Marcell melajukan motor sport kesayangannya ke sebuah kafe. Setelah tiba di kafe tempat tujuannya, pemuda itu masuk ke dalam ruangan khusus di dalam kafe itu, lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di dalam ruangan itu.
"Lu kenapa, Cell? Kok muka lu babak belur gitu? Geng mana yang berani mengeroyok lu?" tanya Dandy, salah satu sahabat Marcell yang baru masuk ke dalam ruangan itu.
Dandy tahu kalau Marcell jago beladiri, jadi tidak mungkin akan babak belur jika tidak di keroyok banyak orang,
"Nggak usah di bahas," sahut Marcell membuang napas kasar.
"Lu lagi ada masalah apa? Kelihatannya berat banget. Muka lu dah macam benang yang di acak-acak. RUWET!" celetuk Dandy menghela napas panjang.
Marcell hanya terdiam tanpa menanggapi perkataan Dandy. Pemuda itu berulang kali menghela napas panjang seraya menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan yang terlihat sedih dan kecewa.
"Kalau ada masalah cerita, bro! Meskipun kita tidak dilahirkan dari rahim yang sama dan bukan berasal dari bibit yang sama, tapi gua sudah anggap lu saudara. Susah senang kira sama-sama. Saling mendukung dan saling membantu dalam suka dan duka," ujar Dandy yang melihat Marcell tidak baik-baik saja.
"Thanks. Tapi ini masalah pribadi gua. Gua nggak bisa cerita sama elu," sahut Marcell kembali menghela napas panjang.
"Okey. It's okey. Gua hargai privasi lu. Tapi jangan pernah sungkan dan ragu kalau lu butuh bantuan atau teman curhat. Gua selalu siap," ujar Dandy bersungguh-sungguh.
"Hum," sahut Marcell seraya memijit pelipisnya sendiri.
Akhirnya Dandy pun meninggalkan Marcell sendirian. Marcell kembali menghelat napas panjang, kemudian menghubungi seseorang.
*
Di sebuah rumah sakit nampak seorang wanita paruh baya dan seorang pria paruh baya berjalan cepat di koridor rumah sakit. Dua orang itu adalah Budi dan Ani, yaitu orang tua Ingrid.
Sepasang suami-isteri itu masuk ke dalam ruangan Ingrid dirawat dan melihat Ingrid yang masih belum sadar. Jarum infus nampak menancap di punggung tangan Ingrid. Sepasang suami-isteri itu nampak terkejut melihat kondisi Ingrid. Budi mengepalkan kedua tangannya dengan aura wajah yang terlihat suram.
"Ingrid, apa yang terjadi, Nak? Kenapa jadi seperti ini?" ucap Ani yang menitikkan air mata melihat kulit Ingrid penuh dengan luka lecet. Bibir putrinya itu nampak kering dan pecah-pecah. Matanya bengkak dan wajahnya pucat pasi, "ayah, apa yang telah Bastian lakukan pada putri kita? Kenapa putri kita sampai seperti ini?" tanya Ani seraya mengusap air matanya yang terus menetes.
"Ayah akan menghubungi Bastian dan Hugo" ujar Budi nampak emosi melihat kondisi putri satu-satunya yang mengenaskan itu.
Budi melangkah ke luar dari ruangan itu, lalu menghubungi Bastian, tapi nomor Bastian malah tidak aktif. Lalu Budi memutuskan menghubungi Hugo. Sudah beberapa kali Budi melakukan panggilan, namun Hugo belum menjawab juga.
"Halo, Pak," sahut Hugo dari sambungan telepon setelah ke sekian kalinya Budi menghubungi.
"Pak Hugo, kenapa keadaan putri saya sampai seperti ini? Apa yang dilakukan putra Anda pada putri saya? Di mana putra Anda? Kenapa dia tidak ada di rumah sakit menjaga putri saya?" tanya Budi terdengar menahan emosi.
"Ru.. rumah sakit? Apa yang terjadi dengan Ingrid?" tanya Hugo yang belum tahu tentang kabar Ingrid.
"Anda bisa lihat sendiri di rumah sakit. Lihatlah apa yang terjadi pada putri kami! Belum genap dua puluh empat jam kami menyerahkan putri kami pada kalian, tapi keadaan putri kami sudah seperti ini. Saya menuntut penjelasan dari kalian. Terutama dari Bastian," tandas Budi dengan suara dingin.
"Tolong kirimkan alamat rumah sakitnya. Kami akan segera ke sana," sahut Hugo panik.
Budi menggenggam erat handphonenya menahan emosi dalam hatinya. Ayah yang mana yang tidak emosi melihat putrinya tergolek tidak berdaya dengan kondisi mengenaskan seperti Ingrid?
Padahal baru kemarin putrinya menikah dan terlihat sangat bahagia. Tidak di sangka pagi ini pihak rumah sakit tiba-tiba menghubungi dirinya mengatakan Ingrid sedang di rawat di rumah sakit. Dan yang membuat Budi benar-benar tersulut emosi adalah karena tidak ada satupun dari keluarga Hugo yang menjaga putrinya.
Setelah empat puluh lima menit berlalu, akhirnya Hugo tiba juga di rumah sakit. Hugo sangat terkejut saat melihat kondisi Ingrid. Pria paruh baya itu benar-benar tidak menyangka kalau kondisi Ingrid sampai seperti ini.
