Alex nampak kesakitan karena luka di kepalanya. Sedangkan Ingrid tergeletak pingsan di lantai dengan kepala yang berdarah.
"Akkhh.."
"Tang"
Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, orang misterius itupun mematahkan tangan Alex yang masih memegang katana, karena tangan Alex sebelahnya masih memegang kepalanya yang berdarah karena pukulan Ingrid tadi. Katana di tangan Alex pun terlepas dan jatuh di lantai.
Orang misterius itu kembali menyerang Alex. Namun kali ini Alex tidak bisa melawan seperti tadi lagi, karena tangannya sudah di patahkan orang misterius itu dan kepalanya juga terluka serta mengeluarkan darah. Akhirnya Alex terkapar tidak berdaya setelah di hajar habis-habisan oleh orang misterius itu.
Orang misterius itu merobek ujung sprei yang di pakai Ingrid untuk membalut dada dan lengannya yang berdarah.
Pria misterius itu menggendong Ingrid keluar dari kamar itu meskipun lengan dan dadanya masih mengeluarkan berdarah. Di luar kamar itu, dua orang yang berpakaian sama dengan orang misterius itu juga baru selesai menghajar dua orang yang tadi menculik Ingrid.
"Kami menemukan sling bag Ingrid," ucap salah seorang teman orang itu.
"Kalungkan di leher ku!" pinta orang misterius itu dan temannya itu pun mengalungkan sling bag milik Ingrid pada leher orang misterius itu.
"Kita pergi!" ucap orang misterius itu pada kedua orang temannya.
Orang misterius itu membawa Ingrid yang masih pingsan masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Sedangkan kedua temannya mengendarai motor mengikuti mobil pria misterius itu dari belakang.
*
Di sisi lain, Bastian masih berada di dalam mobilnya. Setelah anak buah Alex pergi tadi, Bastian memilih mengistirahatkan tubuhnya di dalam mobil. Bastian merasa tubuhnya remuk redam dan lemas setelah di hajar anak buah Alex tadi, hingga akhirnya Bastian malah tertidur di dalam mobil.
"Sstt..aku ketiduran. Jam berapa sekarang?" gumam Bastian mendesis kesakitan, kemudian melihat jam di pergelangan tangannya.
Bastian terkejut saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pria itu kemudian melihat wajahnya di layar handphonenya.
"Anak buah Alex benar-benar keterlaluan. Mereka menghajar aku hingga bibirku pecah dan hidungku berdarah. Dengan entengnya mengatakan agar aktingku terlihat natural. Dasar brengseek!" gerutu Bastian seraya mengambil tisu basah untuk mengelap darah yang keluar dari bibir dan hidungnya yang sudah mengering.
"Sstt.. sakit sekali," desis Bastian saat membersihkan darah di bibirnya. Bibir dan hidung Bastian nampak bengkak.
"Sepertinya aku harus ke rumah sakit," gumam Bastian, lalu melajukan mobilnya menuju rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya
"Dasar Alex sialan! Dia sengaja menyuruh anak buahnya menghajar aku sampai aku babak belur seperti ini. Dan apa katanya tadi? Dia ingin menyekap Ingrid selama tiga hari atau satu minggu sampai dia puas? Dan aku harus menyerahkan Ingrid padanya saat dia ingin meniduri Ingrid? Alex sialan!" umpat Bastian yang benar-benar merasa sangat kesal pada Alex.
*
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam saat sebuah mobil berhenti di depan rumah Budi. Pengemudi yang tidak lain adalah orang yang berpakaian serba hitam dan memakai masker itu membuka pintu mobil bagian penumpang di samping kursi pengemudi, lalu menggendong Ingrid keluar dari mobil itu. Orang itu mengetuk pintu rumah Budi beberapa kali.
"Siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini?" batin Budi yang terbangun karena suara ketukan pintu.
"Yah.." panggil Ani yang juga terbangun. Wanita paruh baya itu nampak takut mendengar suara ketukan pintu itu setelah melihat jam di dinding menunjukkan pukul dua belas malam.
"Bunda di kamar saja. Biar ayah lihat siapa yang mengetuk pintu," ujar Budi seraya membawa tongkat untuk bersiap-siap jika ada orang yang bermaksud jahat.
Budi mengintip dari jendela ruang tamu untuk melihat siapa orang yang ada di depan pintunya. Namun Budi tidak bisa melihat wajah orang yang berpakaian serba hitam dan memakai tudung Hoodie itu. Budi mengernyitkan keningnya saat melihat orang itu seperti sedang menggendong seseorang yang nampak berpakaian berwarna putih.
"Ini bukan genderuwo yang sedang menggendong Kunti, 'kan?" gumam Budi bergidik ngeri dengan bulu kuduk yang tiba-tiba berdiri.
Karena orang di depan pintu itu terus mengetuk pintu, mau tak mau Budi pun membuka pintu itu.
