8. Semakin Penasaran

Sore hari Bastian pulang dari kantor. Baru saja Bastian masuk ke dalam kamarnya, Ema tiba-tiba menyerobot masuk tanpa mengetuk pintu.

"Mama? Ada apa?" tanya Bastian.

"Bas, kenapa kamu tidak menceraikan perempuan itu? Dia itu wanita bekas anak haram itu. Mengapa kamu masih mau menerima dia?" tanya Ema yang lebih terdengar seperti protes.

"Ma, apa mama tidak ingat, kenapa papa melamar Ingrid menjadi menantunya? Kita punya hutang budi pada keluarga Ingrid. Jika aku membiarkan Marcell menikahi Ingrid, itu hanya akan membuat posisi Marcell di keluarga ini semakin kuat. Mama tahu, 'kan, papa tetap menyayangi Marcell meskipun Marcell itu brengseek? Jika dia menikah dengan Ingrid dan berubah menjadi orang baik-baik, papa akan semakin menyayangi dia dan mungkin saja akan menjadikan Marcell sebagai penerus perusahaan,"

"Mama tahu sendiri, Marcell itu sebenarnya cerdas, tapi pas kuliah terpengaruh pergaulan hingga dia jadi nggak fokus kuliah dan nilainya standar. Kalau dia fokus kuliah, mungkin papa sudah menjadikan dia penerus perusahaan, karena sudah jelas Marcell lebih cerdas dari aku," ujar Bastian membuang napas kasar.

"Iya, kamu benar juga. Tapi mama tidak mau memiliki cucu dari wanita bekas anak haram itu," tukas Ema.

"Tidak akan. Mama tenang saja, meskipun aku tidak menceraikan dia, tapi aku tidak akan membiarkan dia menjadi ibu dari anak-anakku. Aku hanya tidak ingin Marcell hidup bahagia bersama Ingrid. Aku akan menyakiti Marcell melalui Ingrid. Aku akan mencarikan mama menantu dari kalangan atas, bukan kalangan menengah seperti dia. Aku berencana menjual Ingrid," ujar Bastian tersenyum jahat.

"Apa? Menjual Ingrid? Bagaimana jika perempuan itu ingin bercerai dari kamu karena kamu menjual dia? Dan dia pasti juga akan mengadu pada kedua orang tuanya, lalu orang tuanya akan mendatangi papamu," sahut Ema yang sebenarnya merasa senang mengetahui Bastian mempertahankan Ingrid hanya untuk menyiksa Marcell, tapi juga takut ketahuan Hugo, jika Bastian menjual Ingrid.

"Mama tenang saja, aku akan membuat skenario yang bagus agar dia tidak tahu dan tidak membenci aku meskipun aku menjual dia. Dia akan tetap menganggap aku sebagai malaikat baik hati dan suami yang sangat sempurna. Mama pura-pura saja jadi mertua yang baik untuk menyempurnakan aktingku," ujar Bastian tersenyum licik.

"Baiklah. Mama percayakan semuanya sama kamu," sahut Ema ikut tersenyum licik.

"Mama tidak boleh tahu kalau aku menjual Ingrid untuk membayar hutang-hutangku," batin Bastian.

*

Beberapa hari sudah berlalu dan Bastian selalu menjaga Ingrid usai pulang kerja sampai pagi. Pada akhirnya Ingrid diizinkan pulang karena kondisinya sudah hampir pulih. Ingrid mendapatkan perawatan terbaik, hingga membuat Ingrid cepat sembuh.

"Aku akan pergi untuk menyelesaikan administrasi dulu," ujar Bastian saat Ani membantu Ingrid berkemas.

Sebenarnya saat mengetahui Ingrid di rawat di ruangan VIP, Bastian langsung menemui petugas pengurus ruangan untuk memindahkan Ingrid ke ruangan yang biasa saja. Tapi petugas pengurus ruangan itu mengatakan pada Bastian bahwa Ingrid di tempatkan di ruangan VIP atas keinginan Budi, sehingga Bastian pun tidak berani memindahkan Ingrid ke ruangan biasa karena takut Budi menganggap dirinya perhitungan untuk biaya berobat Ingrid yang tentunya akan melunturkan citranya sebagai menantu baik. Meskipun hal ini akan membuat dirinya mengeluarkan banyak uang untuk biaya berobat Ingrid.

"Kamu tidak perlu pegi. Semuanya sudah lunas," ujar Budi membuat Bastian terkejut sekaligus merasa senang, tapi Bastian menyembunyikan perasaan senangnya itu.

"Ayah yang membayar semuanya? Ayah tidak perlu repot seperti ini. Seharusnya aku yang membayar biaya rumah sakit Ingrid, karena Ingrid adalah istriku, tanggung jawabku," ucap Bastian berakting menjadi suami dan menantu yang baik.

"Sudah, tidak perlu tidak enak hati seperti itu," sahut Budi.

Selama beberapa hari Bastian menjaga Ingrid, dan sangat perhatian pada Ingrid, Budi dan Ani kembali sedikit percaya pada Bastian. Apalagi Ingrid nampak kembali bahagia semenjak Bastian menjaganya. Tidak dipungkiri, orang tua Ingrid selalu memaklumi segalanya demi kebahagiaan putri mereka. Mungkin semua orang tua juga begitu. Mungkin...

"Terima kasih, Yah," ucap Bastian penuh hormat.

