Ingrid terdiam sejenak mengingat apa yang telah di alaminya hari ini, kemudian menceritakan tentang kejadian penculikan yang di alaminya bersama Bastian pada kedua orang tuanya. Budi nampak terdiam setelah mendengar semua yang diceritakan Ingrid.
"Ayah, tolong hubungi Bastian. Aku sangat khawatir sama dia," pinta Ingrid yang mengingat bagaimana Bastian dihajar oleh dua orang pria sesaat setelah keluar dari dalam mobil.
"Dari pada khawatir sama Bastian, ayah lebih khawatir pada orang misterius yang sudah menolong kamu itu. Lengannya terluka dan dadanya tertusuk katana demi menyelamatkan kamu. Bahkan dia masih mengantarkan kamu pulang dan menggendong kamu meskipun dada dan lengannya berdarah. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menolong kamu. Dan apa kamu tahu? Dia yang mengantar kamu ke rumah sakit saat kamu pingsan di hotel. Dia bahkan membiayai biaya pengobatan kamu di rumah sakit dan memberikan uang sisa pengobatan kamu pada ayah," ujar Budi yang merasa berhutang banyak pada orang misterius itu.
"Apa? Kenapa dia melakukan semua ini untukku? Siapa dia sebenarnya?" tanya Ingrid seraya menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Ayah dan ibu juga tidak tahu. ATM yang di berikannya pada ayah atas namamu, jadi kami tidak tahu siapa orang itu," jelas Budi.
"Aku juga khawatir sama dia, Yah. Tapi kita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan tempat tinggalnya, nama dan wajahnya saja kita tidak tahu. Aku ingin mencari tahu kabar Bastian, Yah," ujar Ingrid yang masih mengkhawatirkan Bastian.
"Grid, pria misterius itu mengatakan pada ayah, agar ayah berhati-hati pada suamimu itu. Dia juga mengatakan bahwa suami kamu bukan orang baik. Ayah sebenarnya tidak ingin percaya, karena pria itu tidak memiliki bukti. Tapi, dia mempertaruhkan nyawanya untuk kamu, bagaimana ayah tidak percaya sama dia?" ucap Budi membuat Ingrid terdiam.
"Sudahlah. Sebaiknya kita bicarakan semuanya besok saja. Biarkan Ingrid istirahat, Yah," ujar Ani karena malam sudah semakin larut.
"Baiklah. Kita bicarakan semuanya besok," sahut Budi yang diam-diam membawa handphone Ingrid.
Setelah ayah dan bundanya keluar dari kamarnya, Ingrid terdiam termenung. Di satu sisi Ingrid percaya pada Bastian, tapi di satu sisi juga percaya pada orang misterius yang sudah menyelamatkan dirinya. Pikiran Ingrid jadi kalut, hingga baru bisa tidur saat pagi hampir menyapa.
*
Ani berjalan menuju kamar Ingrid untuk melihat keadaan putrinya itu. Ani membuka pintu kamar Ingrid dengan perlahan dan melihat Ingrid yang masih memejamkan mata itu nampak gelisah.
"Hugh.." Ingrid tiba-tiba bangun dan langsung berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.
"Huek..huek .huek.."
Ani bergegas menyusul Ingrid ke kamar mandi saat mendengar Ingrid muntah-muntah. Dengan lembut Ani memijat tengkuk Ingrid.
Setelah Ingrid berhenti muntah-muntah, Ani memapah Ingrid keluar dari kamar mandi dan membantu Ingrid yang nampak lemas dan pucat itu berbaring.
"Grid, kenapa kamu muntah-muntah? Kapan terakhir kali kamu datang bulan?" tanya Ani nampak hati-hati.
"Deg"
Mendengar apa yang dikatakan dan di tanyakan oleh ibunya membuat Ingrid terkejut. Ingrid tahu ke arah mana pertanyaan ibunya itu. Ingrid menatap kalender yang ada di atas nakas dengan jantung yang berdegup kencang.
"Bun..a..aku telat tiga hari," ucap Ingrid dengan bibir yang bergetar dan wajah yang terlihat semakin pucat.
"Apa..apa Bastian sudah menyentuh kamu?" tanya Ani hati-hati.
Ingrid menggeleng pelan sebagai jawaban, membuat Ani menghela napas panjang.
"Bun, aku..aku nggak mau mengandung anak orang brengseek itu. Aku nggak mau, Bun," ucap Ingrid menitikkan air mata. Sungguh, Ingrid benar-benar tidak ingin mengandung benih dari pemuda yang telah merenggut kesuciannya dan menghancurkan malam pertamanya. Orang yang sangat di bencinya.
"Sebaiknya kita melakukan tes untuk memastikan semuanya," ucap Ani yang lagi-lagi hanya bisa menghela napas panjang.
"Tes apa?" tanya Budi yang tiba-tiba muncul.
"Yah, saat bangun tadi Ingrid muntah-muntah, dan ternyata Ingrid sudah telat datang bulan selama tiga hari. Bunda curiga kalau..kalau Ingrid sedang mengandung. Bastian belum menyentuh Ingrid, Yah," jelas Ani membuat Budi menghela napas panjang mendengarnya.
