5. Orang Misterius

Budi terus berjalan menyusuri koridor rumah sakit, hingga akhirnya tiba di ruangan rawat putri semata wayangnya.

"Bagaimana, Yah? Mana Bastian?" tanya Ani yang masih duduk di samping ranjang tempat Ingrid terbaring.

"Masalahnya tidak sesederhana yang kita pikirkan, Bun," sahut Budi menghela napas yang terasa berat.

"Tidak sederhana? Maksud ayah?" tanya Ani nampak semakin penasaran.

Akhirnya Budi membawa Ani keluar dari ruangan itu ke taman yang ada di rumah sakit itu. Budi menceritakan apa yang diceritakan Hugo tadi pada istrinya. Ani sangat terkejut setelah mendengar semuanya.

"Yah, apa Bastian masih mau melanjutkan pernikahan ini? Terus, jika dilanjutkan, apa tidak akan terjadi masalah dalam rumah tangga mereka nanti karena kejadian semalam? Tapi kalau tidak dilanjutkan, berarti Bastian harus menceraikan Ingrid dan Marcel harus menikahi Ingrid," ujar Ani menghela napas panjang membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

"Kita akan bicarakan semuanya setelah semuanya kumpul. Ayah akan pergi untuk bicara pada petugas pengurus ruangan dulu. Kita harus memindahkan Ingrid ke ruangan lain. Kita tidak akan mampu membayar biaya rumah sakit, jika Ingrid ditempatkan di ruangan itu. Ayah tidak ingin mengharapkan Bastian dan keluarganya membayar biaya rumah sakit dan pengobatan Ingrid," sahut Budi kemudian meninggalkan Ani.

Ani hanya bisa menghela napas panjang menatap suaminya yang melangkah semakin jauh darinya.

Sebenarnya sejak masuk ke ruangan Ingrid di rawat, Budi dan Ani bertanya-tanya, kenapa putri mereka di tempatkan di ruangan VIP.

Budi nampak menghela napas berkali-kali, "Biayanya pasti sangat mahal. Aku akan meminta pihak rumah sakit untuk memindahkan Ingrid ke ruangan rawat yang biasa saja," gumam Budi terus berjalan menuju ruangan petugas pengurus ruangan.

Tak lama kemudian, Budi pun sampai di tempat petugas pengurus ruangan.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya petugas wanita itu sopan.

"Saya ingin meminta pindah ruangan untuk putri saya, Ingrid," ucap Budi pada petugas itu.

"Dengan alasan apa, Pak?" tanya petugas pengurus ruangan itu.

"Saya tidak mampu membayar, jika putri saya di tempatkan di ruangan VIP," sahut Budi jujur.

"Tapi orang yang mengantar ibu Ingrid yang meminta agar ibu Ingrid ditempatkan di ruangan VIP, Pak. Bahkan orang itu bersikeras meninggalkan deposit dengan jumlah besar untuk biaya perawatan ibu Ingrid dan meminta dokter terbaik di rumah sakit ini untuk merawat ibu Ingrid," sahut petugas pengurus ruangan itu.

Budi nampak terkejut mendengar penjelasan petugas pengurus ruangan itu.

"Kalau boleh saya tahu, siapa yang mengantar putri saya ke sini?"

"Seorang pria yang memakai topi dan masker. Saya tidak bisa melihat wajahnya,"

"Siapa namanya?" tanya Budi semakin penasaran.

"Maaf, orang itu meminta identitasnya dirahasiakan,"

Budi menghela napas panjang. Petugas itu benar-benar tidak mau memberitahukan padanya tentang orang yang mengantar Ingrid ke rumah sakit dan juga membiayai biaya berobat Ingrid.

Akhirnya Budi pun kembali ke ruangan putrinya dan memberitahukan tentang hal ini pada istrinya. Ani juga terkejut mendengar tentang hal ini. Tapi Budi dan Ani sepakat merahasiakan hal itu dari siapapun. Mereka yakin, suatu hari nanti orang misterius yang membayar biaya berobat Ingrid itu akan muncul.

*

Saat hari beranjak siang, Ingrid pun mulai sadar.

"Ayah, Bunda.." gumam Ingrid lirih.

Melihat putrinya sadar, Budi pun langsung menekan tombol untuk memanggil dokter.

"Akhirnya kamu sadar juga," ucap Ani tersenyum lega dengan sebelah tangan menggenggam jemari tangan Ingrid, sedangkan sebelahnya mengusap lembut kepala Ingrid.

"Bunda.. Ayah..aku..aku.." Ingrid nampak ragu untuk bicara dan matanya nampak berkaca-kaca.

"Kamu tidak perlu menceritakan apapun. Pikiran saja kesehatan kamu," ujar Budi yang tidak ingin menanyakan apapun pada putrinya sebelum putrinya siap bercerita.

Budi tahu, Ingrid pasti sangat syok dan terpukul dengan kejadian semalam.

*

Siang telah berganti malam. Sesuai perintah papanya melalu sambungan telepon tadi, Marcell pulang saat jam makan malam. Tak lama kemudian Bastian juga pulang dan langsung menuju ruangan makan dimana Hugo, Marcell dan Ema sudah duduk di tempat duduk mereka masing-masing.

