[Ayo temukan orang hilang]
[Siapa yang hilang?]
Suasana tegang kembali terjadi saat di dalam kamar tempat mereka bersembunyi sekarang tiba-tiba muncul aroma amis dan tulisan berdarah di dinding.
Tulisan yang muncul itu awalnya tidak begitu jelas, namun sekarang semakin jelas dengan aroma amis yang menyengat.
“Bau apa ini?!” Keane berteriak, “Ini sama seperti bau amis ketika kita coba keluar kan?!”
Edwin menutup hidungnya dan membaca tulisan itu. Dia mungkin orang dewasa yang tenang, namun bohong jika dia tidak panik.
Tanpa diketahui oleh kedua remaja itu, telapak tangannya berkeringat dan gemetar.
“Ini mungkin adalah keanehan yang tidak pernah aku temui selama aku hidup.” ucapnya dalam hati.
“Apakah kediaman milik Keluarga Nova ini telah dikutuk? Tidak ada hal janggal yang terjadi pagi-pagi seperti ini dan efeknya terlalu nyata.”
Edwin sempat melihat sekeliling kamar dan dia bertanya pada kedua remaja yang masih terlihat panik di samping dan belakangnya.
“Aku mungkin tidak sopan bertanya seperti ini tapi bisa kita buka lemari dan brankas milik paman kalian untuk memastikan tidak ada hal aneh di setiap sudutnya?”
“Terserah. Persetan dengan etika!” ucap Keane dengan nada sedikit kesal, “Aku akan membakar rumah boneka sialan dan melaporkan kejadian ini pada paman dan bibi! Mereka harus pindah rumah!”
“Rumah boneka?” Edwin sedikit penasaran, “Kalian masih berpikir bahwa rumah boneka itu adalah sumber utama kejadian aneh ini?”
“Tentu saja! Memangnya ada rumah boneka yang bisa menciptakan bonekanya sendiri sampai membiarkan bonekanya berjalan kesana kemari dengan bebas? Kau sendiri dengar apa yang dikatakan oleh Mariana kan, pak tua?”
“Tapi–”
“Kalian berdua, kumohon tolong berhenti berdebat dan kita harus segera mencari cara untuk menghentikan kejadian mengerikan ini!” Lucas akhirnya memotong ucapan keduanya dan mengembalikan mereka ke topik utama yaitu keluar dari situasi aneh.
Tulisan yang muncul dengan aroma amis itu sangat mengganggu Lucas.
“Apa maksudnya itu?” pikir Lucas. Dia memperhatikan tulisan itu dengan seksama, “Hilang? siapa yang hilang? Siapa yang dimaksud oleh tulisan aneh itu?”
“Apakah tanpa disadari ada seseorang yang menghilang di antara kami?”
“Atau mungkinkah…”
Lucas melihat Mariana yang memeluknya dan memanggilnya, “Mariana?”
“Ya Lucas?”
Mata Mariana yang melihat Lucas menjelaskan bahwa dia adalah Mariana sungguhan. “Kamu Mariana kan?” tanya Lucas.
Pertanyaan aneh yang ditanyakan oleh Lucas sama sekali tidak menjelaskan apapun bagi gadis kecil itu, “Aku Mariana, kenapa Lucas bertanya begitu. Memang sekarang yang ada bersamaku bukan Lucas?”
“Aku…Lucas. Aku sepupumu.”
“Kalau begitu tidak ada masalah. Apa Lucas masih khawatir kalau ada kita yang bukan kita?”
Kalimatnya mungkin sedikit ambigu, namun maksudnya jelas. Gadis kecil itu hanya mengkhawatirkan sepupunya yang sudah beberapa kali bertemu dengan sosok yang bukan orang asli.
Aroma amis itu semakin membuat hidung mereka mungkin akan tersumbat. Keane yang terlihat begitu kesal. Sambil menutup hidung dan mengarahkan smartphone-nya ke arah depan, dia berteriak dengan nada emosi.
“Aku muak dan mungkin sebentar lagi akan muntah! Kita harus keluar! Pak tua, kalau mau menggeledah apapun di sini, lakukanlah! Aku akan merekam semua ini untuk bukti saat kita mencari bantuan dan sebaiknya kita cepat!”
Edwin tidak membuang waktu dan membuka lemari milik paman mereka. Syukurlah Edwin adalah orang yang baik sehingga dia tidak mencoba melakukan hal aneh. Tapi justru hal aneh yang menghampiri dirinya.
Saat dia membuka lemari pakaian itu, dia melihat sosok boneka kecil yang mengerikan. Boneka kecil seukuran boneka yang ada di dalam rumah boneka itu membawa pisau, tersenyum lebar dan lebih menyeramkan lagi, ada darah yang keluar dari mulut dan mata boneka kecil itu.
Jumlahnya bukan hanya satu namun empat buat, persis seperti jumlah manusia hidup yang ada di dalamnya.
