Bastian mengepalkan kedua tangannya erat, rahangnya mengeras dengan tatapan penuh amarah yang tertuju pada leher dan dada Ingrid. Hampir di seluruh kulit Ingrid tercetak kiss mark berwarna merah dan juga keunguan. Bahkan mayoritas berwarna keunguan.
"Kamu sok polos dan sok suci di hadapan ku. Kamu tidak pernah mau aku cium selama kita menjalin hubungan. Tapi setelah menikah denganku, kamu malah bercinta dengan adikku tiriku di malam pertama kita. Munafik! Pengkhianat! Dasar wanita murahan!" umpat Bastian penuh emosi dengan suara menggelegar.
Ingrid tersentak, hingga kedua pundaknya terangkat ke atas karena mendengar suara Bastian dengan nada tinggi itu. Bahkan pria yang di cintainya dan sudah resmi menjadi suaminya itu mengumpat dirinya dengan kata-kata kasar yang merendahkan.
Selama Ingrid menjalin hubungan dengan Bastian, tidak pernah Ingrid melihat Bastian marah apalagi mengumpat dirinya seperti barusan. Namun Ingrid dapat memahami dan memaklumi perasaan Bastian. Suami mana yang tidak marah dan syok jika berada di posisi Bastian?
"Bas, aku nggak pernah mengkhianati kamu. Aku pikir dia tadi adalah kamu. Aku tidak tahu kalau yang bersamaku adalah adikmu," ucap Ingrid yang masih menangis itu jujur. Ingrid benar-benar mengira kalau pria yang bersamanya tadi adalah Bastian.
"Bohong! Sudah satu tahun kita bertunangan dan sering jalan berdua. Mana mungkin kamu tidak mengenali aku," tukas Bastian terlihat sangat kecewa.
Tadi Ingrid terlalu grogi, lalu terlena dengan perlakuan romantis dan lembut Marcell, hingga Ingrid tidak bisa mengenali siapa pria yang sedang bersamanya.
"Dia..dia tiba-tiba memeluk aku dari belakang saat aku keluar dari kamar mandi. Dia berbicara dengan cara berbisik pelan, lalu menutup mataku dengan kain. Aku benar-benar tidak tahu kalau itu dia. Aku menyangka itu adalah kamu. Percayalah! Aku nggak bohong, Bas," sanggah Ingrid jujur seraya mengusap air matanya yang terus mengalir bak anak sungai.
"Alasan! Aku tidak percaya! Hanya orang bodoh yang percaya pada kata-katamu itu!" sergah Bastian kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu. Terlihat jelas guratan kekecewaan, kebencian, amarah dan dendam di wajah pemuda itu.
"Bas, kamu mau kemana? Bas, aku tidak bersalah dalam hal ini. Bas, dengarkan penjelasan ku. Bas..."
"Brakk"
Ingrid tidak melanjutkan kata-katanya saat Bastian menutup pintu kamar itu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang kuat. Kedua pundak Ingrid sampai terangkat ke atas karena sangking terkejutnya.
"Akkhh..!" pekik Ingrid memukul-mukul ranjang tempatnya berbaring.
"Kenapa? Kenapa harus begini? Kenapa semua ini terjadi? Apa salahku? Apa salahku?" pekik Ingrid yang masih terus menangis.
Ingrid mengenang masa-masa bahagia yang pernah dilaluinya bersama Bastian. Ingrid dan Bastian sebelumnya tidak saling mengenal. Mereka di pertemukan dan langsung bertunangan. Perlahan tumbuh cinta di hati Ingrid, karena Bastian yang nampak menerima dirinya sebagai tunangannya. Hingga setalah satu tahun bertunangan, Bastian memutuskan untuk menikahi Ingrid.
Ingrid membayangkan pernikahan yang bahagia bersama Bastian, namun setelah malam ini, apakah Ingrid masih punya harapan untuk bahagia? Entahlah.
Bahagia atau tidak itu tergantung pada diri kita sendiri. Semakin tinggi kita memasang standar kebahagiaan kita, maka akan semakin sulit bagi kita untuk bahagia. Karena itu jangan memasang standar dan ekspektasi terlalu tinggi. Lebih banyaklah bersyukur dari pada menyesali apa yang telah terjadi. Maka bahagia akan bertahta di dalam hati.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Ingrid turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah tertatih-tatih. Ingrid meringis menahan sakit di area inti tubuhnya. Percintaannya dengan Marcell tadi begitu membara dan mereka melakukannya dalam durasi lama serta mendapatkan pelepasan berkali-kali. Hal itu membuat bagian inti tubuh Ingrid yang baru pertama kali di masuki pria menjadi lecet dan bengkak.
Masih menangis, Ingrid menatap jijik pada tubuhnya sendiri yang dipenuhi dengan kiss mark berwarna merah dan keunguan. Ingrid berdiri di bawah shower, mengguyur tubuhnya dengan air dingin seraya menggosok-gosok tubuhnya dengan kuat ingin menghilangkan jejak sentuhan Marcell di tubuhnya. Ingrid berulang kali memakai sabun dan menggosok tubuhnya dengan harapan konyol bisa menghilangkan semua jejak yang ditinggalkan Marcell di tubuhnya. Entah sudah berapa kali Ingrid melakukannya hingga kulitnya lecet karena di gosok dan mengerut karena kedinginan.