Ema adalah ibu Bastian, istri pertama Hugo. Sedangkan Marcell adalah anak dari seorang wanita yang diperkosa Hugo saat Hugo mabuk. Hugo menikahi ibu Marcell secara siri, karena Ema tidak memberi izin pada Hugo untuk menikahi ibu Marcell secara resmi di mata hukum. Ibu Marcell pun tidak mau tinggal di rumah Hugo karena tidak ingin memiliki konflik dengan istri sah Hugo.

Saat Marcell lulus sekolah dasar, ibu Marcell meninggal dunia karena melahirkan. Bahkan adik Marcell pun ikut meninggal. Setelah itu akhirnya Marcell dibawa ke rumah Hugo.

Ema tidak menyukai Marcell, karena setelah menikah dengan ibu Marcell, ternyata Hugo jatuh cinta pada ibu Marcell. Selama Marcell tinggal di rumah itu, Ema pun enggan untuk bicara dengan Marcell. Begitu pula dengan Bastian yang tidak menyukai Marcell. Apalagi sejak tinggal di rumah Hugo, Marcell mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah dari Hugo. Hal itulah yang membuat Ema dan Bastian semakin tidak menyukai Marcell.

Marcell tersenyum samar saat melihat Bastian masuk ke ruangan makan. Sedangkan Ema dan Hugo nampak terkejut melihat Bastian.

"Bas, apa yang terjadi padamu? Kenapa wajahmu babak belur seperti itu?" tanya Ema yang langsung beranjak dari duduknya menghampiri Bastian.

"Nggak apa-apa, ma," sahut Bastian nampak malas membahas tentang lukanya.

"Apa kalian berkelahi lagi?" tanya Hugo menatap Bastian dan Marcel bergantian.

"Beraninya kamu membuat anakku seperti ini. Dasar anak haram! Anak wanita murahan!" teriak Ema dengan penuh amarah menghampiri Marcell.

"Ema!" bentak Hugo dengan intonasi suara yang tinggi, karena merasa tidak suka Ema mengatai Marcell anak haram dan juga mengatai ibu Marcell wanita murahan.

"Plak"

Ema hendak menampar Marcell, tapi Marcell langsung menangkap tangan Ema, hingga tidak bisa menamparnya.

"Ibuku bukan wanita murahan. Ibuku tidak pernah merayu papa untuk ditiduri. Dan aku juga tidak pernah minta dilahirkan di dunia ini sebagai anak haram. Jadi, jangan pernah menghina ibuku lagi!" ucap Marcell dengan suara penuh penekanan menatap tajam Ema.

Ema menghentakkan tangannya hingga pegangan tangan Marcell di tangannya terlepas.

"Tidak mungkin ibumu tidak menggoda suamiku. Lihatlah buktinya! Sifat kamu sama persis dengan ibumu. Sama-sama perebut milik orang. Jika ibumu adalah pelakor, kamu adalah pebinor. Kamu meniduri istri Bastian. Apa namanya kalau bukan perebut bini orang? Dasar brengseek! Bisanya hanya membuat malu keluarga. Nongkrong sana nongkrong sini, ikut geng, tawuran, kuliah juga lulus dengan nilai pas-pasan. Seharusnya kamu mati saja bersama ibumu yang berprofesi sebagai penjaja cinta satu malam itu daripada membuat malu keluarga," sarkas Ema penuh emosi.

"Ema! Jaga bicaramu!" bentak Hugo dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya.

"Ibuku bukan wanita seperti itu!" teriak Marcell tidak terima ibunya di tuduh yang tidak-tidak. Meskipun ibunya telah meninggal, tetap saja Marcell tidak rela ibunya di hina dan dijelek-jelekkan.

"Ibumu memang pela.."

"Brakk"

"Cukup!" bentak Hugo menggebrak meja memotong kata-kata Ema. Sendok di atas meja sampai terpental, kuah sayur dan air dalam gelas juga sedikit tumpah karena aksi menggebrak meja Hugo itu.

"Jangan menghina dan menuduh ibu Marcell lagi! Dia adalah wanita baik-baik. Dia masih perawan saat aku tiduri. Dia juga tidak pernah menggoda aku, bahkan dia tidak pernah menuntut apapun dariku selama menikah denganku. Dia menerima apapun yang aku berikan tanpa mengeluh. Jadi jangan pernah mengatakan ibu Marcell wanita murahan," tandas Hugo yang sampai saat ini masih merasa bersalah karena tidak bisa menjadi suami yang baik bagi ibu Marcell.

Ibu Marcell meninggal karena terlambat di bawa ke rumah sakit. Sebab waktu itu Hugo sedang berada di rumah yang ditempatinya bersama Ema. Hal itu menjadi penyesalan Hugo hingga saat ini. Seandainya dirinya berada di samping ibu Marcell saat itu, mungkin ibu Marcell dan adik Marcell tidak akan meninggal.

Ema nampak bersungut-sungut, lalu duduk di tempatnya semula. Sedangkan Marcell nampak mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

"Mulai makan dan jangan bicara apapun di meja makan!" ujar Hugo dengan suara yang terdengar dingin.

Akhirnya empat orang itupun makan dalam keheningan. Namun mereka nampak tidak berselera makan karena pertengkaran tadi.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Hilda Yanti

Hilda Yanti

buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

2024-11-26

1

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

pak Hugo toh,Marsel balas dendam

2024-07-16

2

Mr.VANO

Mr.VANO

jadi hugo biang kerokny...mulai terbuka rahsia keluarga mereka

2024-06-06

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!