Boneka-boneka itu bahkan bisa menggerakkan pisau yang di tangan mereka. Boneka-boneka kecil itu bahkan mengeluarkan suara.
“Kikikikikikikikikikikiki.”
“Hihihihihihihihihihi.”
Melihat boneka-boneka itu tampaknya memang memiliki jiwa yang mengerikan, tentu saja reaksi orang normal ditunjukkan oleh Edwin, “Uwaaa!!” teriaknya.
-Braaak!
Suara keras yang dihasilkan dari membanting pintu lemari pakaian membuat semua orang di sana terkejut.
“Paman Edwin?!” teriak Lucas, “Apa yang terjadi?!”
Lucas langsung menggandeng Mariana bersamanya dan menjauhi kasur. Dia mundur perlahan ke arah Keane yang mendekati sang kakak sambil mengarahkan kamera di smartphone-nya ke arah Edwin.
“Apa yang ada di sama, pak tua?” tanya Keane.
“Sebaiknya kalian tidak melihatnya. Ambilkan aku selimut sekarang! Aku akan mengikat gagang lemari ini setelah berhasil menguncinya!” pinta Edwin.
Lucas menurunkan Mariana dan mengambil kain serta selimut di atas tempat tidur. Dia memberikannya pada Edwin yang langsung menerimanya dengan cepat.
Edwin mengunci lemari itu dan mengikat kedua gagang lemari dengan kain guna mencegah adanya kejadian yang tidak diinginkan seperti kunci yang bisa terbuka sendiri dari dalam oleh para boneka mengerikan itu.
Setelah itu dia sempat menempelkan telinganya untuk mendengar apakah ada suara lain yang dihasilkan. Namun seperti yang diduga, suara tawa mengerikan dari boneka-boneka itu masih terdengar. Ada suara lain yang terdengar saat itu.
-Tuuk…tuukk…tuuk…
-Kreeek…kreeek
-Syaat…syaat
Sepertinya para boneka mengerikan itu sedang melakukan upaya meloloskan diri. Sungguh mengerikan.
Edwin langsung mundur begitu mendengar suara itu, “Aku yakin ada orang yang membenci keluarga kalian sampai seperti ini.” gumamnya pelan.
Kepanikkan itu belum berakhir saat Lucas menyadari sesuatu.
“Dimana Mariana?”
“Apa?” Keane melihat sekelilingnya dan balik bertanya, “Apa kau bercanda? Tadi dia bersamamu kan?”
“Aku menurunkannya saat mengambil kain untuk–”
Lucas mengingat apa yang ditanyakan olehnya pada Mariana dan akhirnya dia menutup mulutnya untuk menutupi rasa syoknya.
“Tidak…mungkin…”
Seperti yang diduga, ada sebuah perubahan pada ruangan itu. Tulisan darah itu tiba-tiba menghilang dan berganti suara tawa keras yang terdengar di seluruh ruangan.
“Ahahahahahah!”
“Ahahahahahaah!!”
Suara tawa itu semakin keras dan melengking menyakitkan telinga. Ketiganya bahkan sampai menutup kedua telinga mereka karena suara yang semakin besar.
“Apa lagi ini!” Edwin bertanya dengan nada tinggi karena suara tawa itu mengalahkan suaranya.
Tawa itu akhirnya mulai berhenti dan darah segar kembali muncul di dinding.
[Ayo main lagi]
[Yang kalah akan mati, yang menang akan hidup]
[Temukan sosok yang hilang sebelum menghilang selamanya]
Bersamaan dengan itu, ada sebuah tulisan lain yang terlihat dengan tinta hitam.
[Tolong aku!!]
[Tolong aku!!]
[Gelap!]
[Aku mau pulang!!!]
Ketiganya menjadi pucat.
“Mari…ana…” Lucas terlihat begitu pucat sekarang.
Keane sendiri tampak tidak percaya sepupu kecilnya hilang tanpa disadari siapapun, “Mustahil. Kapan dan bagaimana bisa hilang?!”
Edwin mencoba terlihat tenang dan berkata dalam hati, “Aku tidak suka film horor dan sekarang aku benci terlibat dengan kejadian horor.”
Kini, mereka harus keluar demi menemukan sepupu kecilnya.
“Kita harus berhenti kabur dan melarikan diri dari sumber masalah ini. Kalau memang harus bertarung dan mati, itu lebih baik daripada lari seperti pengecut!” ucap Keane yang mematikan kameranya dan memasukkannya ke dalam saku.
Dia lupa bahwa harus mengisi ulang smartphone miliknya karena hal itu mungkin tidak lagi penting. Dengan usahanya sendiri, dia menggeser meja rias yang menahan pintu masuk dan membukanya.
Saat dia membuka pintu, tiba-tiba sesuatu terjadi dan hal itu mungkin adalah awal dari tragedi sesungguhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
apa itu yang terjadi? 😱
2024-10-27
1
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ ⧗⃟ᷢApri_Zyan🦀🧸
mariana menghilang, mereka tidak sadar...aaaa
2024-09-07
1