Bastian mengendarai mobilnya meninggalkan kafe milik Marcell. Pria itu melirik ekspresi wajah Ingrid yang terlihat bad mood.
"Setelah aku kembali dari toilet tadi, kamu udah nggak ada di meja tempat kita makan tadi. Aku tanya sama waiters, katanya kamu keluar sama seorang wanita. Terus aku hubungi kamu beberapa kali juga nggak kamu angkat. Kenapa kamu tadi bisa di bawa dua orang pria itu?" tanya Bastian berusaha membuat Ingrid percaya bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang kejadian tadi.
"Tadi wanita yang menghampiri aku mengatakan, kalau ada yang nggak sengaja nabrak mobil kamu. Dia mengajak aku untuk memeriksanya. Tapi setelah hampir sampai di mobil kamu, dia meninggalkan aku begitu saja. Akhirnya aku memutuskan untuk memeriksa mobil kamu sendiri. Ternyata mobil kamu baik-baik saja. Lalu ada dua orang pria yang tiba-tiba muncul dan salah satunya menodongkan pisau ke perutku dan memaksa aku ikut sama mereka. Saat kami sudah tiba di mobil, tiba-tiba dia muncul dan aku di kunci di dalam mobil. Dia berkelahi dengan mereka, lalu mengeluarkan aku dari mobil, terus kamu datang," jelas Ingrid yang bahkan enggan untuk menyebut nama Marcell.
"Ternyata dia menggunakan trik seperti itu," sahut Bastian lalu menatap layar ponselnya yang menyala dan terlihat ada panggilan masuk.
"Alex? Dia pasti marah lagi karena rencananya gagal. Dia pasti bakal menghajar aku lagi," batin Bastian yang langsung mengambil handphonenya dari dasbor mobil agar Ingrid tidak melihat siapa yang menghubungi dirinya.
Bastian jadi gelisah, karena Alex terus menghubungi dirinya. Ingrid pun menatap Bastian yang terlihat gelisah itu.
"Bas, ada apa? Kok, kamu kayak nggak nyaman gitu?' tanya Ingrid nampak khawatir.
"Kita berhenti dulu di depan, ya? Aku sakit perut," sahut Bastian beralasan agar bisa menerima telepon dari Alex tanpa diketahui Ingrid.
"Ah, iya," sahut Ingrid.
Bastian menepikan mobilnya di SPBU, lalu bergegas turun dari mobil menuju toilet. Sedangkan Ingrid memeriksa handphonenya dan melihat banyak panggilan masuk dari Bastian di jam dirinya di culik tadi. Hal itu pun membuat Ingrid semakin percaya kalau yang dikatakan Bastian benar, bahwa Marcell lah yang membuat skenario penculikan dirinya tadi. Apalagi jika mengingat pengakuan pria yang menculik dirinya tadi.
Di toilet, Bastian menerima panggilan dari Alex dan suara Alex pun langsung menyapa pendengaran Bastian.
" Kamu ingin bermain-main denganku?" tanya Alex terdengar menahan amarah.
"Ini di luar rencana, Lex. Anak itu tiba-tiba datang dan mengacaukan segalanya," sahut Bastian yang merasa ketakutan mengingat bagaimana kalau Alex marah.
"Pokonya malam ini juga aku ingin wanita itu ada di atas ranjang ku!" ucap Alex terdengar dingin.
"Aku nggak mungkin mengantarkan dia saat kamu, Lex," sahut Bastian terlihat frustrasi.
"Aku tidak mau tahu. Bagaimana pun caranya, malam ini wanita itu harus berada di atas ranjangku,"
"Lex.."
Bastian tidak melanjutkan kata-katanya saat mendengar suara sambungan telepon yang sudah di akhiri.
"Shiitt! Bagaimana ini?" gumam Bastian mengusap wajahnya kasar.
Bastian nampak berpikir keras mencari cara agar Ingrid bisa sampai pada Alex, tapi dirinya tetap menjadi suami yang baik tanpa cela di mata Ingrid. Hingga beberapa menit kemudian Bastian memberanikan diri menghubungi Alex.
"Ada apa?" tanya Alex dengan suara ketus.
"Kamu suruh anak buah kamu untuk pura-pura menghadang mobilku, lalu menodong aku dengan pistol dan membawa Ingrid. Ingrid nggak boleh tahu kalau aku terlibat dalam hal ini. Buatlah aku dalam posisi tidak berdaya untuk melindungi Ingrid," ujar Bastian berharap Alex menyetujui usulnya.
"Okey. Tapi kalau kali ini masih gagal juga, aku akan menghajar mu habis-habisan," ancam Alex tidak main-main.
"Iya, aku mengerti," sahut Bastian membuang napas kasar.
Setelah memberitahukan lokasinya dan kemana arah tujuannya, akhirnya Bastian mengakhiri panggilan teleponnya dan kembali ke mobil dimana Ingrid masih menunggu dirinya.
"Maaf lama menunggu," ucap Bastian saat sudah duduk di kursi kemudi.
"Nggak apa-apa," sahut Ingrid tersenyum tipis.
Bastian kembali melajukan mobilnya, namun Ingrid mengernyitkan keningnya saat jalan yang mereka lewati tidak menuju ke arah rumah.
"Bas, kita mau ke mana?" tanya Ingrid.
"Kita jalan-jalan dulu," sahut Bastian tersenyum manis pada Ingrid.
