Tak lama setelah Bastian kembali ke meja tempat dirinya meninggalkan Ingrid, waiters pun menyajikan makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Sepertinya enak, ayo makan!" ajak Bastian.
Bastian dan Ingrid pun mulai makan di kafe yang selalu ramai dengan pengunjung itu. Pelanggan kafe itu rata-rata dari kalangan muda-mudi.
Konsep kafe yang nyaman, kekinian dan menu yang disajikan juga menu kekinian yang banyak disukai kalangan muda membuat kafe itu selalu ramai pengunjung. Bahkan kafe itu juga melayani go food yang juga tidak pernah sepi pesanan.
"Pantas saja kafe ini selalu ramai, makanan dan minumannya enak dan tempatnya juga nyaman," ujar Ingrid menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Benar sekali. Kapan-kapan kita ke sini lagi. Mau?" tanya Bastian seraya mengusap sudut bibir Ingrid yang sedikit terkena saus dengan tisu. Sungguh manis bukan?
"Hum," sahut Ingrid tersenyum tipis menatap Bastian, " semakin hari Bastian semakin manis saja. Aku takut lama-lama kena diabetes," batin Ingrid yang benar-benar merasa bahagia bersama Bastian. Namun entah sampai kapan kebahagiaan itu akan bertahan.
Marcell yang baru masuk ke dalam kafe itu dan tanpa sengaja melihat dua orang itu pun bergegas masuk ke dalam sebuah ruangan. Dari dalam ruangan itu Marcell bisa melihat Bastian dan Ingrid dengan jelas tanpa diketahui oleh orang yang ada di luar ruangan itu.
"Eh, Cell, kapan lu ke sini?" tanya Dandy yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
"Baru aja," sahut Marcell tanpa mengalihkan pandangannya dari Ingrid.
"Siapa yang lu pantengin?" tanya Dandy yang melihat tatapan mata Marcell masih mengarah ke titik yang sama.
Marcell diam tanpa menjawab menatap sendu ke arah Ingrid yang nampak bahagia bersama Bastian. Dandy pun ikut menatap ke arah pandangan mata Marcell tertuju.
"Itu cewek yang lu taksir itu, 'kan?" tanya Dandy saat retina matanya menangkap bayangan Ingrid.
"Hum," sahut Marcell menghela napas panjang.
"Lu nggak bisa menaklukkan hati dia, sampai dia menikah dengan kakak lu sendiri. Haissh.. Miris bin tragis kisah cinta lu, Cell," ujar Dandy tanpa dosa.
"Diem lu! Jangan membubuhkan garam di atas luka gua," sahut Marcell membuang napas kasar. Mengingat kata-kata Ingrid saat di dapur waktu itu membuat hati Marcell terasa sakit. Ingrid mengatakan sangat membenci dirinya dan tidak akan pernah memaafkan dirinya.
"Lu, sih, bikin citra diri elu sendiri hancur. Lu minta kami semua nyebarin gosip kalau elu play boy, demen tawuran, demen nongkrong di klub malam, kafe dan bengkel. Padahal bengkel sama kafe ini milik elu sendiri. Jadi wajar aja kalau elu nongkrong di mari. Bahkan elu sengaja bikin nilai kuliah elu jadi standar, hingga elu lulus dengan nilai pas-pasan. Sekarang citra diri elu benar-benar udah hancur dan akhirnya lu susah buat cari gebetan gadis baik-baik," sahut Dandy menghela napas panjang.
"Gua cuma pengen hidup tenang. Saat gua SMP sampai SMA, gua nunjukin prestasi gua dan hal itu malah membuat nyawa gua terancam. Nyokap tiri gua berulang kali pengen ngilangin gua dari muka bumi ini. Karena kecerdasan gua, dia takut gua bakal di jadiin CEO di perusahaan papa. Karena itu gua sengaja membuat image gua hancur biar nyokap tiri gua nggak terus terusan pengen ngilangin gua dari muka bumi ini. And it's works. ( Dan ini berhasil). Nyokap tiri gua nggak lagi berusaha bunuh gua lagi. Gua aman semenjak image gua hancur," sahut Marcell menghela napas panjang.
"Iye, tapi lu jadi di cap sebagai cowok berandalan, brengseek dan nggak bener plus pengangguran," sahut Dandy membuang napas kasar.
"Mau gimana lagi? Semua ada efek positif sama negatifnya. Dengan image gua saat ini, emang sulit nyari gadis baik-baik, tapi dengan image ini pula gua bisa lihat dengan jelas mana orang yang baik dan mana yang nggak baik,"sahut Marcell kemudian membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan itu.
"Bener juga, sih. Dengan elu yang seperti saat ini, elu bisa lihat mana yang baik dan tulus serta mana yang jahat dan penuh akal bulus. Hanya orang-orang baik yang bisa melihat kebaikan elu. Contohnya, ya, gua," ujar Dandy seraya merapikan jas yang dikenakannya.