"Grid, jika kamu benar-benar hamil, sebaiknya kamu bercerai dengan Bastian dan menikah dengan Marcell," ujar Budi yang memikirkan kata-kata orang misterius itu, bahwa Bastian bukanlah orang yang baik.
"Aku tidak mau, Yah. Aku benci sama dia. Bagaimana bisa aku menikah dengan dia?" tolak Ingrid menangis tersedu.
"Jika kamu benar-benar mengandung anak Marcell, apa Bastian akan tetap menerima kamu?" tanya Budi membuat Ingrid terdiam
"Selama kamu menjadi istrinya hingga kini, Bastian belum menyentuh kamu. Apa kamu sudah pernah menanyakan alasannya pada Bastian?" tanya Ani di jawab dengan gelengan oleh Ingrid.
"Jujur, ayah ragu kalau Bastian mencintai kamu. Ayah tidak melihat ketulusan di mata Bastian. Tapi saat Marcell bicara, ayah dapat melihat kesungguhan dan ketulusan di mata Marcell," ujar Budi yang mengingat ketika dirinya bicara dengan Bastian dan Marcell di rumah Hugo saat Ingrid di rawat di rumah sakit.
"Tapi aku tidak mencintai dia, Yah. Aku benci sama dia," sahut Ingrid mengusap air matanya.
"Bicara soal cinta, bahkan waktu itu suamimu tidak tahu saat kamu masuk rumah sakit. Dia meninggalkan kamu di hotel begitu saja. Sejak semalam dia juga tidak menghubungi kamu. Padahal handphone kamu aktif dan dia tahu kalau kamu di culik. Bukankah seharusnya dia mencari kamu dan berusaha menghubungi kamu?" tanya Budi terdengar tidak suka dan curiga.
"Kita tidak tahu keadaannya saat ini, Yah. Karena itu, aku ingin menghubungi dia tadi malam," sahut Ingrid yang mengkhawatirkan Bastian dari semalam.
"Baiklah, mari kita hubungi dia. Kalau dia baik-baik saja, coba kita dengar apa alasan dia tidak mencoba menghubungi kamu, padahal kamu di culik di depan matanya. Kalian diam, biar ayah saja yang bicara dengan dia," ujar Budi kemudian menghubungi Bastian dan mengaktifkan mode loud speaker.
Bastian yang sedang berada di rumah nampak terkejut saat melihat ada panggilan masuk dari ayah mertuanya.
"Duh, mau apa ayah menghubungi aku? Tumben sekali ayah menghubungi aku. Kalau aku angkat, takutnya nanyain soal Ingrid. Tapi kalau nggak aku angkat, nanti dia bakal nelpon terus," gumam Bastian bingung sendiri.
Karena sudah tiga kali Budi menghubungi dirinya, akhirnya Bastian pun menerima panggilan dari Budi.
"Halo, Yah!" sapa Bastian berusaha bersikap biasa saja.
"Halo, Bas. Dari tadi ayah menghubungi Ingrid, tapi nomornya tidak aktif. Bisa ayah bicara dengan Ingrid?" tanya Budi mulai mengetes Bastian.
"Aku sedang tidak bersama Ingrid, Yah. Aku berada di kantor," sahut Bastian.
"Ayah tadi sudah menghubungi Ingrid kantornya, tapi kata orang kantor Ingrid belum masuk kerja. Padahal seharusnya hari ini Ingrid masuk kerja. Ayah hubungi di rumah kamu katanya Ingrid juga tidak ada. Dimana Ingrid?" tanya Budi yang penasaran Bastian akan menjawab apa.
"Ah, benarkah, Yah? Kemarin sore aku menghubungi Ingrid dan handphonenya masih aktif, kok," sahut Bastian kembali berdusta.
Budi tersenyum masam mendengar jawaban Bastian. Budi mulai mencium kebohongan dari menantunya itu. Demikian pula dengan Ani dan Ingrid.
"Kemarin sore kamu menghubungi Ingrid? Memangnya semalam kamu nggak bersama Ingrid?" tanya Budi membuat Bastian harus memutar otak mencari jawaban.
"Enggak, Yah. Dari kemarin pagi aku berangkat ke luar kota. Sekarang masih ada di kantor yang ada di luar kota," sahut Bastian berusaha mencari alasan untuk menutupi kebohongannya.
Ingrid tertunduk sedih mendengar Bastian berbohong. Ingrid tidak mengerti kenapa Bastian berbohong seolah-olah semalam tidak terjadi apa-apa. Bahkan mengatakan keluar kota sejak pagi.
"Jadi dari kemarin pagi kamu di luar kota?" tanya Budi menatap Ingrid yang tertunduk.
"Iya, Yah," sahut Bastian.
"Ohhh..begitu, ya? Lalu...siapa yang semalam bersama Ingrid? Orang yang dipukuli saat keluar dari mobil?" tanya Budi.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
mampus kau bastian
2024-07-16
2
Rahmat Rahmat
waduh, panik gk tuh panik gk, panik lah masak enggak
2024-07-02
3
Mr.VANO
kena perangkap pk budi kau bastian,,
2024-06-06
2