Weiruo hanya mengikuti Xiao Lang, keduanya sesekali berbincang ketika diperlukan.
Weiruo berhenti sejenak untuk melihat jejeran pisau kecil yang tersusun rapi di dalam sebuah kotak kayu beralaskan kain.
“Berapa harganya?” tanya Weiruo.
“Mata Nona sangat bagus, kesepuluh pedang ini kujual tiga ribu koin emas, kualitasnya terjamin! Sangat tajam dan ringan!”
Tanpa banyak basa-basi Weiruo langsung membayar sekotak pisau tersebut seharga tiga ribu koin emas.
“Ah, cincinmu.” Weiruo baru mengingat jika cincin ruang yang dipakainya saat ini adalah milik Xiao Lang.
“Itu untukmu.”
“Aku bisa membelikanmu yang baru.”
“Tidak perlu.” Xiao Lang buru-buru menarik Weiruo sebelum gadis tersebut membeli cincin ruang untuknya.
Keduanya segera keluar dari Asosiasi Teratai Biru setelah itu, Weiruo mengajak Xiao Lang ke sebuah restoran untuk makan karena dirinya sudah cukup lapar.
Brugh
“Ah, maafkan saya, Kakak,” anak laki-laki yang baru saja menabrak Weiruo segera meminta maaf.
Weiruo tentu tidak mempermasalahkannya karena memang kondisi jalanan sedang ramai.
“Di mana orang tuamu?” tanya Weiruo melihat ekspresi tidak nyaman anak laki-laki tersebut.
“Saya terpisah dengan Kakek saya.”
Anak laki-laki tersebut nampak gelisah dan terus melihat sekitar mencari keberadaan sang kakek. Weiruo kemudian mengajaknya ke restoran sebelum membantunya mencari sang kakek.
Setelah mendapat penjelasan singkat, anak laki-laki tersebut sedikit lebih tenang dan mau mengikuti Weiruo dan Xiao Lang, ketiganya memasuki restoran bersama.
Restoran tersebut terbagi menjadi tiga lantai, semakin tinggi lantai maka semakin tinggi juga harganya. Weiruo mengajak Xiao Lang ke lantai tiga, kebetulan tidak ada orang lain selain mereka.
“Kalian mau apa?” tanya Weiruo karena kedua orang di hadapannya tidak kunjung memesan padahal dirinya sudah selesai memesan.
“Teh saja, aku tidak lapar.”
“T-tidak perlu, saya tidak merasa lapar.”
Melihat respon keduanya membuat Weiruo sedikit kesal, gadis tersebut meminta pelayan menambahkan teh herbal dan beberapa lauk ke pesanannya.
“Aku yang akan membayar, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku untuk cincin ini.”
Weiruo mengajak anak laki-laki tersebut berbincang sedangkan Xiao Lang hanya mendengarkan sembari melihat ke luar jendela restauran.
Dari perbincangan kecil itu Weiruo mengetahui jika anak laki-laki tersebut bernama Ye Nian, Ye Nian datang ke ibukota bersama kakeknya. Karena keadaan kota yang ramai menjelang pelelangan dari Asosiasi Teratai Biru, Ye Nian terpisah ketika dirinya berjalan bersama kakeknya.
“Aku akan membantu mencari Kakekmu nanti setelah makan,” ujar Weiruo.
Ye Nian mengangguk paham dan melihat keramaian dari tempat duduknya.
Selang beberapa waktu pesanan Weiruo disajikan, gadis tersebut meminta Xiao Lang dan Ye Nian untuk ikut makan .
Ye Nian terpana dengan kecantikan paras Weiruo ketika gadis tersebut membuka topengnya. Namun, Xiao Lang segera menyadarkan Ye Nian.
“Jaga matamu.”
“Ah, m-maaf.”
Tidak ada perbincangan, Weiruo sendiri sudah terbiasa agar tidak berbicara saat makan.
“Ah, Kakak, Kakekku ada di bawah sana.”
Ye Nian menunjuk satu arah, Weiruo mengikuti arah yang ditunjuk dan menemukan sosok pria tua yang terlihat kebingungan di pinggir jalan.
“Kita akan menemui Kakekmu. Lang, tolong tetaplah di sini.”
Weiruo memakai kembali topengnya dan mengajak Ye Nian menemui Kakeknya, keduanya berjalan di antara keramaian, Weiruo tidak melepas tangan Ye Nian karena takut anak tersebut hilang.
Walaupun Ye Nian sudah berusia dua belas tahun, tapi menurut Weiruo tubuhnya jauh lebih kecil dari anak seumurannya.
“Kakek!” panggil Ye Nian setengah berteriak.
Yang dipanggil segera menoleh, pria tua tersebut langsung menunjukkan ekspresi bahagia melihat Ye Nian berjalan ke arahnya.
