“Yakin ingin tahu apa yang terjadi?” Weiruo tersenyum miring mengamati kaisar.
Xuan Guoxin, Kaisar Kekaisaran Xifeng, sekaligus ayah Xuan Weiruo. Karena kesibukannya, ia bahkan tidak mengetahui jika putrinya ditindas oleh pelayan istana.
Tentu saja kabar tersebut sudah sampai ke luar istana, tapi banyak yang lebih memilih untuk tutup mulut karena anak-anak kaisar yang lain juga ikut andil dalam hal itu.
“Siapa sebenarnya dirimu?” tanya Xuan Guoxin, kini dirinya sedikit percaya ucapan Panglima Gong.
“Aku Xuan Weiruo, bukan orang lain. Namun, aku bukan lagi Xuan Weiruo yang mudah ditindas seperti dulu.” Weiruo tersenyum tipis.
“Apa maksudmu? Siapa yang berani menindas Putriku?” Xuan Guoxin terlihat tidak senang mendengar ucapan Weiruo barusan. Bagaimana bisa seorang putri mahkota ditindas terlebih di dalam istana.
“Masih bertanya? Para pelayan menindasku setiap hari! Aku bahkan tidak berani keluar dari paviliun ini!” nada bicara Weiruo meninggi, membuat Xuan Guoxin terkejut karena baru pertama kali mendengar Weiruo berbicara demikian.
“Apa? Terkejut? Aku juga terkejut karena diriku masih begitu menyayangi Ayah sepertimu!” celetuk Weiruo tanpa sopan santun sedikitpun.
Yinyi tentu panik melihat sikap Weiruo, buru-buru ia menghampiri Weiruo dan memintanya untuk berhenti.
“Yinyi! Diam! Biarkan aku berbicara!” bentak Weiruo karena kesal Yinyi terus melarangnya untuk berbicara.
“Aku ... sudah lelah dengan semua ini! Mulai sekarang aku bukan lagi Xuan Weiruo yang lemah dan gampang ditindas! Aku adalah Xuan Weiruo yang baru! Siapapun yang berani bersikap kurang ajar padaku akan kupastikan menyesali perbuatannya itu!”
Mata Weiruo berkaca-kaca, sekalipun dia hanyalah jiwa yang menempati raga yang kosong, perasaan dari jiwa Xuan Weiruo yang asli masih begitu terasa, seolah dirinya juga mengalami semua penindasan itu.
Semua terdiam, begitu terkejut dengan apa yang mereka lihat saat ini.
“Ruo’er—aku melarangmu keluar dari paviliun ini seminggu ke depan, tidak boleh melanggar.” Xuan Guoxin berbalik begitu saja tanpa memperdulikan wajah kesal Weiruo.
“Apa? Seminggu?”
Belum sempat Weiruo membantah, Yinyi buru-buru menghentikannya, ia takut Weiruo melewati batas dan mendapat hukuman yang lebih parah.
“Tch, kenapa kau begitu penakut.”
Weiruo melangkah pergi begitu saja, telapak kakinya terasa begitu dingin karena tidak mengenakan alas kaki. Yinyi yang mengetahui hal itu segera melepas alas kakinya, tapi Weiruo sudah terlanjur berlari ke dalam paviliun.
...***...
“Ah ... berendam air hangat di musim dingin lumayan juga.” Weiruo menghembuskan napas pelan.
Tubuhnya terlalu kotor jadi setelah masuk paviliun langsung saja meminta Yinyi menyiapkan air untuk mandi.
“Nona, biarkan saya masuk dan membantu anda,” ucap Yinyi dari balik sekat pembatas.
“Tidak perlu, aku tidak suka. Lebih baik siapkan saja makanan untukku,” tolak Weiruo malas.
Apa semua orang dengan kedudukan tinggi selalu dibantu pelayan ketika mandi? Hal itu kini terlintas di pikiran Weiruo.
“Nona....”
“Aku bisa sendiri.”
“Bukan itu, Nona. Permaisuri berkunjung dan ingin menemui Nona.”
“Ah ... begitu, sebentar lagi aku keluar, tolong buatkan teh.”
“Baik.”
Weiruo memiringkan kepalanya sejenak dan berpikir, tentu saja ia tidak ingin bersikap buruk di depan ibu Xuan Weiruo yang kini menjadi ibunya.
Setelah memakai pakaian ganti, Weiruo segera menemui sang ibu yang telah menunggu.
“Ibu—“
Kalimat Weiruo terhenti, sebuah pelukan yang begitu hangat dan nyaman langsung mengalihkan perhatiannya.
“Ah? Ibu?”
“Ruo’er, syukurlah kau sadar,” lirih wanita tersebut pelan.
Dia adalah Xuan Riuyi, permaisuri sekaligus ibu dari Xuan Weiruo. Karena tubuhnya yang begitu lemah sehingga jatuh sakit, ia begitu jarang mengikuti kegiatan kaisar di luar istana dan selir pertama lah yang menggantikan posisinya untuk sementara.
