6. Bersedia

Setelah selesai makan malam, empat orang itupun pergi ke ruangan keluarga dan tak lama kemudian Budi dan Ani pun datang.

"Silahkan duduk, Pak, Bu!" ucap Hugo pada Budi dan Ani sopan.

Budi dan Ani pun duduk berdampingan di sofa panjang. Dua orang itu mengernyitkan kening saat melihat wajah Marcell dan Bastian nampak biru, lebam dan memar.

"Mereka berkelahi? Huff..tidak seharusnya aku menikahkan putriku ke keluarga ini," batin Budi yang lagi-lagi merasa menyesal.

"Sebelumnya, saya mengucapkan terima kasih karena telah datang ke rumah kami untuk membicarakan masalah ini. Kami harap masalah ini bisa diselesaikan secara baik-baik dan kekeluargaan," ujar Hugo penuh harap.

Hugo sadar, jika Budi melaporkan kejadian ini ke polisi, maka nama baiknya akan hancur dan hal itu bisa berpengaruh buruk pada perusahaannya. Karena itulah, Hugo berusaha sebisa mungkin membujuk Budi untuk menyelesaikan semuanya dengan jalan kekeluargaan.

Budi memang bukan orang kaya, hanya seorang guru PNS. Tapi ayah Budi adalah orang yang telah menyelamatkan ayah Hugo dengan mendonorkan jantungnya pada ayah Hugo sebelum meninggal karena kecelakaan. Dan Hugo adalah orang yang berprinsip, tidak akan pernah melupakan kebaikan orang lain.

Ayah Hugo berpesan agar kelak menikahkan salah satu putranya dengan putri Budi. Membahagiakan putri Budi untuk membalas budi pada ayah Budi. Eh, kebanyakan kata Budi, he.he..

Karena itu Hugo menjalankan pesan ayahnya dengan melamar Ingrid sebagai menantunya. Namun siapa yang menyangka, kalau kejadiannya akan seperti sekarang? Niat membalas budi malah mencelakai. Ingin membahagiakan malah membuat menderita.

Yah, begitulah. Manusia hanya bisa berencana dan bercita-cita, tapi takdir Tuhan lah yang berbicara dan menentukan segalanya.

Budi menghela napas panjang kembali menatap Bastian dan Marcell bergantian. Seandainya saja saat di pertemukan dulu Ingrid dan Bastian tidak saling menyukai, Budi tidak akan pernah menyetujui perjodohan ini.

Namun tepung beras sudah menjadi bubur sumsum, tidak mungkin lagi di buat rempeyek. Tinggal ditambah kuah santan campur nangka dan gula merah serta es batu, maka akan jadi desert yang nikmat.

"Setelah kejadian semalam, bagaimana keputusan kamu Bastian? Kamu masih ingin melanjutkan pernikahan kamu dengan Ingrid atau tidak?" tanya Budi to the point.

Bastian hendak bicara, namun tiba-tiba handphonenya berbunyi. Bastian pun melihat siapa yang sedang menghubungi dirinya.

"Maaf, aku angkat telpon dulu," pamit Bastian, kemudian buru-buru keluar dari ruangan itu tanpa menunggu persetujuan semua orang yang ada di tempat itu.

"Sepertinya selama satu tahun ini aku telah salah menilai anak ini," batin Budi nampak kecewa karena Bastian lebih mementingkan menerima telepon dari pada menjawab pertanyaannya. Budi merasa Bastian tidak menganggap penting masalah ini.

"Anak ini! Bukannya menjawab pertanyaan mertuanya, tapi malah menerima telepon," gerutu Hugo dalam hati merasa kesal dengan sikap Bastian.

"Halo!" sapa Bastian dalam sambungan telepon.

"Jam berapa kamu mengantarkan dia padaku?" tanya orang dari sambungan telepon itu.

"Malam ini dan dalam waktu dekat ini aku belum bisa mengantarkan dia padamu. Dia masuk rumah sakit. Nanti setelah dia sembuh, aku kabari kamu," sahut Bastian.

"Kamu tidak sedang membohongi aku, 'kan? Kamu tahu, 'kan, apa akibatnya jika kamu membohongi aku?" tanya orang yang menelpon Bastian terdengar tidak suka.

"Aku tahu. Aku tidak bohong sama kamu. Apa yang terjadi kemarin itu diluar prediksi dan rencana ku. Aku juga merasa sangat dirugikan dengan kejadian kemarin malam," sahut Bastian menghela napas panjang.

