Sore hari Bastian pulang dari kantor. Baru saja Bastian masuk ke dalam kamarnya, Ema tiba-tiba menyerobot masuk tanpa mengetuk pintu.
"Mama? Ada apa?" tanya Bastian.
"Bas, kenapa kamu tidak menceraikan perempuan itu? Dia itu wanita bekas anak haram itu. Mengapa kamu masih mau menerima dia?" tanya Ema yang lebih terdengar seperti protes.
"Ma, apa mama tidak ingat, kenapa papa melamar Ingrid menjadi menantunya? Kita punya hutang budi pada keluarga Ingrid. Jika aku membiarkan Marcell menikahi Ingrid, itu hanya akan membuat posisi Marcell di keluarga ini semakin kuat. Mama tahu, 'kan, papa tetap menyayangi Marcell meskipun Marcell itu brengseek? Jika dia menikah dengan Ingrid dan berubah menjadi orang baik-baik, papa akan semakin menyayangi dia dan mungkin saja akan menjadikan Marcell sebagai penerus perusahaan,"
"Mama tahu sendiri, Marcell itu sebenarnya cerdas, tapi pas kuliah terpengaruh pergaulan hingga dia jadi nggak fokus kuliah dan nilainya standar. Kalau dia fokus kuliah, mungkin papa sudah menjadikan dia penerus perusahaan, karena sudah jelas Marcell lebih cerdas dari aku," ujar Bastian membuang napas kasar.
"Iya, kamu benar juga. Tapi mama tidak mau memiliki cucu dari wanita bekas anak haram itu," tukas Ema.
"Tidak akan. Mama tenang saja, meskipun aku tidak menceraikan dia, tapi aku tidak akan membiarkan dia menjadi ibu dari anak-anakku. Aku hanya tidak ingin Marcell hidup bahagia bersama Ingrid. Aku akan menyakiti Marcell melalui Ingrid. Aku akan mencarikan mama menantu dari kalangan atas, bukan kalangan menengah seperti dia. Aku berencana menjual Ingrid," ujar Bastian tersenyum jahat.
"Apa? Menjual Ingrid? Bagaimana jika perempuan itu ingin bercerai dari kamu karena kamu menjual dia? Dan dia pasti juga akan mengadu pada kedua orang tuanya, lalu orang tuanya akan mendatangi papamu," sahut Ema yang sebenarnya merasa senang mengetahui Bastian mempertahankan Ingrid hanya untuk menyiksa Marcell, tapi juga takut ketahuan Hugo, jika Bastian menjual Ingrid.
"Mama tenang saja, aku akan membuat skenario yang bagus agar dia tidak tahu dan tidak membenci aku meskipun aku menjual dia. Dia akan tetap menganggap aku sebagai malaikat baik hati dan suami yang sangat sempurna. Mama pura-pura saja jadi mertua yang baik untuk menyempurnakan aktingku," ujar Bastian tersenyum licik.
"Baiklah. Mama percayakan semuanya sama kamu," sahut Ema ikut tersenyum licik.
"Mama tidak boleh tahu kalau aku menjual Ingrid untuk membayar hutang-hutangku," batin Bastian.
*
Beberapa hari sudah berlalu dan Bastian selalu menjaga Ingrid usai pulang kerja sampai pagi. Pada akhirnya Ingrid diizinkan pulang karena kondisinya sudah hampir pulih. Ingrid mendapatkan perawatan terbaik, hingga membuat Ingrid cepat sembuh.
"Aku akan pergi untuk menyelesaikan administrasi dulu," ujar Bastian saat Ani membantu Ingrid berkemas.
Sebenarnya saat mengetahui Ingrid di rawat di ruangan VIP, Bastian langsung menemui petugas pengurus ruangan untuk memindahkan Ingrid ke ruangan yang biasa saja. Tapi petugas pengurus ruangan itu mengatakan pada Bastian bahwa Ingrid di tempatkan di ruangan VIP atas keinginan Budi, sehingga Bastian pun tidak berani memindahkan Ingrid ke ruangan biasa karena takut Budi menganggap dirinya perhitungan untuk biaya berobat Ingrid yang tentunya akan melunturkan citranya sebagai menantu baik. Meskipun hal ini akan membuat dirinya mengeluarkan banyak uang untuk biaya berobat Ingrid.
"Kamu tidak perlu pegi. Semuanya sudah lunas," ujar Budi membuat Bastian terkejut sekaligus merasa senang, tapi Bastian menyembunyikan perasaan senangnya itu.
"Ayah yang membayar semuanya? Ayah tidak perlu repot seperti ini. Seharusnya aku yang membayar biaya rumah sakit Ingrid, karena Ingrid adalah istriku, tanggung jawabku," ucap Bastian berakting menjadi suami dan menantu yang baik.
"Sudah, tidak perlu tidak enak hati seperti itu," sahut Budi.
Selama beberapa hari Bastian menjaga Ingrid, dan sangat perhatian pada Ingrid, Budi dan Ani kembali sedikit percaya pada Bastian. Apalagi Ingrid nampak kembali bahagia semenjak Bastian menjaganya. Tidak dipungkiri, orang tua Ingrid selalu memaklumi segalanya demi kebahagiaan putri mereka. Mungkin semua orang tua juga begitu. Mungkin...
"Terima kasih, Yah," ucap Bastian penuh hormat.
