16. Di Hadang

Bastian mengendarai mobilnya meninggalkan kafe milik Marcell. Pria itu melirik ekspresi wajah Ingrid yang terlihat bad mood.

"Setelah aku kembali dari toilet tadi, kamu udah nggak ada di meja tempat kita makan tadi. Aku tanya sama waiters, katanya kamu keluar sama seorang wanita. Terus aku hubungi kamu beberapa kali juga nggak kamu angkat. Kenapa kamu tadi bisa di bawa dua orang pria itu?" tanya Bastian berusaha membuat Ingrid percaya bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang kejadian tadi.

"Tadi wanita yang menghampiri aku mengatakan, kalau ada yang nggak sengaja nabrak mobil kamu. Dia mengajak aku untuk memeriksanya. Tapi setelah hampir sampai di mobil kamu, dia meninggalkan aku begitu saja. Akhirnya aku memutuskan untuk memeriksa mobil kamu sendiri. Ternyata mobil kamu baik-baik saja. Lalu ada dua orang pria yang tiba-tiba muncul dan salah satunya menodongkan pisau ke perutku dan memaksa aku ikut sama mereka. Saat kami sudah tiba di mobil, tiba-tiba dia muncul dan aku di kunci di dalam mobil. Dia berkelahi dengan mereka, lalu mengeluarkan aku dari mobil, terus kamu datang," jelas Ingrid yang bahkan enggan untuk menyebut nama Marcell.

"Ternyata dia menggunakan trik seperti itu," sahut Bastian lalu menatap layar ponselnya yang menyala dan terlihat ada panggilan masuk.

"Alex? Dia pasti marah lagi karena rencananya gagal. Dia pasti bakal menghajar aku lagi," batin Bastian yang langsung mengambil handphonenya dari dasbor mobil agar Ingrid tidak melihat siapa yang menghubungi dirinya.

Bastian jadi gelisah, karena Alex terus menghubungi dirinya. Ingrid pun menatap Bastian yang terlihat gelisah itu.

"Bas, ada apa? Kok, kamu kayak nggak nyaman gitu?' tanya Ingrid nampak khawatir.

"Kita berhenti dulu di depan, ya? Aku sakit perut," sahut Bastian beralasan agar bisa menerima telepon dari Alex tanpa diketahui Ingrid.

"Ah, iya," sahut Ingrid.

Bastian menepikan mobilnya di SPBU, lalu bergegas turun dari mobil menuju toilet. Sedangkan Ingrid memeriksa handphonenya dan melihat banyak panggilan masuk dari Bastian di jam dirinya di culik tadi. Hal itu pun membuat Ingrid semakin percaya kalau yang dikatakan Bastian benar, bahwa Marcell lah yang membuat skenario penculikan dirinya tadi. Apalagi jika mengingat pengakuan pria yang menculik dirinya tadi.

Di toilet, Bastian menerima panggilan dari Alex dan suara Alex pun langsung menyapa pendengaran Bastian.

" Kamu ingin bermain-main denganku?" tanya Alex terdengar menahan amarah.

"Ini di luar rencana, Lex. Anak itu tiba-tiba datang dan mengacaukan segalanya," sahut Bastian yang merasa ketakutan mengingat bagaimana kalau Alex marah.

"Pokonya malam ini juga aku ingin wanita itu ada di atas ranjang ku!" ucap Alex terdengar dingin.

"Aku nggak mungkin mengantarkan dia saat kamu, Lex," sahut Bastian terlihat frustrasi.

"Aku tidak mau tahu. Bagaimana pun caranya, malam ini wanita itu harus berada di atas ranjangku,"

"Lex.."

Bastian tidak melanjutkan kata-katanya saat mendengar suara sambungan telepon yang sudah di akhiri.

"Shiitt! Bagaimana ini?" gumam Bastian mengusap wajahnya kasar.

Bastian nampak berpikir keras mencari cara agar Ingrid bisa sampai pada Alex, tapi dirinya tetap menjadi suami yang baik tanpa cela di mata Ingrid. Hingga beberapa menit kemudian Bastian memberanikan diri menghubungi Alex.

"Ada apa?" tanya Alex dengan suara ketus.

"Kamu suruh anak buah kamu untuk pura-pura menghadang mobilku, lalu menodong aku dengan pistol dan membawa Ingrid. Ingrid nggak boleh tahu kalau aku terlibat dalam hal ini. Buatlah aku dalam posisi tidak berdaya untuk melindungi Ingrid," ujar Bastian berharap Alex menyetujui usulnya.

"Okey. Tapi kalau kali ini masih gagal juga, aku akan menghajar mu habis-habisan," ancam Alex tidak main-main.

"Iya, aku mengerti," sahut Bastian membuang napas kasar.

Setelah memberitahukan lokasinya dan kemana arah tujuannya, akhirnya Bastian mengakhiri panggilan teleponnya dan kembali ke mobil dimana Ingrid masih menunggu dirinya.

"Maaf lama menunggu," ucap Bastian saat sudah duduk di kursi kemudi.

"Nggak apa-apa," sahut Ingrid tersenyum tipis.

Bastian kembali melajukan mobilnya, namun Ingrid mengernyitkan keningnya saat jalan yang mereka lewati tidak menuju ke arah rumah.

"Bas, kita mau ke mana?" tanya Ingrid.

"Kita jalan-jalan dulu," sahut Bastian tersenyum manis pada Ingrid.