"Marcell brengseek! Aku benci kamu! Aku benci kamu! Akkhh.." teriak Ingrid terduduk di bawah shower dengan air mata yang terus mengalir dari kelopak matanya. Wanita itu terdiam di bawah shower, hatinya menolak kenyataan yang sudah terjadi.
Setelah lama terdiam di kamar mandi, dengan wajah pucat pasi dan langkah tertatih Ingrid keluar dari kamar mandi. Netranya yang tanpa sengaja menatap ranjang yang berantakan dengan noda darah di atasnya membuat hati Ingrid kembali terasa sakit.
Ingrid melepaskan sprei itu, lalu membuangnya ke tempat sampah. Wanita itu meringkuk di atas sofa yang ada di dalam kamar itu tanpa mau menatap ke arah ranjang yang membuat dirinya mengingat kejadian tadi. Kejadian yang telah menghancurkan hati dan impiannya.
Sampai pagi menjelang, Bastian tidak kembali ke kamar hotel yang seharusnya menjadi tempat dirinya dan Bastian tidur bersama untuk pertama kalinya. Ingrid berusaha menghubungi Bastian, tapi nomor Bastian malah tidak aktif.
"Kamu dimana, Bas? Apa.. apa kamu akan mencampakkan dan meninggalkan aku?" gumam Ingrid dengan pipi yang basah oleh air mata.
Saat ini Ingrid tidak tahu bagaimana nasibnya ke depannya. Apakah Bastian ingin melanjutkan pernikahan mereka atau memilih mengakhiri pernikahan mereka. Sungguh Ingrid tidak bisa menebak.
Jika Bastian mengakhiri pernikahan mereka, apa yang harus Ingrid lakukan setelah mengalami kejadian semalam? Dan jika pernikahan mereka dilanjutkan, apakah ke depannya kejadian semalam tidak akan mempengaruhi hubungannya dengan Bastian? Ingrid benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan di hatinya itu.
Akhirnya Ingrid memilih check out dari hotel itu dan memutuskan untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Setelah kejadian semalam Bastian tidak kembali sampai saat ini. Tidak mungkin Ingrid pulang ke rumah mertuanya sendirian
Dengan tubuh yang terasa lemas dan kepala yang terasa pusing, Ingrid melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotel itu sambil membawa tas ransel yang berisi pakaiannya.
Ingrid meninggalkan kamar hotel yang telah menorehkan kenangan buruk sepanjang hidupnya. Tempat yang tidak ingin diingat apalagi dikunjungi lagi oleh Ingrid.
Namun baru beberapa langkah keluar dari kamar hotel, Ingrid merasa kepalanya yang tadinya pusing malah semakin terasa berat. Bahkan pandangan matanya terasa kabur dan berkunang-kunang.
"Brukk"
Pada akhirnya Ingrid jatuh pingsan. Tubuhnya kelelahan karena kurang tidur dan aktivitas ranjang yang menguras tenaga semalam. Tubuhnya demam dan pucat karena terlalu lama mandi. Kulitnya lecet karena terlalu lama dan terlalu kuat di gosok. Matanya bengkak karena semalaman menangis. Belum lagi stress karena kejadian yang menimpa dirinya semalam. Semua itu membuat kondisi Ingrid menjadi drop.
Memprihatinkan. Hanya satu kata itulah yang bisa terucap saat melihat kondisi Ingrid saat ini. Wanita yang kemarin tersenyum bahagia dalam balutan gaun pengantin itu sekarang malah terlihat mengenaskan.
Seorang pria yang memakai jaket, masker dan topi nampak mendekati Ingrid, lalu mengambil tas ransel Ingrid. Pria itu memakai tas ransel Ingrid, lalu mengangkat tubuh Ingrid. Untuk sesaat pria itu menatap wajah Ingrid.Tanpa melepaskan maskernya, sebuah kecupan hangat dan lembut dilabuhkan pria itu di dahi Ingrid. Setetes kristal bening jatuh di wajah Ingrid yang pucat pasi.
"Maaf.." ucap pria itu mendekap erat tubuh Ingrid yang terasa panas.
...🌟...
...Tuhan tidak akan memberikan cobaan dan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya....
...Kita hanya bisa berpikir positif, ikhlas, berlapang dada dan bersabar menghadapinya....
...Mengambil hikmah atas semua yang terjadi tanpa harus menyalahkan dan membenci siapapun, termasuk diri sendiri....
...Tuhan tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya....
...Sabar dan tegar lah dalam menghadapi ujian dan cobaan, jangan larut dan tenggelam dalam keterpurukan....
...Karena bumi terus berputar, meskipun kita enggan dan berhenti berjalan....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Hilda Yanti
👍👍👍👍👍👍👍👍👍 sedih ceritanya luar biasa
2024-11-26
1
Nuri Maulidia
ngeneees
2025-03-03
1
Rahmawati
sbnrnya ada apa. sm. Marcel, knp dia tega sm inggrid
2024-07-29
1