Weiruo berangkat begitu awal bahkan sebelum matahari terbit, hal itu ia lakukan demi mengindari pada penjaga yang mungkin saja akan mengikutinya.
Butuh waktu tiga jam bagi Weiruo untuk tiba di lokasi perburuan, itupun sudah Weiruo persingkat dengan berlari kecil. Ia akui ukuran ibukota sangat besar.
Ada begitu banyak pemuda-pemudi di tempat tersebut, Weiruo bisa melihat dengan jelas jika sebagian besar adalah bangsawan atau mungkin saja seorang pendekar.
Setelah mengikuti beberapa pembukaan acara, semua peserta segera memasuki Hutan Kabut untuk memulai perburuan.
Seperti namanya, hutan tersebut masih tertutup kabut tipis walaupun matahari sudah terbit sedari tadi, dedaunanpun tertutup embun pagi.
Weiruo memetik satu daun dengan ukuran yang cukup lebar, kemudian meminum embun yang berada di atasnya.
Rasanya begitu segar meminum air dari embun tersebut, terlebih sudah begitu lama semenjak terakhir kali Weiruo meminum air embun.
“Terakhir kali ketika misiku hampir gagal dan aku terjebak seminggu di hutan belantara.” Weiruo tersenyum tipis, dapat dia ingat dengan jelas ketika ia terjebak di hutan belantara selama seminggu tanpa adanya persediaan makanan untuk bertahan hidup.
“Tapi aku cukup beruntung karena banyak hewan yang bisa diburu,” lanjutnya.
“Tapi aku juga hampir mati diterkam harimau,” gerutunya mengingat lengannya yang robek akibat terkaman harimau pada kehidupan sebelumnya.
Weiruo berjalan melewati semak belukar, berusaha meminimalisir suara agar keberadaannya tidak diketahui.
Namun, setelah hampir satu jam mencari, tidak ada satupun hewan yang muncul di sekitarnya.
Baru saja weiruo ingin pergi, nampak seekor rusa muncul dari balik pepohonan, berjalan santai ke arah semak-semak.
Dengan langkah pelan Weiruo berjalan mendekat, saat rusa tersebut tidak menyadari gerak-geriknya, Weiruo langsung menerjang dan berhasil melukai leher rusa tersebut dengan belatinya.
Namun, Weiruo sedikit kurang beruntung karena di saat bersamaan seekor harimau juga menerjang ke arahnya.
Belum sampai harimau tersebut menerkam Weiruo, sosok bayangan hitam sudah lebih dulu menghunuskan pedang hingga menembus kepala harimau tersebut.
“Kau lagi?” weiruo bisa mengenali sosok tersebut sebagai orang yang sama dengan sosok yang pernah menolongnya.
“Sudah tiga kali kau menolongku.”
“Dua.”
“Kau pikir aku tidak tahu siapa yang menolongku saat diculik?”
Obrolan keduanya begitu singkat dan terdengar seperti orang yang saling menyimpan dendam, membuat keadaan terasa canggung.
“Terima kasih, untuk yang sebelumnya juga.”
Weiruo menyimpan belatinya dan melangkah pergi, segera sosok tersebut menghentikannya.
“Apa?”
“Anda meninggalkan hasil buruan.”
Weiruo cukup terkejut karena sosok pemuda di hadapannya sekarang memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi darinya, sebelumnya ia tidak terlalu menyadari itu karena tidak terlalu memperhatikannya.
“Ambil saja, aku hanya bersenang-senang di sini.”
“Anda bukan seorang Pendekar?” tanya pemuda tersebut setelah memeriksa tubuh Weiruo dengan tenaga dalamnya.
Weiruo buru-buru menarik tangannya dari genggaman pemuda tersebut, jujur saja gadis tersebut kurang terbiasa dengan kontak fisik terlebih dengan orang asing.
“Ya, aku bukan seorang Pendekar. Aku mengikuti acara ini untuk bersenang-senang, jadi aku tidak akan bersaing denganmu.”
Weiruo berbalik dan pergi begitu saja. Sudah cukup lama sejak terakhir kali ia memasuki hutan, Weiruo tidak akan menyia-nyiakan waktu seharian yang ia dapatkan ini sia-sia begitu saja.
Untung saja Weiruo memakai topeng sehingga tidak akan ada yang mengetahui identitasnya sekalipun seluruh hutan diawasi oleh kaisar.