"Jangan lakukan apapun padanya sebelum aku mengizinkan kamu. Jika kamu tidak mendengar apa yang aku katakan, kamu akan tahu akibat,"

"Aku mengerti. Aku tidak akan melakukan apapun sebelum kamu mengizinkan," sahut Bastian dengan tangan yang terkepal.

"Aku tunggu kabar baik dari kamu secepatnya,"

"Okey," sahut Bastian dan orang yang menghubungi dirinya pun mengakhiri panggilannya.

Bastian mengenggam erat handphonenya menahan emosi.

"Sial! Ini semua karena anak haram itu," umpat Bastian terlihat kesal.

Sedangkan di ruangan keluarga, setelah Bastian keluar dari ruangan itu semua orang nampak terdiam untuk beberapa menit. Mereka masih menunggu Bastian yang belum selesai menerima telepon.

Marcell menghela napas panjang, lalu mulai bicara, "Pak Budi, Bu Ani, aku mohon maaf atas semua yang telah aku lakukan. Aku bersedia bertanggung jawab atas perbuatanku pada Ingrid. Aku bersedia menikahi Ingrid," ucap Marcell penuh kesungguhan bertepatan dengan Bastian yang masuk.

Semua orang pun menatap Bastian yang baru saja masuk itu. Bastian mengepalkan kedua tangannya saat mendengar kesediaan Marcell untuk menikahi Ingrid. Bastian pun kembali duduk di tempatnya tadi.

"Maaf, bukannya aku tidak menganggap masalah ini tidak penting, Pak, Bu. Tapi, tadi adalah telepon dari investor yang tidak bisa di tunda untuk di jawab, karena bisa mempengaruhi kerja sama dengan perusahaan. Untuk pertanyaan bapak tadi, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan Ingrid. Karena ini bukan kesalahan Ingrid dan aku masih mencintai Ingrid," ucap Bastian membuat Marcell mengepalkan kedua tangannya. Sedangkan Ema nampak terkejut dengan keputusan Bastian itu.

"Saat Ingrid di rumah sakit tadi pagi, Kamu tidak ada di sana. Suster mengatakan kalau Ingrid di antar oleh seorang pria yang memakai masker dan topi. Bahkan sampai sekarang kamu belum mengunjungi Ingrid. Apa kamu yakin masih mencintai dan masih ingin bersama Ingrid setelah kejadian kemarin malam?" tanya Ani yang khawatir kejadian semalam akan mempengaruhi rumah tangga Bastian dan Ingrid ke depannya.

"Maaf, aku sangat kecewa dan syok dengan kejadian kemarin malam. Jadi aku pergi menenangkan diri. Tapi bukan berarti aku sudah tidak peduli, apalagi tidak mencintai Ingrid lagi. Aku tidak tahu kalau Ingrid sampai masuk rumah sakit karena kejadian semalam," jelas Bastian dengan wajah tertunduk.

"Baik, jika kamu memang masih mencintai Ingrid, dan tidak mempermasalahkan kejadian semalam, bapak harap kedepannya kalian bisa bahagia. Tolong perlakukan Ingrid dengan baik, karena bapak tidak akan terima kalau kamu menyakiti Ingrid," ujar Budi yang tidak bisa memaksa Bastian untuk menceraikan Ingrid.

Bagaimana pun Budi tahu, kalau Ingrid mencintai Bastian. Budi juga mendengar kalau Marcell kerjaannya hanya keluyuran tidak jelas dan belum memiliki pekerjaan. Kuliah pun lulus dengan nilai pas-pasan. Suka nongkrong di bengkel dan juga kafe, bahkan ikut geng dan pernah tawuran. Tidak mungkin bukan Budi menyerahkan putrinya pada seorang pengangguran pembuat onar dan nolep seperti Marcell?

Sedangkan Bastian digadang-gadang sebagai penerus perusahaan tekstil milik Hugo, hingga Budi tidak perlu takut Ingrid hidup susah. Bukan matre, tapi orang tua mana yang tidak mau hidup anaknya kecukupan? Orang tua mana yang rela anaknya hidup menderita?

"Baik, Pak. Aku akan berusaha untuk membahagiakan Ingrid. Aku akan ke rumah sakit untuk menjaga Ingrid malam ini," sahut Bastian.

"Baiklah, kalau begitu kami pamit pulang," ujar Budi.

"Maaf, aku nggak bisa bareng sama bapak dan ibu. Aku akan bertemu dengan sekretaris ku dulu untuk membahas beberapa hal. Setelah itu baru ke rumah sakit," ujar Bastian.

