9. Kekasih

Pria yang berpakaian serba hitam itu menghampiri petugas pengurus ruangan yang selama ini mengurus semua pengobatan Ingrid.

"Kamu? Kenapa kamu tidak muncul langsung dihadapan mereka dan menunjukkan dirimu pada mereka?" tanya petugas pengurus ruangan itu pada pria yang memakai pakaian yang serba hitam itu.

"Aku punya alasan sendiri," sahut pria itu menghela napas panjang, "apa bibi sudah meminta dokumen yang diperlukan dari mereka?" tanya pria itu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Sudah. Aku sudah mengurus semuanya,"

"Ingat, bik, aku ingin yang VIP,"

"Tenang saja, akan bibi urus semuanya sesuai keinginan kamu. Em.. kalau bibi boleh tahu, kenapa kamu begitu peduli pada wanita itu dan keluarganya?" tanya petugas pengurus ruangan itu hati-hati, tidak ingin pria itu tersinggung.

"Aku berhutang nyawa padanya," sahut pria itu tanpa bisa dilihat bagaimana ekspresi wajahnya karena masker, kacamata, topi dan tudung Hoodie yang menutupi wajah dan kepalanya.

"Kenapa kamu dulu tidak menikahinya saja sebagai balas budimu?"

"Sayangnya dia tidak mencintai aku,"

"Benarkah? Apa mata gadis itu buta, hingga dia tidak menyukai pemuda setampan dan setajir kamu? Malah menyukai pria miskin seperti itu. Pria itu bahkan ingin memindahkan istrinya ke ruangan biasa. Kalau bibi masih gadis, pasti bibi duluan yang ngajakin kamu nikah. Sayangnya bibi sudah tua dan putri bibi masih kecil. Kalau bibi jodohkan sama kamu, yang ada entar dia nikah sama kakek-kakek," celoteh wanita itu terkekeh kecil.

Pria misterius itu ikut terkekeh kecil seraya menggelengkan kepalanya pelan mendengar kata-kata petugas pengurus ruangan itu.

*

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, Bastian dan Ingrid pun sampai di rumah Bastian. Ema menyambut kedatangan mereka dengan senyuman lebar. Ingrid pun merasa senang dengan sikap ibu Bastian yang menyambut dirinya dengan antusias itu, tanpa menyadari semua hanyalah akting semata.

"Maaf, ya, mama hanya sempat menengok kamu di rumah sakit beberapa kali," ucap Ema menampilkan ekspresi tidak enak hati.

"Nggak apa-apa, ma," sahut Ingrid tersenyum tipis.

"Ya, sudah, ayo masuk!" ajak Ema seraya merangkul Ingrid dan membimbing Ingrid masuk ke dalam rumah.

Mata wanita itu melirik ke arah kulit Ingrid yang belum sembuh sepenuhnya. Kulit Ingrid terlihat seperti bersisik karena kulitnya yang beberapa hari lecet kemarin mengelupas. Ada perasaan jijik di hati Ema melihat kulit Ingrid yang seperti itu.

Ema dan Ingrid terus melangkah mengikuti Bastian yang berjalan di depan keduanya. Bastian menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada

"Nah, ini kamar Bastian. Sekarang juga menjadi kamar kamu," ujar Ema sesaat setelah mereka masuk ke dalam kamar, "kamu suka, nggak? Kalau ada yang nggak kamu sukai katakan saja, biar nanti di renovasi sesuai keinginan kamu," ujar Ema lembut dan penuh senyuman.

"Nggak ada yang perlu di ubah, kok, ma. Ini sudah nyaman," sahut Ingrid yang tidak banyak protes.

"Bagus lah kalau sadar diri," gumam Ema dalam hati.

Mengingat kejadian di malam pertama pernikahannya kemarin, Bastian dan Ema memperlakukan dirinya dengan baik saja sudah membuat dirinya bahagia. Ingrid tidak berani meminta apapun lagi. Sedangkan Bastian nampak mulai menyusun pakaian Ingrid ke dalam lemari.

"Bas, biar aku saja yang melakukannya," ucap Ingrid yang merasa tidak enak hati melihat suaminya menyusun pakaiannya.

"Sudah, biarkan saja. Bastian hanya ingin menunjukkan rasa cinta dan perhatiannya sama kamu. Bukankah begitu, Bas?" tanya Ema tersenyum tipis.

"Tentu saja, ma. Aku tidak keberatan melakukan hal kecil seperti ini untuk istriku," sahut Bastian penuh senyuman.

Sungguh akting yang natural dan mumpuni dari ibu dan anak. Bukankah lebih baik kalau mereka berdua menjadi pemeran film atau sinetron?

"Ya, sudah, kamu istirahat saja. Mama tidak akan menganggu kamu," ujar Ema tersenyum tipis, kemudian keluar dari kamar itu.

Senyum di wajah Ema pun menghilang setelah keluar dan menutup pintu kamar Bastian. Wajahnya berubah menjadi kesal.

"Sebenarnya malas sekali bermuka manis pada perempuan kotor itu. Entah sampai kapan Bastian akan menjadikan perempuan itu istrinya," gerutu Ema seraya melangkah pergi.

Saat hari beranjak malam, Ingrid merasa gelisah karena sebentar lagi mereka akan makan malam bersama. Ingrid tidak ingin bertemu dengan Marcell, namun juga enggan mengatakan hal itu pada Bastian.