"Ka..kamu... Ingrid.." Budi nampak terkejut saat membuka pintu rumahnya dan melihat orang berpakaian serba hitam serta memakai masker berdiri di depan pintu rumahnya. Budi semakin terkejut saat melihat Ingrid berada dalam gendongan orang itu.
"Saya hanya mengantar Ingrid pulang. Dia terluka," ucap orang itu seraya memberikan Ingrid pada Budi.
Budi masih kebingungan, tapi tangannya terulur menerima Ingrid dan spontan menjatuhkan tongkat yang dipegangnya. Pria misterius itu meletakkan sling bag Ingrid di atas tubuh Ingrid.
"Bastian bukan orang yang baik. Saya permisi," ucap orang itu, mendesis seraya memegang dadanya lalu berbalik pergi.
"Tunggu! Siapa kamu?" tanya Budi, hendak mengejar orang itu, tapi tidak bisa karena dirinya sedang menggendong Ingrid.
Orang itu tidak menjawab ataupun menoleh, apalagi berhenti. Orang itu meninggalkan rumah Budi dan masuk ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian mobil orang misterius itu pun melaju meninggalkan rumah Budi.
"Dia..dia..apa dia orang yang mengantar Ingrid ke rumah sakit waktu itu? Dada dan lengannya terluka," gumam Budi masih terpaku di depan pintu menggendong Ingrid.
"A..ayah.." panggil Ani dari dalam rumah dengan nada suara yang terdengar takut.
Budi yang mendengar istrinya memanggil dirinya pun terhenyak dari lamunannya, lalu membalikkan tubuhnya.
"Ingrid? Yah, kenapa Ingrid? Apa yang terjadi?" tanya Ani terdengar panik saat melihat Ingrid dalam gendongan suaminya dalam keadaan terluka dan tubuhnya dibalut sprei.
"Ayah juga nggak tahu, Bun. Tutup dulu pintunya, Bun," ujar Budi, kemudian membawa Ingrid ke dalam kamar Ingrid.
Setelah menutup dan mengunci pintu, Ani pun bergegas menyusul suaminya. Budi membaringkan Ingrid di atas ranjang dengan perasaan yang tidak menentu karena melihat kondisi putrinya yang sudah jelas tidak baik-baik saja.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Ingrid, Yah? Kenapa dia seperti ini?" tanya Ani yang jadi panik melihat kondisi putrinya.
"Ibu pakaikan pakaian dulu pada Ingrid," ujar Budi yang bisa menduga bahwa putrinya tidak memakai pakaian. Budi pun keluar dari kamar putrinya itu.
Dengan cepat Ani mengambil daster, lalu memakaikan daster itu pada Ingrid. Sedangkan Budi kembali lagi ke dalam kamar itu seraya membawa obat untuk luka Ingrid.
"Bun, apa Ingrid.." Budi nampak ragu melanjutkan kata-katanya.
"Sepertinya Ingrid hendak di lecehkan, Yah. Tapi tidak berhasil. Ada luka bekas cakaran di dada dan punggung Ingrid. Dan kepalanya sepertinya terbentur sesuatu. Berikan kotak obatnya, Yah! Bunda akan membersihkan lukanya dan mengobatinya," pinta Ani yang merasa prihatin pada putrinya.
"Orang misterius itu yang mengantarkan Ingrid pulang, Bun. Ayah lihat dia juga terluka di lengan dan dadanya. Ayah tidak sempat bertanya karena masih terkejut. Dan orang itu sepertinya juga menahan sakit. Dia memegang dadanya yang berdarah saat hendak pergi tadi," ujar Budi membuat Ani terkejut.
"Orang itu? Siapa sebenarnya orang itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi pada Ingrid dan orang itu?" gumam Ani yang benar-benar merasa penasaran.
"Kita tanya saja pada Ingrid saat dia sadar nanti. Mungkin Ingrid bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi," sahut Budi menghela napas panjang, lalu memeriksa isi sling bag Ingrid. Budi melihat handphone Ingrid, tapi tidak melihat panggilan masuk ataupun pesan di handphone Ingrid.
Ani membersihkan luka Ingrid dan mengobatinya. Sesaat setelah Ani selesai mengobati luka Ingrid, Ingrid pun sadar.
Ingrid berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
"Akhirnya kamu sadar juga," ucap Ani merasa lega seraya mengusap lembut kepala Ingrid.
"Bunda.. Ayah..." Ingrid memeluk Ani dan langsung menangis. Ingrid merasa sangat lega saat menyadari dirinya sudah berada di rumah kedua orang tuanya.
"Grid, katakan apa yang telah terjadi sama kamu," pinta Budi yang benar-benar penasaran.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Fareza Gmail.Com
hais.. sejak kapan ada kunti gendongan ma wowo pak budi
2024-12-10
1
guntur 1609
pasti marcel orgnya
2024-07-31
0
He Can
pasti suatu saat ingrid sadar waktu liat bekas luka di dada marcell mungkin ya
2024-06-21
5