19. Mengantar Pulang

Alex nampak kesakitan karena luka di kepalanya. Sedangkan Ingrid tergeletak pingsan di lantai dengan kepala yang berdarah.

"Akkhh.."

"Tang"

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, orang misterius itupun mematahkan tangan Alex yang masih memegang katana, karena tangan Alex sebelahnya masih memegang kepalanya yang berdarah karena pukulan Ingrid tadi. Katana di tangan Alex pun terlepas dan jatuh di lantai.

Orang misterius itu kembali menyerang Alex. Namun kali ini Alex tidak bisa melawan seperti tadi lagi, karena tangannya sudah di patahkan orang misterius itu dan kepalanya juga terluka serta mengeluarkan darah. Akhirnya Alex terkapar tidak berdaya setelah di hajar habis-habisan oleh orang misterius itu.

Orang misterius itu merobek ujung sprei yang di pakai Ingrid untuk membalut dada dan lengannya yang berdarah.

Pria misterius itu menggendong Ingrid keluar dari kamar itu meskipun lengan dan dadanya masih mengeluarkan berdarah. Di luar kamar itu, dua orang yang berpakaian sama dengan orang misterius itu juga baru selesai menghajar dua orang yang tadi menculik Ingrid.

"Kami menemukan sling bag Ingrid," ucap salah seorang teman orang itu.

"Kalungkan di leher ku!" pinta orang misterius itu dan temannya itu pun mengalungkan sling bag milik Ingrid pada leher orang misterius itu.

"Kita pergi!" ucap orang misterius itu pada kedua orang temannya.

Orang misterius itu membawa Ingrid yang masih pingsan masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Sedangkan kedua temannya mengendarai motor mengikuti mobil pria misterius itu dari belakang.

*

Di sisi lain, Bastian masih berada di dalam mobilnya. Setelah anak buah Alex pergi tadi, Bastian memilih mengistirahatkan tubuhnya di dalam mobil. Bastian merasa tubuhnya remuk redam dan lemas setelah di hajar anak buah Alex tadi, hingga akhirnya Bastian malah tertidur di dalam mobil.

"Sstt..aku ketiduran. Jam berapa sekarang?" gumam Bastian mendesis kesakitan, kemudian melihat jam di pergelangan tangannya.

Bastian terkejut saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pria itu kemudian melihat wajahnya di layar handphonenya.

"Anak buah Alex benar-benar keterlaluan. Mereka menghajar aku hingga bibirku pecah dan hidungku berdarah. Dengan entengnya mengatakan agar aktingku terlihat natural. Dasar brengseek!" gerutu Bastian seraya mengambil tisu basah untuk mengelap darah yang keluar dari bibir dan hidungnya yang sudah mengering.

"Sstt.. sakit sekali," desis Bastian saat membersihkan darah di bibirnya. Bibir dan hidung Bastian nampak bengkak.

"Sepertinya aku harus ke rumah sakit," gumam Bastian, lalu melajukan mobilnya menuju rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya

"Dasar Alex sialan! Dia sengaja menyuruh anak buahnya menghajar aku sampai aku babak belur seperti ini. Dan apa katanya tadi? Dia ingin menyekap Ingrid selama tiga hari atau satu minggu sampai dia puas? Dan aku harus menyerahkan Ingrid padanya saat dia ingin meniduri Ingrid? Alex sialan!" umpat Bastian yang benar-benar merasa sangat kesal pada Alex.

*

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam saat sebuah mobil berhenti di depan rumah Budi. Pengemudi yang tidak lain adalah orang yang berpakaian serba hitam dan memakai masker itu membuka pintu mobil bagian penumpang di samping kursi pengemudi, lalu menggendong Ingrid keluar dari mobil itu. Orang itu mengetuk pintu rumah Budi beberapa kali.

"Siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini?" batin Budi yang terbangun karena suara ketukan pintu.

"Yah.." panggil Ani yang juga terbangun. Wanita paruh baya itu nampak takut mendengar suara ketukan pintu itu setelah melihat jam di dinding menunjukkan pukul dua belas malam.

"Bunda di kamar saja. Biar ayah lihat siapa yang mengetuk pintu," ujar Budi seraya membawa tongkat untuk bersiap-siap jika ada orang yang bermaksud jahat.

Budi mengintip dari jendela ruang tamu untuk melihat siapa orang yang ada di depan pintunya. Namun Budi tidak bisa melihat wajah orang yang berpakaian serba hitam dan memakai tudung Hoodie itu. Budi mengernyitkan keningnya saat melihat orang itu seperti sedang menggendong seseorang yang nampak berpakaian berwarna putih.

"Ini bukan genderuwo yang sedang menggendong Kunti, 'kan?" gumam Budi bergidik ngeri dengan bulu kuduk yang tiba-tiba berdiri.

Karena orang di depan pintu itu terus mengetuk pintu, mau tak mau Budi pun membuka pintu itu.

