberatan, gimana kalau kita makan bersama ? Kebetulan saya juga belum makan malam " kata sang Dokter membuat Rania terkejut
" Boleh Dok " jawab Rania sedikit mengangguk
" Oke, saya visit sebentar ya. Nanti setelah selesai saya kembali kesini " ucap sang Dokter dan Rania mengangguk
Entah kenapa Rania menjadi salah tingkah karena perhatian kecil dari sang dokter, namun Rania ingat jika Dr. Reza memiliki hubungan dengan Reyhan.
Bagaimana jika nanti Dr. Reza tau siapa Rania sebenarnya, apakah Dr. Reza masih akan bersikap baik seperti ini kepada dirinya.
Rasanya bagi Rania sekarang ia tak pantas untuk dimiliki siapapun, terlebih dirinya yang memang sudah kotor.
Rania menatap kembali sang Adik yang masih tertidur, air mata Rania menetes begitu saja. Rania tak bisa membayangkan bagaimana jika sang Adik pergi, mungkin Rania tak punya lagi semangat hidup setelah ini.
" Jangan tinggalin kaka ya sayang, kaka gatau harus bagaimana kalau kamu engga ada " kata Rania sembari mengusap lembut kepala sang Adik
Dr. Reza yang tengah membuka pintu mendengar ucapan Rania kepada adiknya, hatinya ikut sakit mendengar ucapan Rania.
" Rania " kata sang Dokter begitu ia berhasil masuk kedalam
" Eh Dokter" Rania dengan cepat menghapus air matanya
" Ayo kita makan dulu, sudah malam ' kata sang Dokter dan Rania mengangguk.
Rania pun keluar dari ruangan sang adik bersamaan dengan Dokter tampan itu, mereka memutuskan untuk makan di kantin rumah sakit karena kondisi yang sudah malam.
Rania memesan nasi goreng dan begitu juga dengan dokter Reza, sembari menunggu pesanan mereka jadi mereka pun berbincang berdua.
" Kira kira kemungkinan Cici untuk sembuh total apa ada dok ? " tanya Rania dengan penuh harap
" Rania, kita hanya bisa terus berusaha dan berdoa yah. Selebihnya biar tuhan yang memberikan mukjizat nya " kata Dr. Reza dan Rania mengangguk
Rania menunduk, ia menahan air matanya agar tak jatuh. Namun Dr. Reza tau, dengan ragu sang dokter mengusap pelan punggung tangan Rania yang berbeda diatas meja
" Kamu harus kuat Rania, aku yakin kamu wanita yang kuat " kata sang Dokter
Rania mengangkat wajahnya, ia mencoba tersenyum sebisa mungkin.
" Terimakasih dok " kata Rania dan Dr. Reza mengangguk dan tersenyum
Saat keduanya tengah asik berbincang, makanan yang mereka pesan datang hingga mereka memutuskan untuk memakan makanan mereka.
Sambil menyantap makanan, Dr. Reza sesekali mencuri pandangannya kepada Rania. Senyum tipis keluar dari bibir sang Dokter, entah ia sendiri tak paham apakah ia jatuh cinta kepada Rania.
Saat mereka tengah asik makan bersama, mereka dikejutkan oleh seseorang yang ikut bergabung bersama mereka.
" Za, gue cariin diruangan pantes ga ada " kata seorang laki laki
Rania terkejut saat melihat siapa orang yang ada di hadapannya kini, ia adalah Brian dia juga salah satu kliennya.
" Eh Bang, iya gue lagi makan lagian lo kenapa ga ngabarin gue dulu mau kesini ? " tanya Dr. Reza
" Ya gue cuma mau ambil obat yang tadi gue udah chat ke Lo, ternyata lo lagi makan sama cewe ya " kata Brian sembari menatap Rania, sedangkan Rania menunduk
" Oya kenalin bang, ini Rania namanya. Dia kaka dari pasien gue. Rania ini Brian, dia Kaka aku " ucap Dr. Reza memperkenalkan
Rania mengangkat wajahnya dan mengangguk sembari tersenyum.
" Hai Rania " kata Brian yang tentu ia mengenal nama itu
" Iyah " Rania menjawab sembari mengangguk
Brian kini sudah ikut bergabung bersama keduanya, hal itu membuat Rania sedikit gugup sekaligus canggung.
Brian sesekali melirik kearah Rania, sedangkan Rania ia yang tau hanya bisa mengabaikan.
" Lo buru buru ga bang ? " tanya Dr. Reza membuat Brian memecahkan lamunannya
" Engga ko, kenapa emang ? " Brian berbalik bertanya
" Ya kalau lo buru buru, gue ambil dulu obatnya. Lo tunggu sini sama Rania " kata Dr. Reza membuat Rania terkejut
" Oo boleh yaudah Lo ambil dulu obatnya, biar gue disini sama Rania " kata Brian yang mendapatkan kesempatan
" Yaudah, Ran aku tinggal dulu ya sebentar" kata Dr. Reza yang kemudian pergi meninggalkan keduanya.
Rania tak bisa menjawab apapun, terlebih ia juga tak mau membuat Dr. Reza curiga jika ia menolak.
" Kenapa ? Kamu kaget yah ? " kata Brian sembari menatap Rania
" Engga ko " jawab Rania, namun ia enggan menatap Rania balik
" Tenang saya tidak akan mengatakan kepada Reza, asalkan" Brian menggantungkan ucapannya
" Asalkan apa ? " Rania kini memberikan dirinya menoleh kearah Brian
" Asalkan kamu mau menuruti apa yang saya mau, tenang ga macem macem ko " kata Brian namun Rania tidak menjawab
" Bagaimana? Kita sama sama untung kan ? " kata Brian menunggu jawaban Rania
" Biar saya pikirkan " kata Rania akhirnya menjawab
Brian memberikan ponselnya kepada Rania, dengan maksud untuk meminta nomor Rania.
" Simpan nomor kamu disini, saya akan tunggu kabar secepatnya ' kata Brian dan Rania pun mengikutinya
" Udah " Rania mengembalikan ponsel kepada Brian
Dr. Reza kembali disaat keduanya sudah selesai, Rania mulai sedikit lega.
" Nih obatnya kayak biasa ya " kata Dr. Reza memberikan kepada Brian
" Siap, yaudah gue cabut duluan yah. Sampai ketemu lagi Rania " kata Brian yang kemudian bangun dari duduknya
Rania hanya menunduk, Dr. Reza tau jika Rania tak nyaman dan ia pun merasa tidak enak kepada Rania
" Maaf ya, emang Abang aku kayak gitu " kata Dr. Reza
" Engga apa apa ko " kata Rania sambil tersenyum tipis
Dr. Reza menjeda sedikit pembicaraannya, ada kata kata yang ingin ia keluarkan namun rasanya masih ragu untuk ia ungkapkan.
" Rania " kata Dr. Reza setelah berhasil meyakinkan dirinya
" Ya Dok? Kenapa ? " saut Rania sambil menatap Dr. Reza
" Maaf kalau mungkin agak lancang, tapi ada yang ingin aku sampaikan sama kamu " kata Dr. Reza mencoba tenang dan santai
" Apa Dok ? " tanya Rania penasaran
Dr. Reza menarik nafasnya dalam dalam, setelah itu ia pun mengeluarkan unek-uneknya.
" Saya suka sama kamu Rania " kata Dr. Reza membuat Rania berhasil terkejut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments