4. Sama Brengseeknya

Marcell melajukan motor sport kesayangannya ke sebuah kafe. Setelah tiba di kafe tempat tujuannya, pemuda itu masuk ke dalam ruangan khusus di dalam kafe itu, lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di dalam ruangan itu.

"Lu kenapa, Cell? Kok muka lu babak belur gitu? Geng mana yang berani mengeroyok lu?" tanya Dandy, salah satu sahabat Marcell yang baru masuk ke dalam ruangan itu.

Dandy tahu kalau Marcell jago beladiri, jadi tidak mungkin akan babak belur jika tidak di keroyok banyak orang,

"Nggak usah di bahas," sahut Marcell membuang napas kasar.

"Lu lagi ada masalah apa? Kelihatannya berat banget. Muka lu dah macam benang yang di acak-acak. RUWET!" celetuk Dandy menghela napas panjang.

Marcell hanya terdiam tanpa menanggapi perkataan Dandy. Pemuda itu berulang kali menghela napas panjang seraya menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan yang terlihat sedih dan kecewa.

"Kalau ada masalah cerita, bro! Meskipun kita tidak dilahirkan dari rahim yang sama dan bukan berasal dari bibit yang sama, tapi gua sudah anggap lu saudara. Susah senang kira sama-sama. Saling mendukung dan saling membantu dalam suka dan duka," ujar Dandy yang melihat Marcell tidak baik-baik saja.

"Thanks. Tapi ini masalah pribadi gua. Gua nggak bisa cerita sama elu," sahut Marcell kembali menghela napas panjang.

"Okey. It's okey. Gua hargai privasi lu. Tapi jangan pernah sungkan dan ragu kalau lu butuh bantuan atau teman curhat. Gua selalu siap," ujar Dandy bersungguh-sungguh.

"Hum," sahut Marcell seraya memijit pelipisnya sendiri.

Akhirnya Dandy pun meninggalkan Marcell sendirian. Marcell kembali menghelat napas panjang, kemudian menghubungi seseorang.

*

Di sebuah rumah sakit nampak seorang wanita paruh baya dan seorang pria paruh baya berjalan cepat di koridor rumah sakit. Dua orang itu adalah Budi dan Ani, yaitu orang tua Ingrid.

Sepasang suami-isteri itu masuk ke dalam ruangan Ingrid dirawat dan melihat Ingrid yang masih belum sadar. Jarum infus nampak menancap di punggung tangan Ingrid. Sepasang suami-isteri itu nampak terkejut melihat kondisi Ingrid. Budi mengepalkan kedua tangannya dengan aura wajah yang terlihat suram.

"Ingrid, apa yang terjadi, Nak? Kenapa jadi seperti ini?" ucap Ani yang menitikkan air mata melihat kulit Ingrid penuh dengan luka lecet. Bibir putrinya itu nampak kering dan pecah-pecah. Matanya bengkak dan wajahnya pucat pasi, "ayah, apa yang telah Bastian lakukan pada putri kita? Kenapa putri kita sampai seperti ini?" tanya Ani seraya mengusap air matanya yang terus menetes.

"Ayah akan menghubungi Bastian dan Hugo" ujar Budi nampak emosi melihat kondisi putri satu-satunya yang mengenaskan itu.

Budi melangkah ke luar dari ruangan itu, lalu menghubungi Bastian, tapi nomor Bastian malah tidak aktif. Lalu Budi memutuskan menghubungi Hugo. Sudah beberapa kali Budi melakukan panggilan, namun Hugo belum menjawab juga.

"Halo, Pak," sahut Hugo dari sambungan telepon setelah ke sekian kalinya Budi menghubungi.

"Pak Hugo, kenapa keadaan putri saya sampai seperti ini? Apa yang dilakukan putra Anda pada putri saya? Di mana putra Anda? Kenapa dia tidak ada di rumah sakit menjaga putri saya?" tanya Budi terdengar menahan emosi.

"Ru.. rumah sakit? Apa yang terjadi dengan Ingrid?" tanya Hugo yang belum tahu tentang kabar Ingrid.

"Anda bisa lihat sendiri di rumah sakit. Lihatlah apa yang terjadi pada putri kami! Belum genap dua puluh empat jam kami menyerahkan putri kami pada kalian, tapi keadaan putri kami sudah seperti ini. Saya menuntut penjelasan dari kalian. Terutama dari Bastian," tandas Budi dengan suara dingin.

"Tolong kirimkan alamat rumah sakitnya. Kami akan segera ke sana," sahut Hugo panik.

Budi menggenggam erat handphonenya menahan emosi dalam hatinya. Ayah yang mana yang tidak emosi melihat putrinya tergolek tidak berdaya dengan kondisi mengenaskan seperti Ingrid?

Padahal baru kemarin putrinya menikah dan terlihat sangat bahagia. Tidak di sangka pagi ini pihak rumah sakit tiba-tiba menghubungi dirinya mengatakan Ingrid sedang di rawat di rumah sakit. Dan yang membuat Budi benar-benar tersulut emosi adalah karena tidak ada satupun dari keluarga Hugo yang menjaga putrinya.

Setelah empat puluh lima menit berlalu, akhirnya Hugo tiba juga di rumah sakit. Hugo sangat terkejut saat melihat kondisi Ingrid. Pria paruh baya itu benar-benar tidak menyangka kalau kondisi Ingrid sampai seperti ini.

Agar tidak menganggu Ingrid yang masih dalam perawatan dan belum sadar, Hugo dan Budi bicara di tempat yang sepi yang ada di area rumah sakit itu.

"Mana putra Anda? Dimana tangung jawabnya sebagai seorang suami? Dan suami macam apa yang memperlakukan istrinya seperti itu? Saya tidak menyerahkan putri saya untuk dianiaya seperti ini. Meskipun saya bukan orang kaya dan hanya hidup pas-pasan, tapi bukan berarti Anda dan keluarga Anda bisa menganiaya putri saya seperti ini,. Saya akan melaporkan kejadian ini pada polisi," ujar Budi yang tidak terima putrinya diperlakukan seperti ini.

Bagaimana Budi tidak semakin emosi dan merasa tidak dihargai, kalau pemuda yang baru menjadi menantunya sampai saat ini belum juga muncul. Sedangkan kondisi putrinya tidak baik-baik saja.

Hugo terkejut mendengar Budi membawa-bawa nama polisi. Nama baik keluarganya akan tercemar, jika kasus ini di bawa ke ranah hukum.

"Pak, saya mohon, jangan lakukan itu. Tolong jangan bawa masalah ini ke polisi. Kita bisa membicarakan hal ini secara baik-baik. Saya sendiri merasa sangat terpukul dengan kejadian ini. Semua ini adalah salah saya yang tidak bisa mendidik putra-putra saya dengan baik, hingga hal ini terjadi," ucap Hugo penuh penyesalan.

"Apa maksud bapak?" tanya Budi yang merasa aneh dengan kalimat terakhir yang dikatakan oleh Hugo.

Hugo menghela napas panjang berusaha menyusun kata-kata yang mungkin tidak akan membuat Budi semakin emosi.

Dengan perasaan malu dan penuh sesal, akhirnya Hugo pun menceritakan tentang apa yang telah terjadi semalam. Budi yang mendengar semua cerita Hugo pun sangat terkejut. Bahkan untuk beberapa saat Budi tidak bisa berkata-kata. Beberapa kali pria paruh baya itu menghela napas kasar, mendongak seraya memejamkan mata, lalu membuang napas kasar.

"Saya benar-benar tidak menyangka putra Anda melakukan hal seperti ini. Tidak tahu adab," sarkas Budi yang benar-benar kecewa, emosi, merasa terhina dan diinjak-injak harga dirinya.

"Saya sendiri tidak pernah menyangka akan terjadi hal seperti ini, Pak. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Apapun keputusan bapak akan saya terima, tapi saya mohon agar masalah ini di selesaikan secara baik-baik," pinta Hugo penuh harap.

"Bagaimana saya bisa memberi keputusan dan bagaimana kita bisa bicara baik-baik, jika kedua putra Anda saja tidak ada itikad baik untuk meminta maaf? Jangankan merawat putri saya yang tergolek tidak berdaya dan meminta maaf pada kami, bahkan datang ke sini saja tidak. Apa kalian pikir putri saya itu barang tak berharga? Saya benar-benar kecewa dengan bapak dan kedua putra bapak," tukas Budi yang merasa kesabarannya benar-benar di uji.

"Saya sudah menghubungi Bastian, tapi nomornya tidak aktif. Dia pasti merasa terpukul dengan kejadian semalam. Saya akan menghubungi Marcell," sahut Hugo.

"Kumpulan kedua putra Anda, baru setelah itu kita bicarakan. Saya tunggu secepatnya," ujar Budi, kemudian meninggalkan Hugo.

Hugo mengusap wajahnya kasar, "Aku sudah bilang pada Bastian untuk menenangkan istrinya, tapi dia malah meninggalkan Ingrid dalam keadaan seperti itu. Dan si Marcell.. setan apa yang telah merasukinya hingga membuatnya melakukan hal bejat itu? Aku tahu Marcell dan Bastian tidak akur, tapi tidak seharusnya Marcell membawa-bawa Ingrid dalam permusuhan mereka. Bastian dan Marcel ini benar-benar membuat ku naik darah," gumam Hugo terlihat sangat kesal.

Budi kembali ke ruangan rawat putrinya dengan perasaan kesal. Sungguh, Budi menyesal mengikuti perjodohan ini. Budi tidak menyangka kalau kedua anak Hugo sama brengseeknya.

"Yang satu nggak punya akhlak dan yang satu nggak bertanggung jawab. Buat apa putriku aku nikahkan ke keluarga kaya, kalau baru awal saja sudah menderita," gerutu Budi yang rasanya benar-benar ingin menghajar kedua putra Hugo itu.

...🌟...

...Ada beberapa hal yang perlu kita bagi, namun ada pula yang harus kita simpan sendiri. ...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

ada rahasia kah hingga Marsel nekat🤔

2024-07-16

1

Galih Pratama Zhaqi

Galih Pratama Zhaqi

kyaknya marcell tau sisih lain Bastian,mknya sengaja menodai igrid , masa mlm prtma si bas bw tmn cwok msuk kekmr pengntinya ,

2024-06-25

6

Mr.VANO

Mr.VANO

ibu Marcell pelakor kykny...cuman anak pelakor modelan tak beradap.

2024-06-06

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!