Saat pergi ke ruangan makan, bahkan saat makan malam, Ingrid was-was takut bertemu dengan Marcell. Ingrid benar-benar tidak ingin melihat wajah Marcell. Namun untungnya sampai makan malam selesai, hingga kembali ke kamar, Ingrid tidak bertemu dengan Marcell.

"Grid, kamu istirahat saja lebih dulu. Aku akan pergi ke luar menemui temanku," pamit Bastian.

"Iya," sahut Ingrid tersenyum tipis.

Bastian melajukan mobilnya ke sebuah klub malam terbesar di kota itu. Pria itu masuk ke klub malam itu dan langsung menuju sebuah ruangan.

"Gimana? Dia sudah sembuh belum?" tanya pria yang tidak lain adalah Alex kemudian menghisap rokok di tangannya. Seorang wanita seksi nampak duduk di pangkuan pria itu seraya meraba wajah dan melepaskan kancing kemejanya.

"Kulitnya belum sembuh benar. Lihat ini!" ucap Bastian seraya menunjukkan foto Ingrid pada Alex.

Alex memperbesar foto itu dan melihat kulit Ingrid seperti kulit ular yang mengelupas. Pria itu membuang napas kasar setelah melihat foto itu.

"Kamu memberikan obat yang terbaik nggak buat dia? Lama sekali sembuhnya," gerutu Alex terlihat kesal. Sedangkan wanita yang duduk di pangkuan Alex tidak bisa diam. Jemari tangan wanita itu beralih merayap di leher dan turun di dada serta perut Alex.

"Dia dirawat di ruangan VIP dengan dokter spesialis kulit terbaik di rumah sakit terbesar di kota ini, Lex," sahut Bastian tidak berdusta.

"Begitu dia sembuh, langsung bawa padaku. Dan ingat satu hal lagi, karena dia sudah tidak perawan lagi, maka aku tidak akan hanya meniduri dia sekali sesuai perjanjian kita dulu," ujar Alex menekan rokoknya di asbak.

"Iya," sahut Bastian menghela napas panjang.

"Kita bersenang-senang," ucap Alex mencium bibir wanita di pangkuannya, alu bangkit seraya menggendong wanita itu.

Setelah menemui Alex, Bastian melajukan mobilnya menuju sebuah apartemen.

"Sialan! Apa sebenarnya yang membuat Alex tertarik pada Ingrid? Padahal banyak perempuan yang mengelilinginya yang tidak kalah cantik dengan Ingrid. Dan si Marcell sialan itu.. jika saja malam itu dia tidak meniduri Ingrid, pasti hutangku pada Alex sudah lunas. Sekarang.. tidak tahu berapa kali si Alex sialan itu akan meniduri Ingrid. Aku seperti menikahi seorang wanita penghibur. Sial!" umpat Bastian kesal.

Bastian memasuki sebuah apartemen dan menuju sebuah unit apartemen. Pria itu nampak hafal dengan password pintu unit apartemen itu. Bastian masuk ke dalam dan langsung menuju ke kamar utama di unit apartemen itu.

"Kau? Untuk apalagi kamu ke sini?" tanya wanita bernama Melly itu dengan wajah yang terlihat sinis. Wanita yang merupakan kekasih Bastian itu baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan bath robe.

"Kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku hubungi nomor kamu pun nggak aktif. Aku rindu banget tahu, sama kamu," ucap Bastian hendak memeluk Melly, namun Melly langsung menghindar.

"Bukannya kamu sudah punya istri? Kenapa masih datang kemari? Aku nggak mau dijadikan simpanan siapapun, termasuk kamu," ujar Melly terdengar datar seraya berjalan menuju lemari pakaiannya.

"Sayang, aku menikah dengan dia juga karena terpaksa. Aku dijodohkan oleh orang tuaku dengan dia untuk balas budi. Aku cintanya cuma sama kamu. Bahkan sampai saat ini aku belum pernah bercinta dengan dia," ujar Bastian yang hampir semua kata-katanya adalah jujur.

Ingat, hampir semua jujur, bukan semua jujur. Karena kenyataannya Bastian tidak merasa terpaksa di jodohkan dengan Ingrid.

"Tetap saja intinya kamu sudah menikah," sahut Melly seraya memilih pakaian di lemarinya.

"Greb"

Bastian memeluk Melly dari belakang. Melly berusaha melepaskan pelukan Bastian, tapi Bastian semakin erat memeluk Melly.

"Aku menjual dia untuk membayar hutangku di Alex. Setelah Alex puas, aku akan menceraikan dia. Aku hanya mencintai kamu seorang. Hanya kamu yang akan melahirkan anak-anakku," ucap Bastian kemudian mengecupi leher Melly.

Melly menghela napas kasar, "Papamu tidak menyukai aku. Kamu yakin bisa mendapatkan restu dari papa kamu?"

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Jasman Darwis

Jasman Darwis

suami laknat

2024-07-09

4

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

suami setres

2024-06-20

2

Mr.VANO

Mr.VANO

aku berharap ingrit terbabas dr laki laki yg tak punya adab,,dpt tertolongan dr laki2 yg benar2 menyayanginy.

2024-06-06

3

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!