"Apa tidak sebaiknya kita pulang aja?" tanya Ingrid yang enggan untuk berpergian setelah kejadian tadi. Ingrid jadi tidak mood untuk jalan-jalan seperti yang mereka rencanakan sebelumnya.
"Sebentar aja, ya?" pinta Bastian yang bagaimana pun juga harus membawa Ingrid ke tempat tujuan agar Alex bisa membawa Ingrid.
"Baiklah," sahut Ingrid yang tidak enak hati untuk menolak.
"Untung dia langsung mau, jadi aku tidak perlu mencari banyak alasan yang akan membuat dia curiga. Semoga kali ini berhasil. Aku tidak mau di hajar Alex lagi," batin Bastian menoleh pada Ingrid seraya melempar senyuman manis pada Ingrid.
Bastian terus melajukan mobilnya hingga mereka mulai melewati jalanan yang terlihat sepi. Ingrid menatap ke sekitar dan entah mengapa merasakan firasat buruk.
"Bas, kita mau kemana? Kenapa lewat jalan yang sepi seperti ini?" tanya Ingrid terlihat gelisah.
"Ke tempat yang spesial yang nggak akan pernah kamu lupakan," sahut Bastian tersenyum manis seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Ishh..genit," cetus Ingrid tersenyum memalingkan wajahnya yang memerah. Namun sedetik kemudian Ingrid kembali merasa gelisah dan khawatir seolah akan terjadi hal buruk.
Senyuman manis di bibir Bastian perlahan berganti dengan senyuman yang mirip dengan seringai saat melihat Ingrid memalingkan wajahnya.
"Ini adalah nasib sial mu. Jika kamu tidak di cintai Marcell, aku tidak akan menikahi kamu. Kalau aku tidak memiliki hutang pada Alex dan Alex tertarik sama kamu, aku tidak akan menjual mu. Dan seandainya kamu tidak di nodai Marcell malam itu, Alex tidak mungkin ingin meniduri kamu lebih dari sekali. Malam itu kamu nampak sangat menikmati percintaanmu dengan Marcell. Kamu tahu betapa bencinya aku mendengar dan melihat kalian mendapatkan pelepasan yang terlihat dan terdengar begitu nikmat? Aku ingin sekali membunuh kalian berdua saat itu juga," batin Bastian yang benar-benar merasa geram mengingat malam itu. Tangan pria itu mencengkram erat stir mobilnya.
"Tiiiiinnn..."
Bastian dan Ingrid terkejut saat melihat ada mobil di jalur mereka dan dari arah yang berlawanan dengan mereka. Mobil itu melaju dengan kencang dan membunyikan klakson panjang dengan lampu sorot mobil yang menyilaukan mata mereka.
"Bas..."
"Shiitt.."
"Cekiiitt"
Bastian mengerem mendadak, begitupun dengan mobil di depannya. Ingrid sangat terkejut dan tegang, hingga jantungnya terasa mau copot.
"Sialan! Apa mereka ingin membunuh aku? Aku menyuruh mereka menghadang ku, tapi nggak gini juga caranya," umpat Bastian dalam hati.
Pintu mobil yang berhenti di depan mobil Bastian itu nampak terbuka dan dua orang pria nampak keluar dari dalam mobil itu.
"Bas, firasatku nggak enak. Cepat mundur, Bas, kita pergi dari sini!" pinta Ingrid nampak ketakutan.
"Ba..baik," sahut Bastian berusaha memundurkan mobilnya agar Ingrid tidak curiga padanya.
Namun tiba-tiba ada mobil satu lagi yang datang dari arah berlawanan dan langsung berhenti tepat di belakang mobil Bastian.
"Grid, kita nggak bisa mundur ataupun maju," ujar Bastian menampilkan ekspresi wajah khawatir, padahal dalam hatinya merasa senang, "untung saja Alex pintar. Dengan begini, Ingrid tidak akan curiga sama aku," batin Bastian.
"Gimana ini, Bas? Ada dua orang lagi yang turun dari mobil di belakang," ujar Ingrid semakin ketakutan.
"Brakk"
"Brakk"
"Brakk"
"Cepat keluar!" teriak orang yang menggedor-gedor pintu mobil Bastian.
"Bas, jangan keluar. Aku takut," ucap Ingrid seraya memeluk lengan Bastian.
Sedangkan Bastian melihat sekitar. "Tapi kita nggak bisa kemana-mana lagi, Grid. Sebaiknya aku keluar dan bertanya pada mereka apa mau mereka. Kamu diam saja di dalam mobil," ujar Bastian, sedangkan orang di luar mobil terus menggedor-gedor pintu mobil Bastian.
"A..aku akan lapor polisi saja," ucap Ingrid melepaskan pegangan tangannya di lengan Bastian, lalu mengambil handphonenya dari sling bag-nya dengan tangan tremor.
"Mampus! Kenapa Ingrid malah mau menelpon polisi? Gimana ini? Aku nggak mungkin mencegah dia," batin Bastian.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Mr.VANO
duuhh,,ingrit lo tolol bangat sih
2024-06-06
4
Uyhull01
cinta memang buta ya, gak bisa melihat mna tng baik mana yang enggak,,
2024-06-06
2
Susetiyanti RoroSuli
aku mendukung telpon pak pol aja , biar mendapat oerlindungan ya Grid
2024-05-31
2