Agar tidak menganggu Ingrid yang masih dalam perawatan dan belum sadar, Hugo dan Budi bicara di tempat yang sepi yang ada di area rumah sakit itu.
"Mana putra Anda? Dimana tangung jawabnya sebagai seorang suami? Dan suami macam apa yang memperlakukan istrinya seperti itu? Saya tidak menyerahkan putri saya untuk dianiaya seperti ini. Meskipun saya bukan orang kaya dan hanya hidup pas-pasan, tapi bukan berarti Anda dan keluarga Anda bisa menganiaya putri saya seperti ini,. Saya akan melaporkan kejadian ini pada polisi," ujar Budi yang tidak terima putrinya diperlakukan seperti ini.
Bagaimana Budi tidak semakin emosi dan merasa tidak dihargai, kalau pemuda yang baru menjadi menantunya sampai saat ini belum juga muncul. Sedangkan kondisi putrinya tidak baik-baik saja.
Hugo terkejut mendengar Budi membawa-bawa nama polisi. Nama baik keluarganya akan tercemar, jika kasus ini di bawa ke ranah hukum.
"Pak, saya mohon, jangan lakukan itu. Tolong jangan bawa masalah ini ke polisi. Kita bisa membicarakan hal ini secara baik-baik. Saya sendiri merasa sangat terpukul dengan kejadian ini. Semua ini adalah salah saya yang tidak bisa mendidik putra-putra saya dengan baik, hingga hal ini terjadi," ucap Hugo penuh penyesalan.
"Apa maksud bapak?" tanya Budi yang merasa aneh dengan kalimat terakhir yang dikatakan oleh Hugo.
Hugo menghela napas panjang berusaha menyusun kata-kata yang mungkin tidak akan membuat Budi semakin emosi.
Dengan perasaan malu dan penuh sesal, akhirnya Hugo pun menceritakan tentang apa yang telah terjadi semalam. Budi yang mendengar semua cerita Hugo pun sangat terkejut. Bahkan untuk beberapa saat Budi tidak bisa berkata-kata. Beberapa kali pria paruh baya itu menghela napas kasar, mendongak seraya memejamkan mata, lalu membuang napas kasar.
"Saya benar-benar tidak menyangka putra Anda melakukan hal seperti ini. Tidak tahu adab," sarkas Budi yang benar-benar kecewa, emosi, merasa terhina dan diinjak-injak harga dirinya.
"Saya sendiri tidak pernah menyangka akan terjadi hal seperti ini, Pak. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Apapun keputusan bapak akan saya terima, tapi saya mohon agar masalah ini di selesaikan secara baik-baik," pinta Hugo penuh harap.
"Bagaimana saya bisa memberi keputusan dan bagaimana kita bisa bicara baik-baik, jika kedua putra Anda saja tidak ada itikad baik untuk meminta maaf? Jangankan merawat putri saya yang tergolek tidak berdaya dan meminta maaf pada kami, bahkan datang ke sini saja tidak. Apa kalian pikir putri saya itu barang tak berharga? Saya benar-benar kecewa dengan bapak dan kedua putra bapak," tukas Budi yang merasa kesabarannya benar-benar di uji.
"Saya sudah menghubungi Bastian, tapi nomornya tidak aktif. Dia pasti merasa terpukul dengan kejadian semalam. Saya akan menghubungi Marcell," sahut Hugo.
"Kumpulan kedua putra Anda, baru setelah itu kita bicarakan. Saya tunggu secepatnya," ujar Budi, kemudian meninggalkan Hugo.
Hugo mengusap wajahnya kasar, "Aku sudah bilang pada Bastian untuk menenangkan istrinya, tapi dia malah meninggalkan Ingrid dalam keadaan seperti itu. Dan si Marcell.. setan apa yang telah merasukinya hingga membuatnya melakukan hal bejat itu? Aku tahu Marcell dan Bastian tidak akur, tapi tidak seharusnya Marcell membawa-bawa Ingrid dalam permusuhan mereka. Bastian dan Marcel ini benar-benar membuat ku naik darah," gumam Hugo terlihat sangat kesal.
Budi kembali ke ruangan rawat putrinya dengan perasaan kesal. Sungguh, Budi menyesal mengikuti perjodohan ini. Budi tidak menyangka kalau kedua anak Hugo sama brengseeknya.
"Yang satu nggak punya akhlak dan yang satu nggak bertanggung jawab. Buat apa putriku aku nikahkan ke keluarga kaya, kalau baru awal saja sudah menderita," gerutu Budi yang rasanya benar-benar ingin menghajar kedua putra Hugo itu.
...🌟...
...Ada beberapa hal yang perlu kita bagi, namun ada pula yang harus kita simpan sendiri. ...
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
ada rahasia kah hingga Marsel nekat🤔
2024-07-16
1
Galih Pratama Zhaqi
kyaknya marcell tau sisih lain Bastian,mknya sengaja menodai igrid , masa mlm prtma si bas bw tmn cwok msuk kekmr pengntinya ,
2024-06-25
6
Mr.VANO
ibu Marcell pelakor kykny...cuman anak pelakor modelan tak beradap.
2024-06-06
2