"Narsis, lu!" cetus Marcell seraya melempar bantal sofa ke arah Dandy, sedangkan Dandy malah terkekeh.
Dandy adalah manajer di kafe itu yang ditunjuk Marcell untuk mengurus kafenya. Ya, benar, Marcell adalah pemilik kafe itu. Marcell memiliki kafe dan bengkel serta beberapa saham di beberapa perusahaan.
Pertanyaannya, dari mana Marcell mendapatkan uang untuk semua itu?
Saat masih hidup, ibu Marcell membuka katering rumahan yang cukup laris. Hugo juga memberikan uang belanja rutin tiap bulan pada ibu Marcell sama besarnya dengan yang diberikan Hugo pada Ema. Jika Ema lebih suka hidup glamor, maka ibu Marcell lebih suka hidup sederhana dan banyak menabung.
Ibu Marcell menabung semua uang yang diberikan oleh Hugo, bahkan juga menabung hasil usahanya sendiri. Saat ibu Marcell meninggal, semua tabungan itu menjadi milik Marcell. Saat sekolah Marcell yang cerdas juga bekerja freelance online. Bahkan sampai sekarang Marcell masih bekerja sebagai freelance online dengan gaji yang bisa di bilang besar, yaitu berkisar delapan ratus juta pertahun.
Freelance online merupakan sebutan bagi orang yang berstatus kerja online tetapi waktu kerja tersebut dapat diatur sendiri dan bisa bekerja dari rumah. Tidak seperti karyawan tetap atau profesional lainnya, yang harus memiliki jam kerja selama 8 jam sehari dan harus datang di tempat bekerja.
Marcell juga pintar mengelola keuangannya. Karena itu Marcell tidak pernah kekurangan uang. Marcell terkesan seperti pengangguran, padahal selalu menghasilkan uang.
Marcell memakai uang tabungan ibunya, uang jajannya dari Hugo dan juga uang hasil bekerja sebagai freelance online untuk membuka usaha dan membeli saham. Namun Marcell menyembunyikan semua asetnya dari siapapun, termasuk dari Hugo. Hanya orang-orang yang dipercaya olehnya saja yang tahu tentang kafe dan bengkel milik Marcell. Sedangkan tentang saham yang dimiliki oleh Marcell, tidak ada seorang pun yang tahu selain Marcell sendiri.
Selesai makan, Bastian melirik jam di pergelangan tangannya.
"Grid, aku ke toilet dulu, ya?" pamit Bastian.
"Hum," sahut Ingrid tersenyum tipis.
Sudah setengah jam semenjak dirinya berbicara dengan Alex melalui sambungan telepon, sudah saatnya dirinya meninggalkan Ingrid. Entah bagaimana cara Alex membawa Ingrid, Bastian pun tidak tahu.
Bastian berjalan menuju toilet, namun ternyata pria itu ke toilet hanya untuk mencuci tangan. Setelah itu Bastian malah membuka akun media sosialnya. Pria itu sengaja berlama-lama di dalam toilet sambil menunggu Ingrid dibawa oleh Alex.
Di sisi lain, seorang wanita muda nampak menghampiri Ingrid.
"Kak, kakak yang punya mobil warna hitam yang di parkir di parkiran paling ujung, ya?" tanya wanita itu.
"Iya, itu mobil suami saya," sahut Ingrid membenarkan.
"Ada yang nggak sengaja nabrak mobil kakak, coba lihat dulu, deh!" ucap wanita itu.
Ingrid pun akhirnya keluar dari kafe itu mengikuti wanita yang menghampirinya itu. Saat tiba di tempat mobil Bastian di parkir, tiba-tiba wanita itu pergi begitu saja meninggalkan Ingrid.
"Hei! Kamu mau kemana?" tanya Ingrid yang bingung dengan sikap wanita itu yang tiba-tiba meninggalkan dirinya begitu saja.
Sempat merasa bingung dengan sikap wanita itu, akhirnya Ingrid memeriksa keadaan mobil Bastian. Ingrid tidak menyadari ada dua orang pria nampak memasuki area parkir itu.
"Mobil Bastian baik-baik aja, kok. Kenapa wanita tadi mengatakan mobil Bastian di tabrak orang? Terus kenapa dia tiba-tiba pergi begitu saja? Aneh banget," gumam Ingrid.
"Ikut kami atau aku akan menusuk kamu di sini!" ucap seorang pria yang tiba-tiba menodongkan pisau di perut Ingrid, membuat Ingrid terkejut.
"Si.. siapa kalian? Kalian mau apa?" tanya Ingrid ketakutan.
"Ikut saja Jagan banyak tanya!" ketus salah seorang pria itu.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rahmawati
wih ternyata Marcell punya banyak uang
2024-07-29
1
yuli
Nah kan,, tajiran marcell nih
2024-07-21
2
Galih Pratama Zhaqi
bisa jd itu kafenya marcell
2024-06-25
2