“Keajaiban ... sungguh kita dipertemukan karena takdir. Sekteku akan kembali!”
Yue Hua begitu bahagia melihat keberhasilan Weiruo, sebuah keajaiban ada seseorang yang mampu mempelajari Manual Jiwa Dewi Bulan.
“Aku berhasil!” ucap Weiruo bangga.
“Ya, muridku, kau berhasil.” Yue Hua memeluk Weiruo, perasaan bahagia memenuhi hatinya, ia ingin sekali memeluk Weiruo selama yang ia suka.
“Guru, jiwa anda.”
Yue Hua melepas pelukannya, kemudian mengelus wajah Weiruo dengan lembut.
“Maaf, gurumu ini tidak bisa menemanimu lebih lama lagi.”
Yue Hua mengelus pipi Weiruo lembut, bak seorang ibu kepada putrinya, berkali-kali ia mengucapkan maaf pada Weiruo karena tidak bisa menjadi sosok guru yang baik.
“Nak, di dalam cincin ini tersimpan begitu banyak benda pusaka, kitab teknik bela diri, manual, dan begitu banyak kebutuhan pendekar, aku ingin kau menggunakan semua itu sebaik mungkin. Namun, aku membuat segel khusus agar cincin itu hanya bisa digunakan ketika kau sudah menjadi Pendekar Fondasi jiwa.”
Yue Hua mengamati wajah Weiruo lembut, seolah tidak rela untuk berpisah.
Jiwa Yue Hua perlahan menghilang dan terpecah menjadi cahaya yang melayang ke udara.
“Terima kasih, Guru. Saya beruntung dapat bertemu anda.”
“Tidak, akulah yang beruntung, aku sangat beruntung bertemu denganmu, justru aku merasa bersalah karena tidak bisa menjadi guru yang baik untukmu. Maafkan aku, Nak.” Yue Hua tersenyum lembut pada Weiruo.
“Guru, terima kasih sudah mengajari murid yang banyak kekurangan ini,” ucap Weiruo tulus sembari bersujud di hadapan Yue Hua yang perlahan menghilang.
Weiruo begitu tersentuh dengan kegigihan Yue Hua, sekalipun Yue Hua tahu kesempatan Weiruo sangatlah kecil bahkan mustahil untuk menjadi pendekar, tapi Yue Hua tetap mengajarinya dengan sepenuh hati.
“Selamat tinggal, muridku, terima kasih untuk segala hal yang kau lakukan demi keegoisanku.”
Yue Hua mengecup kening Weiruo pelan, penuh kasih layaknya seorang ibu pada putri kecilnya. Ketika jiwa Yue Hua telah menghilang, perasaan hangat masih menyelimuti Weiruo, butiran bening lolos melewatinya pipinya.
Setelah cukup lama menangis, Weiruo akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya untuk mencari jalan keluar. Namun, sebelum meninggalkan tempat tersebut, Weiruo mengambil bunga bercahaya yang tertanam di sekitar mata air. Ia mencabut beberapa bunga yang dan memasukkannya ke dalam tas pinggang miliknya.
Weiruo menelusuri lorong gua dengan bantuan batu alam bercahaya yang dia dapatkan sebelumnya.
Hampir setengah jam berjalan akhirnya Weiruo menemukan ujung lorong, segera ia keluar dari tempat tersebut.
Hal pertama yang ia lakukan adalah mencari dua belatinya yang jatuh, walaupun tidak berharap dapat menemukannya tapi Weiruo beruntung berhasil menemukan belati tersebut. Namun, keduanya sudah tidak layak pakai, mengalami keretakan yang parah dan terlihat bisa hancur kapan saja.
“Sekarang ke mana aku harus pergi?”
Weiruo mengamati sekitar, keadaan sangat gelap tak ubahnya masih di dalam gua.
Tiba-tiba tersengar suara benda jatuh, buru-buru Weiruo pergi ke asal suara tersebut.
“Apa ada orang?” panggil Weiruo memastikan.
Namun, tidak ada jawaban sehingga Weiruo memutuskan untuk lebih mendekat. Terlihat tubuh seseorang terbaring di tanah.
“Lang? Apa yang terjadi padamu?”
Weiruo sedikit panik ketika mengetahui bahwa suara tersebut ternyata berasal dari Xiao Lang yang ambruk ke tanah. Bahu kiri pemuda tersebut terluka dan mengeluarkan cukup banyak darah, wajahnya pucat serta napasnya tidak beraturan.
Dengan hati-hati Weiruo memapah Xiao Lang ke dalam gua, karena tubuhnya sendiri masih terasa sakit, Weiruo tidak bisa membawa Xiao Lang ke tempat di mana Weiruo beristirahat sebelumnya.