"Iya, nggak apa-apa," sahut Budi memaklumi.

Hugo merasa lega karena akhirnya semua bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Keluarga Hugo mengantar Budi dan Ani hingga di depan teras rumah. Setelah Budi dan Ani pulang, Hugo dan Ema pun kembali masuk ke dalam rumah.

Bastian berjalan mendekati Marcell lalu berkata, "Kamu pikir dengan menodai Ingrid aku akan melepaskan Ingrid untuk kamu? Mimpi! Selamanya aku tidak akan pernah menceraikan Ingrid. Lagipula, apa kamu lupa? Ingrid tidak pernah mencintai kamu. Bahkan kamu sudah di tolak Ingrid berulang kali. Selamanya kamu tidak akan pernah bisa memiliki Ingrid. Yang ada, Ingrid akan semakin membencimu seumur hidupnya karena kejadian kemarin malam. Jangan harap kamu bisa memiliki apa yang aku miliki. Dasar anak haram! Anak pelakor!" umpat Bastian membuat kedua tangan Marcell terkepal dan rahangnya mengeras.

Bastian tersenyum sinis penuh kemenangan, lalu membalikkan tubuhnya hendak melangkahkan kakinya meninggalkan Marcell.

"Aku penasaran, siapa yang sudah memukuli calon penerus perusahaan tekstil ini. Jangan-jangan.. kakak dipukuli oleh debt collector karena tidak mampu membayar hutang," ucap Marcell tersenyum sinis.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