Weiruo mengamati cincin yang tersemat di jarinya, cincin tersebut diberikan kepada semua peserta untuk menyimpan hasil buruan mereka. Hanya saja benda tersebut tidak berguna bagi Weiruo karena untuk menggunakan Cincin Ruang membutuhkan tenaga dalam sedangkan Weiruo bukan seorang pendekar.
Suasana tenang dari hutan tersebut membuat Weiruo merasa begitu nyaman, seolah menghipnotisnya untuk terus berada di sana.
Tiba-tiba tubuh Weiruo ditarik, gadis tersebut sontak kembali ke alam sadar.
“Eh?”
“Anda hampir menjadi santapan mereka.”
Weiruo melihat ke arah yang ditunjuk sosok di belakangnya tersebut. Begitu banyak pasang mata merah menyala dari balik kegelapan gua di hadapan mereka.
“Empat kali. Terima kasih.”
“Apa bertemu kematian adalah hobi anda?” celetuk pemuda tersebut agak kesal karena dirinya sudah 2 kali menyelamatkan Weiruo dari maut.
“Bisa dibilang demikian,” jawab Weiruo dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.
Weiruo masih ingat ketika dirinya hampir bertemu malaikat maut karena luka-luka yang dialaminya ketika menjalankan misi. Jika Weiruo ingat baik-baik, dia sudah 5 kali hampir bertemu malaikat maut, yang terakhir adalah ketika dirinya tewas akibat tembakan 001.
Entah bagaimana Weiruo harus mencerna kejadian itu, dirinya juga tidak tahu sosok seperti apa yang membawa jiwanya pada tubuh barunya yang sekarang.
“Terima kasih untuk semua bantuan yang kau berikan. Ngomong-ngomong ... apa kau mengikutiku?”
Pemuda tersebut diam cukup lama hingga akhirnya menjawab pertanyaan Weiruo, “Saya mengikuti saja sudah menyelamatkan anda sebanyak dua kali dari maut, bagaimana jika tidak?”
“Aku bisa mengatasinya, jadi tidak perlu mengikutiku lagi.” Weiruo beranjak pergi meninggalkan pemuda tersebut.
Namun, baru beberapa langkah, Weiruo sudah berhenti, tatapannya tertuju pada satu arah. Hutan terasa begitu sunyi saat ini, tapi insting Weiruo sudah terlatih dengan baik di kehidupan sebelumnya, dia merasa ada sesuatu yang datang dari kejauhan.
Weiruo melangkah mundur, baru satu langkah tubuhnya diangkat dan dibawa ke atas mulut gua.
Beberapa saat kemudian segerombol binatang berlari melewati lokasi di mana Weiruo berdiri sebelumnya. Binatang-binatang tersebut berlari dalam kelompok besar dan menerjang apapun yang berada di depan mereka, bahkan beberapa pohon roboh setelah ditabrak beberapa binatang liar tersebut.
“Hampir saja. Kau menyelamatkanku lagi.” Weiruo meilirik pemuda di sampingnya tersebut.
Jika bukan karena reflek pemuda tersebut, mungkin Weiruo sudah mengalami luka akibat benturan dengan segerombolan binatang di bawah mereka. Sebelumnya Weiruo sudah menyadari jika ada sesuatu yang mendekat dengan cepat, tapi tubuhnya terlambat merespon hal itu.
“Ya, tanpa saya sekalipun anda bisa menyelamatkan diri.”
Weiruo hanya tersenyum tipis sebelum kembali mengamati segerombolan hewan tersebut. Mereka terus berlari ke satu arah, tidak satupun dari mereka yang berniat keluar dari kelompok tersebut, seolah mereka tengah dikendalikan oleh sesuatu.
“Apa yang terjadi pada mereka?”
“Sepertinya ada hewan spiritual yang tengah berevolusi, mereka akan mempengaruhi hewan-hewan yang lebih lemah untuk dijadikan santapan mereka,” jelas pemuda tersebut.
“Kenapa seperti itu?”
“Karena mereka harus mengumpulkan energi yang sudah mereka habiskan untuk meningkatkan kekuatan mereka.”
Weiruo hanya mengangguk kecil sebelum beranjak pergi dari tempat tersebut.
“Ikut atau tidak?” tanya Weiruo pada pemuda tersebut.
Pemuda tersebut tidak banyak bicara dan langsung mengikuti Weiruo, keduanya kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Dinda Rania
apa cuma aq yg baca nama Lu bai mnjdi Le Bai 😁😁
2020-12-02
2
senja
Lu Bai itu bapak2 saingannya Klan Xiao?
2020-05-13
6
xiao
lanjut thor
2020-03-09
6