Xiao Lang dalam keadaan setengah sadar karena masih dapat merespon ketika Weiruo mengajaknya bicara.
“Apa yang terjadi padamu?”
“Kalajengking ... Perak,” Xiao Lang menjawab dengan suara yang begitu lemah.
Weiruo tidak begitu mengerti, tapi buru-buru merobek pakaiannya untuk membalut luka Xiao Lang.
“Lang?” Weiruo berusaha memanggil, tapi tidak ada respon dari Xiao Lang, pemuda tersebut benar-benar kehilangan kesadaran sekarang.
Weiruo mengecek keadaan Xiao Lang, memastikan ada atau tidaknya luka lain. suhu tubuh Xiao Lang perlahan naik dan napasnya menjadi tidak beraturan.
“Kakek....”
Xiao Lang menggenggam tangan Weiruo erat, tidak membiarkannya pergi, hal itu membuat Weiruo cukup terkejut.
“Aku bukan Kakekmu, beristirahatlah dulu.” Weiruo berusaha melepas genggaman Xiao Lang, tapi genggaman pemuda tersebut terlalu kuat untuk dilepas.
“Kenapa Kakek meninggalkanku? Kenapa Kakek tidak pernah menceritakan masalah kakek ... racun itu ... kenapa....”
“Apa kau sedang berhalusinasi?” Weiruo mengelus dahi Xiao Lang pelan, dapat ia rasakan suhu tubuh Xiao Lang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dengan lembut Weiruo mengusap tangan Xiao Lang, pemuda tersebut masih menggenggam tangan Weiruo dengan sangat erat.
“Tidak apa, aku di sini.”
Selama setengah jam Weiruo masih berada di tempat yang sama, masih duduk di samping Xiao Lang dengan tangan yang masih digenggam.
Weiruo kembali mengecek suhu tubuh Xiao Lang, gadis tersebut menghembuskan napas pelan karena suhu tubuh Xiao Lang lebih parah dari sebelumnya.
Dengan hati-hati Weiruo melepas genggaman tangan Xiao Lang yang sudah tidak sekuat sebelumnya.
Entah sudah berapa kali Weiruo merobek pakaiannya untuk membalut luka Xiao Lang, jubah luarnya sedikit lebih pendek dari sebelumnya karena banyak dirobek oleh Weiruo.
“Maaf, aku harus melepas topengmu.”
Sejenak Weiruo terdiam melihat ketampanan pemuda yang terbaring di hadapannya.
Selama ini paras Xiao Lang selalu tertutup topeng sehingga tidak ada kesempatan untuk Weiruo melihat wajah pemuda tersebut.
Weiruo segera kembali tersadar dan mengompres dahi Xiao Lang. Saat itulah Weiruo sadar jika persediaan airnya habis, jadi harus mengambil air di mata air sebelumnya.
“Aku akan kembali.”
Weiruo segera beranjak dari tempat tersebut, dia sengaja meninggalkan batu bercahaya yang ia gunakan untuk menerangi jalan agar dapat membantu Xiao Lang nanti setelah dirinya sadar.
Selesai mengambil air, Weiruo tidak langsung kembali, dia mengamati bunga bercahaya di sebelah mata air. Bayangan sosok Yue Hua masih terlintas di pikirannya.
Namun, Weiruo tidak ingin berlarut dalam kesedihan, hal seperti itu tidak akan mengembalikan sesuatu yang telah pergi.
Gadis tersebut terkekeh pelan sebelum pergi dari tempat tersebut. Kenangan singkat yang begitu berkesan bagi Weiruo, mungkin dirinya tidak akan melupakan hal itu selamanya.
Suasana begitu hening sepanjang Weiruo berjalan, hanya suara langkah kaki yang mengisi pendengaran Weiruo.
Akhirnya Weiruo kembali ke tempat Xiao Lang, tapi sebuah hal membuat gadis tersebut terkejut.
“Apa yang kau lakukan?!” Weiruo melempar bunga bercahaya yang membantunya melihat dalam kegelapan, kemudian berlari ke arah Xiao Lang.
Weiruo buru-buru mengambil alih belati dari tangan Xiao Lang, hampir saja pemuda tersebut mengakhiri hidupnya jika Weiruo tidak tiba tepat waktu.
Xiao Lang sendiri tidak terlalu merespon kehadiran Weiruo, tatapannya kosong seolah tidak memiliki semangat hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Dewi Ranti
smoga kak peempuan ny baik2 sj
2020-06-02
2
senja
ngeri ih diajak main anak kecil, wkwk
2020-05-13
0
Dewa Nyoman
dmnakah Xian Mei brada?
2019-12-12
5