Rafli melepaskan ciumannya. Rafli tau ini yang pertama buat Wina, makanya badan Wina terlihat tegang.
Rafli tersenyum karena melihat Wina yang memejamkan mata tapi terlihat tegang.
"Sudah buka matanya. Sini berbalik biar aku bantu lepas kancing kebayanya."
Rafli sambil membalik badan Wina. Rafli langsung melepaskan kancing kebaya satu persatu. Wina membuka matanya pelan. tangannya saling genggam dan bibirnya di gigit pelan agar tidak grogi.
Wina sebenarnya benar benar malu. Tapi mau gimana lagi dirinya memang butuh bantuan Rafli. Dua kancing sudah terlepas, dan Rafli sudah bisa melihat punggung Wina yang putih. Mata Rafli terus melihat ke kulit putih itu. Sampai akhirnya kancing sudah terlepas lima kancing.
Rafli menelan ludah dan adik bawahnya sampai berkedut saat melihat punggung Wina. bagian belakang pembungkus dada Wina juga terlihat dengan jelas.
Tangan Rafli Reflek mengusap punggung Wina. Membuat bulu kuduk Wina berdiri.
"Kak. Apa sudah?" tanya Wina pelan. Wina merasa deg degan juga.
"Sudah," jawab Rafli pelan tapi tangannya masih mengusap punggung Wina.
Wina lalu berjalan cepat menuju kamar mandi tanpa berani bicara dan menengok ke belakang.
Rafli terus melihat ke Wina. Setelah Wina menutup kamar mandi, Rafli mengusap wajahnya.
"Sit... bisa gila aku kalau kaya gini."
Rafli menuju kasur dan tiduran. isi kepala Rafli rupanya terus terbayang punggung putih milik Wina.
Wina di kamar mandi langsung melepaskan kebayanya dan ganti dengan baju biasa. Wina cukup lama di kamar mandi karena membersihkan wajahnya dari makeup. Rafli rupanya terus melihat ke pintu kamar mandi menunggu Wina keluar dari dalam kamar mandi.
25 menit Wina akhirnya keluar dari kamar mandi. Saat pintu di buka, Rafli melihat ke Wina dari atas ke bawah. Wina yang di tatap Rafli segitunya jadi salah tingkah gimana.
Rafli lalu duduk dan menyuruh Wina untuk duduk di sampingnya sambil menepuk kasur.
"Kemari lah. Duduk di sini."
Wina menurut lalu dengan berjalan pelan mendekati Rafli. Setelah dekat, Wina duduk di sebelahnya.
Rafli melihat ke Wina yang terus menunduk dan memainkan jari tangannya.
"Win."
"Em."
"Wajahku di atas Win. Lihat sini aku mau bicara."
Wina mendongakkan wajahnya dan melihat wajah Rafli.
"Nah gitu dong. wajahku ini memangnya menakutkan apa sampai kamu ngga mau lihat?" Wina hanya menggelengkan kepala.
"Sebelum aku pergi ke luar negri, kamu tinggal di sini. Nanti setelah aku pergi ke luar negri kamu boleh pulang ke rumah kamu. Karena sekolah kamu lebih dekat dari rumah kamu. Tapi kamu kalau libur sekolah main ke sini ya. Tengok orang tuaku." Wina mengangguk.
"Kamu ngerti kan Win?"
"Iya, Wina ngerti."
Rafli lalu mengambil tangan Wina. Tangan Wina terasa dingin. Hati Wina rupanya merasa dah dig dug dan berdebar.
"Kamu ngga usah tegang dan malu gitu. Aku ngga akan maksa kamu kok kalau kamu belum siap."
Wina tau arah bicara Rafli, tapi Wina ngga jawab karena malu.
Tangan Rafli reflek menyelipkan rambut Wina ke telinga. Wina lagi lagi menunduk.
Saat Rafli mau mendekat ke Wina, tiba tiba pintu di ketuk. Rafli dan Wina sama sama kaget. Rafli langsung bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Wina bernafas lega karena ada orang yang datang.
Rafli justru sedikit kesal karena ada yang mengganggunya. Saat pintu di buka ternyata Mamah yang datang.
"Ada apa Mah?"
"Keluarga Wina akan pulang. kalian turun dulu karena mereka mau pamitan."
"Oh iya Mah."
Rafli lalu memanggil Wina untuk turun. Wina lalu mendekat ke Rafli dan mereka turun ke bawah.
Rafli belum ganti baju tapi sudah lepas jas dan sepatu. Sampai di bawah bukan hanya sodara dan orang tua Wina saja yang mau pulang. Tapi saudara Rafli juga mau pulang.
Ayah dan Ibu memeluk Wina bergantian. Orang tua Wina tau kalau Wina akan tinggal di rumah Rafli sampai Rafli berangkat ke luar negri.