"Hum," sahut Budi menghela napas panjang. Sampai saat ini Budi belum tahu, siapa orang misterius yang mengantar Ingrid ke rumah sakit, bahkan membiayai pengobatan Ingrid.
"Apa ayah dan bunda akan ke rumah orang tuaku dulu?" tanya Bastian seraya menenteng tas yang berisi barang-barang Ingrid.
"Tidak perlu. Pesan ayah, jaga Ingrid baik-baik. Jika terjadi sesuatu pada Ingrid, ayah tidak akan memaafkan kamu," ujar Budi memperingati.
"Ayah tenang saja, aku pasti akan menjaga Ingrid dengan baik," sahut Bastian meyakinkan.
"Maaf, Pak Budi, petugas pengurus ruangan ingin bertemu dengan bapak," ujar seorang perawat yang menghampiri Budi.
Budi mengernyitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh perawat itu, begitu pula dengan Ani, Ingrid dan Bastian.
"Baiklah, saya akan menemuinya," sahut Budi yang diliputi rasa penasaran.
"Kalau begitu saya permisi," ucap perawat itu kemudian meninggalkan tempat itu.
Bastian memicingkan sebelah matanya, "Kenapa petugas pengurus ruangan meminta ayah menemuinya? Apa ada masalah? Ah, masa bodoh lah, bukan urusanku. Yang penting aku tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya berobat Ingrid," batin Bastian tidak ambil pusing, toh dirinya juga tidak rugi.
"Ayah.."
"Kalian pulang lebih dulu saja," ujar Budi memotong kata-kata Ingrid.
"Baik, Yah," sahut Bastian langsung merangkul Ingrid.
Bastian membawa Ingrid pergi, meskipun Ingrid nampak khawatir pada ayah dan bundanya. Bastian tidak ingin terlibat masalah apapun tentang perawatan Ingrid. Bastian takut jika nanti ujung-ujungnya di suruh membayar biaya rumah sakit. Maka dari itu Bastian berusaha secepatnya pergi dari tempat itu.
"Yah, ada apa, ya, petugas pengurus ruangan meminta ayah menemuinya?" tanya Ani nampak khawatir.
"Sebaiknya kita temui saja, biar kita tahu dan tidak diliputi rasa penasaran lagi," sahut Budi.
Akhirnya sepasang suami-isteri itu pun menemui petugas pengurus ruangan. Untuk beberapa menit mereka terpaksa menunggu, karena petugas pengurus ruangan masih ada pekerjaan.
"Maaf, telah membuat bapak dan ibu menunggu," ucap petugas pengurus ruangan yang baru datang itu.
"Apakah ada masalah, Bu?" tanya Budi yang sudah sangat penasaran.
"Tidak ada, hanya saja, orang yang mengantarkan putri bapak dan ibu meminta saya menyampaikan pesan,"
"Pesan apa? Tolong katakan," pinta Budi tidak sabar.
"Orang itu berpesan agar bapak dan ibu berhati-hati pada menantu kalian, karena apa yang terlihat dan terdengar belum tentu benar. Yang perlu bapak dan ibu tahu, menantu kalian pernah datang menemui saya meminta saya memindahkan Bu Ingrid ke ruangan biasa, tapi setelah saya mengatakan bahwa Bu Ingrid di tempatkan di ruangan VIP atas permintaan Pak Budi, dia langsung pergi," ujar petugas itu membuat Budi dan Ani terkejut.
"Siapa orang misterius itu? Kenapa dia meminta kami berhati-hati pada Bastian? Dan benarkah Bastian ingin memindahkan Ingrid ke ruangan biasa? Tapi tidak mungkin petugas ini berbohong bukan?" batin Budi. Sedangkan Ani juga nampak terdiam dan berpikir.
"Ini adalah ATM milik orang itu. Katanya jika ada sisa setelah membayar pengobatan Bu Ingrid, saya diminta untuk mengembalikan ATM ini pada bapak dan ibu. Katanya bapak dan ibu bisa menggunakan uang di dalamnya," ujar petugas pengurus ruangan itu seraya menyerahkan kartu ATM beserta nomor pin-nya.
Budi dan Ani saling menatap. Mereka benar-benar penasaran dengan orang misterius yang sangat baik itu.
"Siapa sebenarnya orang itu, Bu?" tanya Budi pada petugas pengurus ruangan itu.
"Maaf, saya juga tidak tahu," sahut wanita itu.
Meskipun curiga kalau petugas pengurus ruangan itu mengenali orang misterius itu, tapi Budi dan Ani juga tidak biasa berbuat apa-apa. Bukan tanpa alasan Budi berpikir bahwa petugas pengurus ruangan itu mengenali orang misterius itu. Pasalnya wanita itulah yang mengurus segala sesuatu untuk Ingrid selama berada di rumah sakit itu.
Tak lama setelah kepergian Ani dan Budi, seorang pria yang memakai masker, topi, kacamata, celana dan Hoodie yang semuanya berwarna hitam pun muncul. Pria itu menutup kepalanya dengan tudung Hoodie-nya, sehingga sulit untuk mengenali pria itu
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ALNAZTRA ILMU
si marcell tu
2025-01-30
0
yuli
kayaknya marcel. deh,,,
dia pernah mengatakan lbh kaya dr bastian jangan otak cerdasnya buat main saham byr ga kliatan,, dan dia jg mengetahui niat buruk bastian
2024-07-21
2
Tarmi Widodo
biadab kau Bastian aq😀
marsel kah itu?
2024-07-16
1