"Ka..kamu... Ingrid.." Budi nampak terkejut saat membuka pintu rumahnya dan melihat orang berpakaian serba hitam serta memakai masker berdiri di depan pintu rumahnya. Budi semakin terkejut saat melihat Ingrid berada dalam gendongan orang itu.

"Saya hanya mengantar Ingrid pulang. Dia terluka," ucap orang itu seraya memberikan Ingrid pada Budi.

Budi masih kebingungan, tapi tangannya terulur menerima Ingrid dan spontan menjatuhkan tongkat yang dipegangnya. Pria misterius itu meletakkan sling bag Ingrid di atas tubuh Ingrid.

"Bastian bukan orang yang baik. Saya permisi," ucap orang itu, mendesis seraya memegang dadanya lalu berbalik pergi.

"Tunggu! Siapa kamu?" tanya Budi, hendak mengejar orang itu, tapi tidak bisa karena dirinya sedang menggendong Ingrid.

Orang itu tidak menjawab ataupun menoleh, apalagi berhenti. Orang itu meninggalkan rumah Budi dan masuk ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian mobil orang misterius itu pun melaju meninggalkan rumah Budi.

"Dia..dia..apa dia orang yang mengantar Ingrid ke rumah sakit waktu itu? Dada dan lengannya terluka," gumam Budi masih terpaku di depan pintu menggendong Ingrid.

"A..ayah.." panggil Ani dari dalam rumah dengan nada suara yang terdengar takut.

Budi yang mendengar istrinya memanggil dirinya pun terhenyak dari lamunannya, lalu membalikkan tubuhnya.

"Ingrid? Yah, kenapa Ingrid? Apa yang terjadi?" tanya Ani terdengar panik saat melihat Ingrid dalam gendongan suaminya dalam keadaan terluka dan tubuhnya dibalut sprei.

"Ayah juga nggak tahu, Bun. Tutup dulu pintunya, Bun," ujar Budi, kemudian membawa Ingrid ke dalam kamar Ingrid.

Setelah menutup dan mengunci pintu, Ani pun bergegas menyusul suaminya. Budi membaringkan Ingrid di atas ranjang dengan perasaan yang tidak menentu karena melihat kondisi putrinya yang sudah jelas tidak baik-baik saja.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Ingrid, Yah? Kenapa dia seperti ini?" tanya Ani yang jadi panik melihat kondisi putrinya.

"Ibu pakaikan pakaian dulu pada Ingrid," ujar Budi yang bisa menduga bahwa putrinya tidak memakai pakaian. Budi pun keluar dari kamar putrinya itu.

Dengan cepat Ani mengambil daster, lalu memakaikan daster itu pada Ingrid. Sedangkan Budi kembali lagi ke dalam kamar itu seraya membawa obat untuk luka Ingrid.

"Bun, apa Ingrid.." Budi nampak ragu melanjutkan kata-katanya.

"Sepertinya Ingrid hendak di lecehkan, Yah. Tapi tidak berhasil. Ada luka bekas cakaran di dada dan punggung Ingrid. Dan kepalanya sepertinya terbentur sesuatu. Berikan kotak obatnya, Yah! Bunda akan membersihkan lukanya dan mengobatinya," pinta Ani yang merasa prihatin pada putrinya.

"Orang misterius itu yang mengantarkan Ingrid pulang, Bun. Ayah lihat dia juga terluka di lengan dan dadanya. Ayah tidak sempat bertanya karena masih terkejut. Dan orang itu sepertinya juga menahan sakit. Dia memegang dadanya yang berdarah saat hendak pergi tadi," ujar Budi membuat Ani terkejut.

"Orang itu? Siapa sebenarnya orang itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi pada Ingrid dan orang itu?" gumam Ani yang benar-benar merasa penasaran.

"Kita tanya saja pada Ingrid saat dia sadar nanti. Mungkin Ingrid bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi," sahut Budi menghela napas panjang, lalu memeriksa isi sling bag Ingrid. Budi melihat handphone Ingrid, tapi tidak melihat panggilan masuk ataupun pesan di handphone Ingrid.

Ani membersihkan luka Ingrid dan mengobatinya. Sesaat setelah Ani selesai mengobati luka Ingrid, Ingrid pun sadar.

Ingrid berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

"Akhirnya kamu sadar juga," ucap Ani merasa lega seraya mengusap lembut kepala Ingrid.

"Bunda.. Ayah..." Ingrid memeluk Ani dan langsung menangis. Ingrid merasa sangat lega saat menyadari dirinya sudah berada di rumah kedua orang tuanya.

"Grid, katakan apa yang telah terjadi sama kamu," pinta Budi yang benar-benar penasaran.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Fareza Gmail.Com

Fareza Gmail.Com

hais.. sejak kapan ada kunti gendongan ma wowo pak budi

2024-12-10

1

guntur 1609

guntur 1609

pasti marcel orgnya

2024-07-31

0

He Can

He Can

pasti suatu saat ingrid sadar waktu liat bekas luka di dada marcell mungkin ya

2024-06-21

5

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!