"Apa tidak sebaiknya kita pulang aja?" tanya Ingrid yang enggan untuk berpergian setelah kejadian tadi. Ingrid jadi tidak mood untuk jalan-jalan seperti yang mereka rencanakan sebelumnya.

"Sebentar aja, ya?" pinta Bastian yang bagaimana pun juga harus membawa Ingrid ke tempat tujuan agar Alex bisa membawa Ingrid.

"Baiklah," sahut Ingrid yang tidak enak hati untuk menolak.

"Untung dia langsung mau, jadi aku tidak perlu mencari banyak alasan yang akan membuat dia curiga. Semoga kali ini berhasil. Aku tidak mau di hajar Alex lagi," batin Bastian menoleh pada Ingrid seraya melempar senyuman manis pada Ingrid.

Bastian terus melajukan mobilnya hingga mereka mulai melewati jalanan yang terlihat sepi. Ingrid menatap ke sekitar dan entah mengapa merasakan firasat buruk.

"Bas, kita mau kemana? Kenapa lewat jalan yang sepi seperti ini?" tanya Ingrid terlihat gelisah.

"Ke tempat yang spesial yang nggak akan pernah kamu lupakan," sahut Bastian tersenyum manis seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Ishh..genit," cetus Ingrid tersenyum memalingkan wajahnya yang memerah. Namun sedetik kemudian Ingrid kembali merasa gelisah dan khawatir seolah akan terjadi hal buruk.

Senyuman manis di bibir Bastian perlahan berganti dengan senyuman yang mirip dengan seringai saat melihat Ingrid memalingkan wajahnya.

"Ini adalah nasib sial mu. Jika kamu tidak di cintai Marcell, aku tidak akan menikahi kamu. Kalau aku tidak memiliki hutang pada Alex dan Alex tertarik sama kamu, aku tidak akan menjual mu. Dan seandainya kamu tidak di nodai Marcell malam itu, Alex tidak mungkin ingin meniduri kamu lebih dari sekali. Malam itu kamu nampak sangat menikmati percintaanmu dengan Marcell. Kamu tahu betapa bencinya aku mendengar dan melihat kalian mendapatkan pelepasan yang terlihat dan terdengar begitu nikmat? Aku ingin sekali membunuh kalian berdua saat itu juga," batin Bastian yang benar-benar merasa geram mengingat malam itu. Tangan pria itu mencengkram erat stir mobilnya.

"Tiiiiinnn..."

Bastian dan Ingrid terkejut saat melihat ada mobil di jalur mereka dan dari arah yang berlawanan dengan mereka. Mobil itu melaju dengan kencang dan membunyikan klakson panjang dengan lampu sorot mobil yang menyilaukan mata mereka.

"Bas..."

"Shiitt.."

"Cekiiitt"

Bastian mengerem mendadak, begitupun dengan mobil di depannya. Ingrid sangat terkejut dan tegang, hingga jantungnya terasa mau copot.

"Sialan! Apa mereka ingin membunuh aku? Aku menyuruh mereka menghadang ku, tapi nggak gini juga caranya," umpat Bastian dalam hati.

Pintu mobil yang berhenti di depan mobil Bastian itu nampak terbuka dan dua orang pria nampak keluar dari dalam mobil itu.

"Bas, firasatku nggak enak. Cepat mundur, Bas, kita pergi dari sini!" pinta Ingrid nampak ketakutan.

"Ba..baik," sahut Bastian berusaha memundurkan mobilnya agar Ingrid tidak curiga padanya.

Namun tiba-tiba ada mobil satu lagi yang datang dari arah berlawanan dan langsung berhenti tepat di belakang mobil Bastian.

"Grid, kita nggak bisa mundur ataupun maju," ujar Bastian menampilkan ekspresi wajah khawatir, padahal dalam hatinya merasa senang, "untung saja Alex pintar. Dengan begini, Ingrid tidak akan curiga sama aku," batin Bastian.

"Gimana ini, Bas? Ada dua orang lagi yang turun dari mobil di belakang," ujar Ingrid semakin ketakutan.

"Brakk"

"Brakk"

"Brakk"

"Cepat keluar!" teriak orang yang menggedor-gedor pintu mobil Bastian.

"Bas, jangan keluar. Aku takut," ucap Ingrid seraya memeluk lengan Bastian.

Sedangkan Bastian melihat sekitar. "Tapi kita nggak bisa kemana-mana lagi, Grid. Sebaiknya aku keluar dan bertanya pada mereka apa mau mereka. Kamu diam saja di dalam mobil," ujar Bastian, sedangkan orang di luar mobil terus menggedor-gedor pintu mobil Bastian.

"A..aku akan lapor polisi saja," ucap Ingrid melepaskan pegangan tangannya di lengan Bastian, lalu mengambil handphonenya dari sling bag-nya dengan tangan tremor.

"Mampus! Kenapa Ingrid malah mau menelpon polisi? Gimana ini? Aku nggak mungkin mencegah dia," batin Bastian.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

duuhh,,ingrit lo tolol bangat sih

2024-06-06

4

Uyhull01

Uyhull01

cinta memang buta ya, gak bisa melihat mna tng baik mana yang enggak,,

2024-06-06

2

Susetiyanti RoroSuli

Susetiyanti RoroSuli

aku mendukung telpon pak pol aja , biar mendapat oerlindungan ya Grid

2024-05-31

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!