"Ibu pulang ya sayang," Wina jawab iya. Begitu pun dengan Ayah.
Semua sudah pulang dan sekarang tinggal orang tua Rafli saja bersama pasangan pengantin baru. Mba bersama pak supir dan pak penjaga membersihkan bekas tempat acara.
"Kalian istirahat lagi aja sana," kata Mamah.
"Iya Mah."
Rafli menggandeng tangan Wina untuk naik ke kamar.
"Kak tunggu."
"Ada apa?"
"Em Wina haus."
"Oh. Ya sudah aku akan ambilkan. Kamu tunggu bentar sini ya."
"Biar Wina saja yang ambil."
"Biar aku saja."
Rafli langsung pergi ke dapur untuk ambil minum. Rafli rupanya mengambil sekalian di botol air minum yang cukup besar. Biar buat Setok nanti di kamar.
"Aku sudah ambil, ayo kita ke kamar," ajak Rafli pada Wina. Wina menjawab iya.
Sampe kamar, Rafli dan Wina masuk.
"Aku mau mandi dulu. Kamu tiduran aja dulu. Pasti kamu capek."
"Iya Kak."
Rafli masuk ke kamar mandi. Wina duduk di kasur. Wina melihat ke sekeliling kamar Rafli. Wina lalu berpikir dan melamun. Wina sebenarnya belum siap karena takut. Tapi Ibu kemarin bilang tidak boleh menolak keinginan suami.
Wina takut bukan karena takut hamil, tapi takut karena belum siap saja. kemarin Wina di ajak ke Dokter sama ibu untuk suntik. kata Ibu suntikan itu biar tidak hamil nantinya. Wina hanya menurut. makanya Wina ngga takut akan hamil.
Rafli keluar dari kamar mandi hanya pakai handuk saja yang menutupi bagian bawahnya. Wina yang merasa malu langsung tiduran dan membelakangi Rafli. Rafli tersenyum melihat Wina yang malu.
Rafli hanya pakai celana pendek saja dan tidak pakai baju karena merasa gerah. Rafli lalu naik ke kasur dan memeluk Wina dari belakang. Badan Wina langsung tegang dan kaku saat Rafli memeluknya dari belakang.
"Jangan takut. Kamu harus terbiasa. Kita sekarang sudah menikah dan sudah halal. Jadi jangan takut dan malu."
Rafli mencium rambut Wina dan tangannya memeluk perut Wina.
Rafli lalu membalik badan Wina agar menghadapnya. Wina masih kaku dan menundukkan wajahnya. Rafli mengangkat dagu Wina agar menghadapnya.
Wina dan Rafli saling tatap.
"Aku menginginkannya."
Wina tidak menjawab dan tetap diam.
"Apa kamu tidak mau? Kalau kamu belum siap aku tidak akan memaksamu."
"Wina hanya takut."
"Takut kenapa?"
"Takut sakit."
Rafli tersenyum tipis. Rafli ngerti kok Wina pasti takut dan memang kalau pertama itu akan sakit. Rafli rupanya sudah baca di internet tentang hubungan suami istri.
"Memang katanya awal awal sakit. Tapi nanti kalau sudah biasa ngga sakit kok."
"Kalau kamu masih belum siap ya sudah nanti lagi aja ngga papa. Sekarang kita tidur aja dulu." Wina mengangguk.
Rafli meminta Wina mendekat karena Rafli ingin memeluknya. Wina pun mendekat ke Rafli dan Rafli langsung memeluk Wina dengan erat. Rupanya adik Rafli justru berdiri dan membuat Rafli tidak nyaman.
Rafli lalu melepaskan pelukannya pada Wina dan berbalik membelakangi Wina. Perbuatan Rafli justru membuat Wina jadi salah sangka. Wina pikir Rafli marah pada nya karena tidak mau melayaninya.
"Kak. Apa Kaka marah sama Wina.?"
"Ngga Win. Sudah tidur aja. Aku capek."
Padahal Rafli sedang menahan gejolak di dalam dadanya. Rafli memejamkan matanya agar tidur. Tapi lama lama Rafli mendengar isakan tangis. Rafli berbalik dan ternyata Wina yang menangis.
"Wina. Kamu kok nangis. Kamu kenapa?"
Rafli sambil mengusap air mata Wina yang jatuh di pipi.
"Maafin Wina Kak. Wina mau kok kak. Wina ngga akan takut lagi. Kaka kalau mau lakukan sekarang lakukan aja. asal Kaka jangan marah."
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...bsk buat MP nya ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Polos dan Lugu banget,Ini mah tipe2 Calon isteri yg gampang tersakiti,Cewek Lemah..
2025-02-28
0
Masriani 1438
ih keren
2024-10-26
0
🍁M Ali Yusuf/Ra❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Wah peka juga si Wina ini😁
2024-06-10
2