“Iya, aku masih hidup.”
Xuan Riuyi menangis, Weiruo bisa merasakan dari getaran tangan serta isak pelan dari sang ibu.
“Nona, tehnya sudah siap.”
Suara Yinyi terdengar dari balik pintu. Setelah mendapat izin, gadis tersebut segera masuk dan menuangkan teh untuk Weiruo dan Xuan Riuyi.
“Ruo’er, apa benar yang dikatakan oleh para penjaga? Kau sudah berbeda dari yang sebelumnya?” tanya Xuan Riuyi tiba-tiba.
Weiruo tidak terkejut, karena sudah mengira pertanyaan itu akan keluar dari mulut Xuan Riuyi.
“Iya, aku sudah tidak seperti dulu ... mulai sekarang aku adalah jiwa yang baru. Aku tidak akan selemah dulu, aku akan menjadi kuat agar tidak ada yang bisa memperlakukanku seperti dulu.”
Weiruo meletakkan cangkir yang sudah kosong dan tersenyum tipis, memastikan agar ibunya tidak khawatir.
“Ngomong-ngomong aku sudah lapar, aku ingin memasak sesuatu.”
Weiruo beranjak dari tempat duduknya, tapi Yinyi buru-buru menghentikannya.
“Nona, saya akan memasak untuk anda.”
“Aku bilang aku ingin memasak, apa kurang jelas?”
“Ah, maafkan saya, Nona, saya hanya tidak ingin Nona mengerjakan tugas seperti ini.” Yinyi menundukkan kepalanya, takut menatap Weiruo.
“Terserah diriku, lagipula ini di rumah, jadi tidak ada larangan untukku memasak.”
“B-baik, Nona.”
“Ibu ikut, boleh?”
Weiruo mengangguk pelan, ketiganya segera pergi ke dapur. Di perjalanan Weiruo bisa dengan jelas melihat ada begitu banyak penjaga di luar.
“Ya ... aku akan menyuruh mereka pergi nanti.”
Setibanya di dapur, Xuan Riuyi begitu terkejut melihat kondisi dapur di kediaman Weiruo.
Xuan Riuyi tentu sering mengunjungi dapur istana maupun kediamannya, yang mana dipenuhi dengan bahan masakan dan peralatan dapur. Namun, kondisi dapur kediaman Weiruo begitu buruk, memang kondisinya bersih dan rapi, tapi bahan makanan hanya terlihat beberapa saja di atas meja.
“Masih ada beras, lebih baik membuat bubur.”
“Apa-apaan ini? Bagaimana bisa kondisi dapur Putri Mahkota seperti ini?” geram Xuan Riuyi.
Weiruo tidak banyak merespon, hanya menggeleng pelan. “Aku lapar, besok kupastikan dapur ini memiliki kondisi yang lebih baik. Sekarang lebih baik memasak dan makan makanan yang hangat,” ucapnya sembari menakar beras.
Xuan Riuyi begitu terkejut, bagaimana bisa Weiruo bersikap begitu tenang? Jelas hal seperti ini sudah termasuk penghinaan sebagai keluarga kerajaan.
Di sisi lain Weiruo malah terbiasa dengan kondisi dapurnya, di kehidupan pertamanya bahkan jauh lebih buruk.
Ia masih ingat dengan jelas ketika masih berumur sepuluh tahun di kehidupan sebelumnya, dirinya harus mengurus dirinya sendiri karena orang tuanya berpisah dan ia harus tinggal bersama seorang ayah pemabuk berat.
Masih bisa Weiruo ingat dengan jelas ketika menginjak usia 11 tahun dirinya dijual demi membayar hutang sang ayah. Mengingatnya membuat Weiruo ingin menangis saat itu juga.
Xuan Riuyi terlihat begitu sedih, tanpa banyak bicara pergi keluar entah ke mana.
“Ini daging sejak kapan?” tanya Weiruo.
“Saya membelinya kemarin, karena suhu yang dingin daging menjadi lebih awet.”
“Kau aduk nasinya.” Weiruo menyerahkan pisau kayu pada Yinyi.
Weiruo kemudian memotong daging dan mencincangnya, Yinyi begitu terkejut melihat kemampuan Weiruo saat memotong daging.
“Dari mana Nona belajar mencincang daging seperti itu?” Yinyi terlihat penasaran dan berjalan mendekat.
“Rahasia.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Maaf thor, sepertinya ch. 3 agak ga nyambung dgn ch. 2??
Yg lebih nyambung dgn ch.2 justru ch. 4, ini emang gini atau emang kebalik thor?
2022-07-12
2
xiao
Bagus baget thor
2020-03-09
3
Ika Apriyani
bagus ceritany thor lanjut
2020-02-21
3