ALNAZTRA ILMU

ALNAZTRA ILMU

kesian ingrid dijual bastian nanti

2025-01-30

0

guntur 1609

guntur 1609

makin hancurlah ankmu bud di tangan bastian

2024-07-31

0

Rahmawati

Rahmawati

ada apa. dengan Bastian,seperti ada yg dirahasiakan

2024-07-29

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam Tak Terduga
2 2. Emosi
3 3. Maaf
4 4. Sama Brengseeknya
5 5. Orang Misterius
6 6. Bersedia
7 7. Akting
8 8. Semakin Penasaran
9 9. Kekasih
10 10. Terjerat Cinta
11 11. Semakin Benci
12 12. Manipulatif
13 13. Image
14 14. Memutar Balikkan Fakta
15 15. Playing victim
16 16. Di Hadang
17 17. Agar Natural
18 18. Tertusuk
19 19. Mengantar Pulang
20 20. Berbohong
21 21. Tidak Mau
22 22. Syarat
23 23. Merasa Menjadi Korban
24 24. Penampilan
25 25. Bertanggung Jawab
26 26. Trauma
27 27. Pasrah
28 28. Tanpa Filter
29 29. Hangat
30 30. Obat Penenang
31 31. Mencari Informasi
32 32. Akhirnya Tahu
33 33. Montir
34 34. Waiters Ganteng
35 35. Everything I do
36 36. Khawatir
37 37. Penasaran
38 38. Dendam
39 39. Si Cungkring
40 40. Uring-uringan
41 41. Baru Tahu
42 42. video
43 43. Pilihan
44 44. Dirumahkan
45 45. Refleks
46 46. Rasa Hormat
47 47. Menerka-nerka
48 48. Mengakui
49 49. Tidak Pulang
50 50. Menyusul
51 51. Prioritas
52 52. Terlalu Nyaman
53 53. Pengakuan
54 54. Maaf
55 55. Curiga
56 56. Saling Menyalahkan
57 57. Ide
58 58. Gugup
59 59. Gelisah
60 60. Seutuhnya
61 61. Nambah
62 62. Mempertimbangkan
63 63. Rencana
64 64. Menutupi
65 65. Canggung
66 66. Angkuh
67 67. Gadis Yang Sama
68 68. Pemegang Saham
69 69. Terpesona
70 70. Tersinggung
71 71. Memilih Bekerja
72 72. Merasa Takut
73 73. Masih Mikir
74 74. Isyarat
75 75. Merajuk
76 76. Penolong
77 77. Anak
78 78. Memaksa
79 79. Hampir
80 80. Was-was
81 81. Tidak Bisa Memutuskan
82 82. Menohok
83 83. Semakin Sakit
84 84. Kembali
85 85. Pulang ke Rumah
86 86. Penuh Ide Jahat
87 87. Mengikuti
88 88. Membalikkan Posisi
89 89. Sisa Pembayaran
90 90. Sadisme
91 91. Jujur
92 92. Tidak Menyangka
93 93. Mengubah Pembagian
94 94. Tidak Peduli
95 95. Penahanan
96 96. Perdebatan
97 97. Kenapa?
98 98. Tergoda
99 99. Mengunjungi
100 100. Takut Terganggu
101 101. Tak Tahu Malu
102 102. Bukan Mengancam
103 103. Bukan Berarti
104 104. Harus
105 105. Apa Mungkin?
106 106. Menggemaskan
107 107. Menyusun Rencana
108 108. Tidak Rela
109 109. Menempel
110 110. Bersemangat
111 111. Solusi
112 112. Berbohong
113 113. Puber Kedua
114 114. Ngaku
115 115. Menjinakkan
116 116. Menemui
117 117. Terpaksa
118 118. Merasa Bersyukur
119 119. Kepentok Kenyataan
120 120. Serius
121 121. Maaf
122 122. Sorry I Hurt You
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Malam Tak Terduga
2
2. Emosi
3
3. Maaf
4
4. Sama Brengseeknya
5
5. Orang Misterius
6
6. Bersedia
7
7. Akting
8
8. Semakin Penasaran
9
9. Kekasih
10
10. Terjerat Cinta
11
11. Semakin Benci
12
12. Manipulatif
13
13. Image
14
14. Memutar Balikkan Fakta
15
15. Playing victim
16
16. Di Hadang
17
17. Agar Natural
18
18. Tertusuk
19
19. Mengantar Pulang
20
20. Berbohong
21
21. Tidak Mau
22
22. Syarat
23
23. Merasa Menjadi Korban
24
24. Penampilan
25
25. Bertanggung Jawab
26
26. Trauma
27
27. Pasrah
28
28. Tanpa Filter
29
29. Hangat
30
30. Obat Penenang
31
31. Mencari Informasi
32
32. Akhirnya Tahu
33
33. Montir
34
34. Waiters Ganteng
35
35. Everything I do
36
36. Khawatir
37
37. Penasaran
38
38. Dendam
39
39. Si Cungkring
40
40. Uring-uringan
41
41. Baru Tahu
42
42. video
43
43. Pilihan
44
44. Dirumahkan
45
45. Refleks
46
46. Rasa Hormat
47
47. Menerka-nerka
48
48. Mengakui
49
49. Tidak Pulang
50
50. Menyusul
51
51. Prioritas
52
52. Terlalu Nyaman
53
53. Pengakuan
54
54. Maaf
55
55. Curiga
56
56. Saling Menyalahkan
57
57. Ide
58
58. Gugup
59
59. Gelisah
60
60. Seutuhnya
61
61. Nambah
62
62. Mempertimbangkan
63
63. Rencana
64
64. Menutupi
65
65. Canggung
66
66. Angkuh
67
67. Gadis Yang Sama
68
68. Pemegang Saham
69
69. Terpesona
70
70. Tersinggung
71
71. Memilih Bekerja
72
72. Merasa Takut
73
73. Masih Mikir
74
74. Isyarat
75
75. Merajuk
76
76. Penolong
77
77. Anak
78
78. Memaksa
79
79. Hampir
80
80. Was-was
81
81. Tidak Bisa Memutuskan
82
82. Menohok
83
83. Semakin Sakit
84
84. Kembali
85
85. Pulang ke Rumah
86
86. Penuh Ide Jahat
87
87. Mengikuti
88
88. Membalikkan Posisi
89
89. Sisa Pembayaran
90
90. Sadisme
91
91. Jujur
92
92. Tidak Menyangka
93
93. Mengubah Pembagian
94
94. Tidak Peduli
95
95. Penahanan
96
96. Perdebatan
97
97. Kenapa?
98
98. Tergoda
99
99. Mengunjungi
100
100. Takut Terganggu
101
101. Tak Tahu Malu
102
102. Bukan Mengancam
103
103. Bukan Berarti
104
104. Harus
105
105. Apa Mungkin?
106
106. Menggemaskan
107
107. Menyusun Rencana
108
108. Tidak Rela
109
109. Menempel
110
110. Bersemangat
111
111. Solusi
112
112. Berbohong
113
113. Puber Kedua
114
114. Ngaku
115
115. Menjinakkan
116
116. Menemui
117
117. Terpaksa
118
118. Merasa Bersyukur
119
119. Kepentok Kenyataan
120
120. Serius
121
121. Maaf
122
122. Sorry I Hurt You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!