"Hum," sahut Budi menghela napas panjang. Sampai saat ini Budi belum tahu, siapa orang misterius yang mengantar Ingrid ke rumah sakit, bahkan membiayai pengobatan Ingrid.

"Apa ayah dan bunda akan ke rumah orang tuaku dulu?" tanya Bastian seraya menenteng tas yang berisi barang-barang Ingrid.

"Tidak perlu. Pesan ayah, jaga Ingrid baik-baik. Jika terjadi sesuatu pada Ingrid, ayah tidak akan memaafkan kamu," ujar Budi memperingati.

"Ayah tenang saja, aku pasti akan menjaga Ingrid dengan baik," sahut Bastian meyakinkan.

"Maaf, Pak Budi, petugas pengurus ruangan ingin bertemu dengan bapak," ujar seorang perawat yang menghampiri Budi.

Budi mengernyitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh perawat itu, begitu pula dengan Ani, Ingrid dan Bastian.

"Baiklah, saya akan menemuinya," sahut Budi yang diliputi rasa penasaran.

"Kalau begitu saya permisi," ucap perawat itu kemudian meninggalkan tempat itu.

Bastian memicingkan sebelah matanya, "Kenapa petugas pengurus ruangan meminta ayah menemuinya? Apa ada masalah? Ah, masa bodoh lah, bukan urusanku. Yang penting aku tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya berobat Ingrid," batin Bastian tidak ambil pusing, toh dirinya juga tidak rugi.

"Ayah.."

"Kalian pulang lebih dulu saja," ujar Budi memotong kata-kata Ingrid.

"Baik, Yah," sahut Bastian langsung merangkul Ingrid.

Bastian membawa Ingrid pergi, meskipun Ingrid nampak khawatir pada ayah dan bundanya. Bastian tidak ingin terlibat masalah apapun tentang perawatan Ingrid. Bastian takut jika nanti ujung-ujungnya di suruh membayar biaya rumah sakit. Maka dari itu Bastian berusaha secepatnya pergi dari tempat itu.

"Yah, ada apa, ya, petugas pengurus ruangan meminta ayah menemuinya?" tanya Ani nampak khawatir.

"Sebaiknya kita temui saja, biar kita tahu dan tidak diliputi rasa penasaran lagi," sahut Budi.

Akhirnya sepasang suami-isteri itu pun menemui petugas pengurus ruangan. Untuk beberapa menit mereka terpaksa menunggu, karena petugas pengurus ruangan masih ada pekerjaan.

"Maaf, telah membuat bapak dan ibu menunggu," ucap petugas pengurus ruangan yang baru datang itu.

"Apakah ada masalah, Bu?" tanya Budi yang sudah sangat penasaran.

"Tidak ada, hanya saja, orang yang mengantarkan putri bapak dan ibu meminta saya menyampaikan pesan,"

"Pesan apa? Tolong katakan," pinta Budi tidak sabar.

"Orang itu berpesan agar bapak dan ibu berhati-hati pada menantu kalian, karena apa yang terlihat dan terdengar belum tentu benar. Yang perlu bapak dan ibu tahu, menantu kalian pernah datang menemui saya meminta saya memindahkan Bu Ingrid ke ruangan biasa, tapi setelah saya mengatakan bahwa Bu Ingrid di tempatkan di ruangan VIP atas permintaan Pak Budi, dia langsung pergi," ujar petugas itu membuat Budi dan Ani terkejut.

"Siapa orang misterius itu? Kenapa dia meminta kami berhati-hati pada Bastian? Dan benarkah Bastian ingin memindahkan Ingrid ke ruangan biasa? Tapi tidak mungkin petugas ini berbohong bukan?" batin Budi. Sedangkan Ani juga nampak terdiam dan berpikir.

"Ini adalah ATM milik orang itu. Katanya jika ada sisa setelah membayar pengobatan Bu Ingrid, saya diminta untuk mengembalikan ATM ini pada bapak dan ibu. Katanya bapak dan ibu bisa menggunakan uang di dalamnya," ujar petugas pengurus ruangan itu seraya menyerahkan kartu ATM beserta nomor pin-nya.

Budi dan Ani saling menatap. Mereka benar-benar penasaran dengan orang misterius yang sangat baik itu.

"Siapa sebenarnya orang itu, Bu?" tanya Budi pada petugas pengurus ruangan itu.

"Maaf, saya juga tidak tahu," sahut wanita itu.

Meskipun curiga kalau petugas pengurus ruangan itu mengenali orang misterius itu, tapi Budi dan Ani juga tidak biasa berbuat apa-apa. Bukan tanpa alasan Budi berpikir bahwa petugas pengurus ruangan itu mengenali orang misterius itu. Pasalnya wanita itulah yang mengurus segala sesuatu untuk Ingrid selama berada di rumah sakit itu.

Tak lama setelah kepergian Ani dan Budi, seorang pria yang memakai masker, topi, kacamata, celana dan Hoodie yang semuanya berwarna hitam pun muncul. Pria itu menutup kepalanya dengan tudung Hoodie-nya, sehingga sulit untuk mengenali pria itu

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

ALNAZTRA ILMU

ALNAZTRA ILMU

si marcell tu

2025-01-30

0

yuli

yuli

kayaknya marcel. deh,,,
dia pernah mengatakan lbh kaya dr bastian jangan otak cerdasnya buat main saham byr ga kliatan,, dan dia jg mengetahui niat buruk bastian

2024-07-21

2

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

biadab kau Bastian aq😀
marsel kah itu?

2024-07-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!