“Cucuku! Ke mana saja dirimu? Kakek sangat takut!” pria tua tersebut memeluk Ye Nian, senang bercampur sedih, air mata turun membasahi wajah keriputnya.
“Kakek, Kakak cantik lah yang menolongku,” ucap Ye Nian.
“Ah, Nona, terima kasih karena sudah menolong cucuku, entah apa yang terjadi jika aku kehilangan dirinya.”
“Tidak masalah, mungkin anda harus lebih hati-hati lagi lain waktu. Jika anda memiliki waktu luang, bagaimana jika ikut saya makan siang?” ajak Weiruo pada pria tua tersebut.
“Tidak perlu merepotkan Nona. Jika aku boleh tahu siapakah nama Nona?”
“Panggil saja Ruo.”
“Nona Ruo, terima kasih sekali lagi atas pertolongannya. Aku Ye Jinhai, mungkin cucuku sudah menceritakan hubunganku dengannya,” ujar pria tua tersebut.
“Kakek adalah seorang Ahli Pil yang hebat, Kakek banyak menolong orang dengan kemampuannya!” potong Ye Nian penuh semangat mengenalkan identitas sang kakek.
“Nian’er, jangan melebih-lebihkan,” sahut Ye Jinhai sembari tertawa pelan.
“Sepertinya anda Ahli Pil yang cukup ahli, aroma tanaman herbal tercium dari tubuh anda. Jika saya boleh tahu, apa yang anda cari di ibukota? Saya mendengar dari Ye Nian jika anda sedang mencari sesuatu.”
Ye Jinhai tersenyum kecut kemudian menjelaskan jika dirinya jauh-jauh datang ke ibukota untuk menghadiri lelang Asosiasi Teratai karena mendengar jika Buah Sisik Naga akan dijual dalam lelang itu.
Ye Jinhai juga menjelaskan jika dirinya harus mendapatkan buah tersebut untuk mengobati cucunya, Ye Nian, yang memiliki penyakit bawaan.
“Aku menjadi Ahli Pil hanya untuk cucuku.” Ye Jinhai tersenyum kecil.
Weiruo tidak bertanya lebih jauh karena menghormati privasi Ye Jinhai, dirinya mengatakan harus kembali karena meninggalkan seseorang di restoran.
Mereka segera berpisah, Weiruo kembali ke restoran untuk melanjutkan makan siangnya. Xiao Lang masih berada di tempatnya dan benar-benar tidak menyentuh makanan yang dihidangkan, hanya meminum teh yang disajikan.
“Kondisimu kurang baik, makanlah.”
“Tidak usah.”
“Makan!”
Weiruo meletakkan semangkuk nasi di hadapan Xiao Lang, meminta pemuda tersebut memakan hidangan yang disajikan, mustahil juga bagi Weiruo menghabiskan semuanya sendirian.
Setengah jam kemudian semua hidangan sudah habis, tentu Weiruo harus bersusah payah menghabiskan hampir semua hidangan karena Xiao Lang hanya memakan beberapa suap dan mengatakan dirinya sudah kenyang.
“Lang, apa kau tidak ingin datang ke pelelangan?”
“Aku akan datang nanti.”
“Datanglah bersamaku, aku akan menggantikan Ayahku nanti.”
Xiao Lang tidak langsung menjawab, tapi memikirkannya sejenak sebelum mengangguk menyetujui.
“Datanglah ke gerbang selatan istana sebelum pelelangan.”
“Baik.”
Percakapan keduanya berakhir, Weiruo memanggil pelayan untuk melakukan pembayaran.
Mereka berdua berpisah setelah keluar dari restoran tersebut, Weiruo kembali ke istana sedangkan Xiao Lang ke penginapan.
Sepanjang perjalanan Weiruo selalu melihat sekitar, hari ini jalanan begitu ramai, sebagian adalah pengunjung dari luar ibukota.
Tentu Weiruo tahu alasan mereka jauh-jauh datang ke ibukota untuk mengikuti lelang dari Asosiasi Teratai Biru. Walaupun asosiasi tersebut masih belum sepenuhnya memiliki nama di dunia pendekar, tapi asosiasi tersebut sudah begitu terkenal di Kekaisaran Xifeng sejak awal didirikan.
“Aroma manis apa ini?”
Weiruo memasuki sebuah toko kecil yang menjual kue dan manisan, ia tertarik pada kue-kue yang dijual dan membeli beberapa untuk ibunya dan Yinyi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Zero
Thor,kok hampir sama ,sama ceritanya gu ryouyan
2020-06-26
2
senja
ku sampai lupa pas bagian Klan Xiao butuh uang, itu gimana Ka?
2020-05-14
0
Pratih Wulandari
bagus thor crazy up dong...
2019-12-16
3